..: Prolog :..

8.2K 579 4
                                    

Udara dingin masih terasa walau saat ini bulan terakhir di musim dingin.  Lord Greame Thompson menatap sebentar ke luar jendela dan masih bisa melihat kristal-kristal salju putih turun lembut dari langit. Salju-salju terakhir di musim ini, pikirnya. Dia menoleh lagi ke arah aula ruang tamunya yang ramai. Semua gentleman dan para lady bergaun indah terlihat di dalam sana, beberapa berdansa anggun diiringi musik orkestra di tengah ruangan, dan beberapa saling menyapa dengan tawa berderai. Semua terlihat sempurna.

Lord Greame mengamati kediamannya sekali lagi; aula dansa megah dengan kandelier kristal besar yang tergantung indah di atap ruangan, serta dentingan gelas dan piring hidangan yang tak pernah berhenti datang.

Dia, Lord Graeme Thompson sang Marquess of Huntly, merasa bangga karena selalu bisa membuat pesta yang ditunggu-tunggu oleh para bangsawan di Highland. Namun, yang membuatnya paling merasa bangga dalam hati adalah saat dia menatap seorang wanita berambut merah berumur dua puluh delapan tahun yang sedang menjamu para tamu, Marchionate of Huntly atau yang dikenalnya dengan nama Meredith Thompson, yaitu istrinya sendiri. Di mata bangsawan lain, mereka berdua terlihat sebagai pasangan yang sangat sempurna, apalagi ditambah dengan kehadiran kedua putri kecil mereka.
Lord Graeme mengamati anak perempuan sebelas tahun berambut cokelat kemerahan dengan bintik-bintik kecil di wajah yang berdiri di samping istrinya. Putri pertama mereka, Ainsley Thompson yang enam tahun lagi akan memulai debutnya sebagai wanita dewasa. Graeme yakin, putrinya itu akan tumbuh menjadi lady yang sangat menganggumkan.

Putrinya hanya perlu mengikuti season-season tersebut untuk bersenang-senang, karena dirinya, sebagai ayah anak itu, sudah mengurus segalanya, seperti masa depan putrinya. Ainsley tak perlu mengikuti season untuk mencari pendamping hidup, karena Graeme sudah mempertunangkannya dengan seseorang yang pantas. Seorang Earl terpandang.

Mata Lord Graeme lalu teralih pada anak perempuan yang lebih mungil, yang berambut pirang seperti dirinya. Putri kedua mereka, Catriona Thompson. Meskipun anak itu masih berumur sembilan tahun, tetapi orang-orang dapat melihat bahwa anak tersebut akan tumbuh menjadi bunga anggrek yang cantik, yang akan menjadi rebutan para bujangan pada debut pertamanya.

Kedua putrinya akan tumbuh menjadi lady yang memesona di masyarakat.

***

Pesta hari ini rasanya benar-benar sempurna, batin Meredith yang sedari tadi tersenyum kepada para tamu undangan. Namun, masih ada satu yang kurang. Pesta yang meriah tentu tak akan sempurna tanpa tarian dari sang tuan rumah. Beberapa tamu undangan memintanya untuk berdansa dengan suaminya, mendesak agar segera turun ke lantai dansa sambil menggodanya. Meredith tersenyum sopan mendengar itu, mendengar bahwa dirinya dan suaminya adalah pasangan suami-istri yang sempurna.

Meredith memandang ke seluruh area ruangan, tetapi dia tidak dapat menemukan pria itu. Akhirnya dia hanya tersenyum menyerah lalu menjawab akan mengambil dansa berikutnya kepada yang lain. Matanya kembali mengamati semua tempat, tadi suaminya masih terlihat di ruangan tersebut. Di mana pria itu sekarang?

***

Meredith meninggalkan pestanya sebentar dan percaya pelayan pengurus pesta akan mengurus segalanya di aula utama. Dia memandang ke segala arah. Mencari. Suaminya tak terlihat sama sekali. Padahal dia sudah mengitari Red Hills dan masih belum bisa menemukan keberadaan pria itu. Dia pun menatap ke tangga yang mengarah ke lantai dua. Apa suaminya berada di dalam kamar? Apa pria itu sedang tak enak badan? Lebih baik dia memeriksanya. Meredith pun akhirnya melangkah menaiki tangga berjalan menuju kamar tidur utama.

***

Meredith terpaku di ambang pintu. Matanya terpaku pada ranjang di mana seorang wanita tanpa busana di atas sana—di ranjangnya, dan seorang pria yang bertelanjang dada. Suaminya. Marquess of Huntly. Matanya langsung melihat jijik pemandangan menggelikan itu. Tontonan yang benar-benar memualkan. “Graeme,” ujarnya tak percaya sembari menggeleng pelan menatap suaminya.

Something OddsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang