..: Bab 7 :..

3.4K 573 12
                                    

Hector berlari kencang. Darahnya memukul pembuluh darahnya hingga tubuhnya terasa sakit. Rasa kesal karena ulah Ainsley menguap sudah.

"Ainsley!" teriaknya sekali lagi begitu melihat tubuh ramping Ainsley seperti tertarik ke bawah. Membuatnya terhuyung dan terjatuh ke dalam sungai.

Hector tidak bisa lagi berpikir. Membungkuk ke dalam sungai dan menemukan Ainsley yang tampak kepayahan di dalam air.

Gadis itu tidak bisa berenang! Astaga!

Hector dengan cepat melepas atasannya. Membuang asal sepatunya dan melempar benda apapun yang melekat di tubuhnya. Satu detik kemudian, dia meluncur ke dalam air. Berenang seolah dirinya dikejar oleh sepasukan iblis dan tergesa menghampiri gadis itu.

Surai merah Ainsley tampak seperti nyala api di tengah dinginnya air. Kepalanya muncul dan tenggelam. Hector cemas jika saja gadis itu terlalu banyak menelan air.

"Tenanglah Mo Duinne. Kau sudah aman," ujar Hector dengan tubuh Ainsley yang tampak meronta. "Ainsley, tenanglah. Kau sudah aman,” bisiknya lagi dengan lembut. Berharap Ainsley berhenti meronta dan menjadi tenang.

"A-aku..." Ainsley tampak tergagap. Matanya memerah dan dia tampak ketakutan. Tetapi tubuhnya tidak lagi memberontak di dalam rengkuhan Hector.

"Maafkan aku. Aku, aku hanya. Oh Tuhan..." Ainsley mulai terisak. Dia merasa kedinginan dan ketakutan. Bayangan bahwa inilah akhir hidupnya benar-benar membuatnya terguncang.

"Sssttss. Tidak apa-apa. Kau sudah aman." Bujuk Hector lagi. Tangannya telah meraih pinggang Ainsley. Dengan perlahan mereka bergerak ke tepian dengan lebih tenang. Ainsley menuruti perkataan Hector untuk menjadi tenang dan tidak lagi memberontak. Tidak memikirkan betapa kedekatan mereka yang seharusnya membuat Ainsley membatasi dirinya.

"Perlahan Mo Duinne. Tidak apa-apa. Kita sudah sampai tepian," ujar Hector lagi dengan pelan. Dia membimbing Ainsley melewati bebatuan terjal di pinggir sunggai. Hingga mereka sampai di area bersahabat dan Hector membantu Ainsley untuk duduk di sana.

"Tunggu sebentar." Ucapnya lagi. Langkah pria itu secepat angin. Mencari ranting-ranting kering dan mengumpulkannya menjadi satu. Hector bersyukur bahwa tidak ada hujan yang turun satu pekan belakangan ini. Dan dirinya juga berharap bahwa hujan tidak akan turun dalam waktu dekat. Setidaknya, matahari yang bersinar akan membantu mereka untuk lebih cepat kering.

Hector lalu mengambil air. Dengan sabar membantu Ainsley meminumnya melalui kulit pohon yang mengering.

"Pelan-pelan. Mereka tidak akan menyakitimu." Katanya lagi.

Ainsley kembali menurut. Menghabiskan air itu dengan tegukan pelan dan tidak berapa lama, mulai menggigil.

"A-aku... Oh Tuhan... Ma-maafkan aku Hector. Aku..." Gelombang panik kembali menghampirinya. Hector pernah melihat hal semacam ini sebelumnya. Dia bersyukur karena Ainsley memiliki dirinya saat ini. Setidaknya, Hector bersumpah bahwa Ainsley tidak akan pernah mengalami kejadian semacam ini lagi di dalam hidupnya. Hector akan menjauhkannya dari perairan yang ganas, atau opsi lainnya, Hector akan memaksa Ainsley untuk belajar berenang.

"Tidak apa-apa. Kau sudah aman, Ainsley."

Ainsley menggeleng. Air matanya jatuh dan membuat gelombang kepanikan merambati tubuhnya. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau tidak menolongku. Sungai itu terlalu dalam dan aku tidak bisa berenang. Tidak ada yang mengajariku berenang..." keluh Ainsley.

Ainsley lalu mendongak. Netra birunya terlihat rapuh.

"Aku ingin pulang. Kumohon bawa aku pulang..."

Something OddsWhere stories live. Discover now