..: Bab 12 :..

3.2K 531 15
                                    


***

Sebuah kesalahan, dia bilang. Hector menggeram marah. Tubuhnya bahkan bergetar karena rasa tidak menyenangkan yang menggelegak dan merasuk hingga aliran darahnya.

Seumur hidupnya, tidak ada seorang wanita pun yang mengatakan bahwa ciuman seorang Hector Reid adalah sebuah kesalahan.

Gadis ini harus diberi pelajaran!

Kaki panjang Hector berderap. Suara langkahnya yang menghentak terdengar oleh Ainsley dan membuatnya meremang. Dia telah memancing bahaya.

Ainsley berbalik dengan cepat. Matanya membelalak lebar mengetahui bahwa dada bidang yang kokoh milik Hector telah menghalangi pandangannya. Pria itu terlalu cepat. Dia telalu besar. Juga terlalu kokoh.

Ketika telapak tangan Hector yang kokoh merangkum wajah Ainsley dengan kelembutan yang berbanding terbalik dengan penampilannya, Ainsley terkesiap. Dia tidak mampu mengelak ketika akhirnya Hector dengan ganas menyerang bibirnya.

Ainley tahu bahwa seharusnya dia mengelaknya. Dia harus menjaga sedikit harga dirinya tetap tersisa. Setelah penginaan darinya yang mengatakan bahwa ciuman Hector hanyalah omong kosong, tunduk dalam pagutan Hector adalah kebodohan besar baginya. Dibohongi dan dipermainkan telah merenggut seluruh keyakinannya atas pertunangan tidak masuk akal yang terjadi ketika dirinya belum bisa mengingat. Namun ketika bibir lembut, hangat, dan beraroma seperti rempah, bir, dan kulit maskulin yang tidak diragukan lagi milik pria itu, Ainsley meleleh begitu saja. Sendi-sendinya terasa seperti jeli. Dia bahkan tidak sadar bahwa kedua tangannya telah mencengkram erat pakaian Hector.

Hector menggulum bibir Ainsley dengan sikap seorang predator. Membujuknya dengan lembut dan sabar. Berulang kali membujuknya dengan segenap tekad dan keyakinan untuk memiliki bibir itu sehingga Ainsley membuka bibirnya. Dan ketika itu terjadi, lidah Hector menyelinap masuk dengan arogansi maksimal. Dia menjelajah. Mengklaim setiap sudut mulut Ainsley. Membuat jejak dengan lidah panasnya. Meyakinkah bahwa ciuman darinya, bukanlah sebuah kesalahan.

Ketika Ainsley merasa bahwa dia akan pingsan karena kehilangan napasnya, Hector melepas pagutannya. Pandangannya buram. Napasnya terengah. Dia gemetar oleh hasrat yang dirasakan oleh tubuhnya. Gemelenyar hangat membuatnya mengigil. Ainsley menginginkan lebih. Meski dirinya tidak tahu apa yang ia inginkan.

"Dan kau sebut itu adalah kesalahan," ujar Hector puas dengan seringaian lebar di wajah rupawan miliknya. Netranya tampak cemerlang di keredupan yang membayangi mereka. Suaranya yang berat dan serak membuat gelenyar di tubuh Ainsley semakin membesar.

Jemari Hector lalu mengusap pipi Ainsley. Membuat gadis itu tanpa sadar mendesah senang seperti kucing kecil yang senang dengan semangkuk susu hangat. Matanya masih meredup meski pikirannya mulai berkumpul. Mata Hector mengikuti ke mana jemarinya menjelajah. Bibir Ainsley merekah dan basah. Hector mengusapnya lembut. Ingin sekali lagi merasakan rasa manis dari bibir itu ketika suara kikik kuda terdengar dan semakin membawa Ainsley ke realita.

Ainsley berusaha mendorong pria itu menjauh. Tetapi tenaganya tidak cukup kuat. Dan tulangnya yang masih terasa jeli bahkan tidak sanggup untuk menopang tubuhnya jika saja kedua lengan Hector tidak menopangnya.

Mengubah taktik karena dia tahu bahwa kekuatannya tidak akan pernah bisa digunakan untuk melawan pria bar-bar itu, Ainsley tersenyum menggoda. Tatapannya tampak nyalang dan berkata; "Itu selingan yang lumayan. Kau tentunya tahu bahwa hidup di London tidak akan membuatku tetap polos, bukan?" katanya dengan napas yang mulai normal. Dia telah menemukan kekuatan dalam tubuhnya.

Gadis itu lalu mengeluarkan senyum miringnya, yang entah mengapa membuatnya terlihat meyakinkan seolah Ainsley adalah seorang penggoda yang ulung sementara pengalamannya sangatlah minim. Mana mungkin Mama membiarkan putrinya memiliki satu skandal. Mama terlalu sempurna untuk mengatur kehidupan Ainsley hingga sejauh ini. Jika saja Zachy tidak hadir di hidupnya, mungkin saja Ainsley akan kehilangan kegembiraan dalam hidupnya. Ah Zachy, entah mengapa saat ini dia merindukan pria itu.

Zachy pasti akan bertepuk tangan dan bersiul untuknya. Menghancurkan harga diri seorang pria adalah kecerobohan nomor dua paling besar di dalam hidupnya. Karena kecorobohan nomor satunya adalah kabur tanpa rencana matang dari London. Jenis kecerobohan yang akhirnya membuatnya mengalami hal seperti ini. Oh Tuhan.

Ainsley lalu mendengar suara geraman di dalam dada Hector. Tahu bahwa pria yang tengah memeluknya tengah marah luar biasa terhadap dirinya. Namun, alih-alih berteriak kepada Ainsley, tubuh Hector malah terguncang oleh tawa.

Mata Ainsley terlihat terkejut oleh respon Hector. Dia mendongak dengan hidung mengernyit tidak suka.

"Bagus sekali usahamu untuk menipuku, Manis." Gumamnya. Jemarinya kembali berkelana di atas kulit selembut satin milik Ainsley. Menjelajah ke rahang dan lehernya. Turun ke tulang selangkanya yang terlihat memukau oleh cahaya bulan yang mengintip dari jendela istal yang terbuka.

"Jika kau memang tidak sepolos itu, bagaimana jika kita melanjutkannya sampai selesai?" Seringai Hector membuat Ainsley mual.

Oh Tuhan, bagaimana dirinya bisa mendapatkan pria bajingan untuk menjadi suami masa depannya!

Satu tangan Ainsley sudah terangkat untuk menampar Hector. Tetapi sekali lagi, Hector tidak semudah itu untuk bisa menerima hadiah kecil dari Ainsley. Tangan Hector mencegahnya. Memengang kedua lengan Ainsley dan membawanya ke belakang tubuh gadis itu. Satu alisnya naik hingga membuatnya tampak mengejeknya dengan segala kemampuan yang dia miliki.

"Nah nah. Perawan kita yang satu ini tampak begitu marah!" Goda Hector dengan tawa membahana.

Wajah Ainsley memerah antara marah dan malu. Rasanya dia ingin memukulkan benda berat di kepala pria itu. Namun segala pikirannya kembali berhamburan ketika Hector mencium bibirnya dengan keras dan cepat. Membisikkan ucapan selamat malam di bibirnya sebelum melepaskan Ainsley dan berjalan menjauh sembari tertawa-tawa.

***


Jika Graeme tahu apa yang ingin Hector lakukan kepada putri sulungnya, Hector yakin bahwa besok dirinya sudah siap untuk dikuburkan di hutan terdekat. Atau bisa saja, dia akan diumpankan kepada serigala hutan ataupun ditenggelamkan di sungai yang masih membeku, Yang manapun, Hector tidak akan menyukainya.

Jika saja dia tidak segera pergi, bisa saja Hector mengambil kehormatan gadis itu di dalam istal. Oh Tuhan! Dirinya bahkan harus bersusah payah menahan diri untuk tidak membaringkan tubuh lembut dan harum Ainsley di atas jerami yang ada di istal. Gadis itu terlalu menggoda untuk dibiarkan sendirian tanpa pengawasan.

Hector menggeram. Berjanji untuk berbicara kepada Graeme untuk memberikan penjagaan kepada si sulung yang suka menyelinap di malam hari.

Hector masih bersembunyi di balik pepohonan. Mulai bisa merasa lega ketika melihat Ainsley akhirnya pergi dari istal dan kembali masuk ke dalam rumah. Hector memang meninggalkannya terlebih dahulu, namun dia tidak lantas benar-benar membiarkannya sendirian dan mengamati Ainsley hingga saat ini.

Setelah memastikan bahwa pintu yang menghubungkan istal dengan rumah utama telah terkunci, Hector memacu kudanya. Dia perlu untuk mendinginkan tubuhnya dan meredam gejolak yang masih dia rasakan saat ini. Dan semua itu dikarenakan tunangan polosnya yang tidak sadar bahwa dirinya telah membangunkan singa yang tertidur.

***

Something OddsNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ