11. Rumah Baru

205K 8K 158
                                    

SELAMAT MEMBACA

" Cinta memang begitu, Hadir
T

api tak terlihat "



•••••


Sepasang kelopak mata berbulu mata lentik perlahan terbuka. Netra coklat terang mencoba mengerjap beberapa kali menatap sekelilingnya. Dengan masih berbaring Ia bergerak menghadap belakang. Matanya membulat terkejut, nyaris berteriak kencang tapi dengan cepat ia membekap mulutnya rapat-rapat. Pandangannya terpaku pada sosok lelaki dengan jarak hanya beberapa centimeter saja. Bahkan, ia dapat merasakan hembusan nafas lelaki itu menyapu wajahnya. Seketika pipi gadis itu memanas. Jantungnya nya berdetak dengan ritme lebih cepat.

Tiba-tiba kelopak mata yang tengah tertutup itu sedikit bergerak hingga kemudian terbuka. Tentu saja Lusya dibuat kelabakan, tertangkap basah tengah memandangi wajah Orlando.

"Mel.. lo ngelihatin gue?," kata Orlando suaranya serak khas bangun tidur.

"Eng--enggak kok...pede amat si lo!," elak Lusya berusaha menutupi rasa gugup.

"Ckckck, udah ketangkep basah aja masih bisa ngeles," cibir Orlando.

"Apaan si? Udah ah gue mau mandi duluan," ucap Lusya seraya bangkit dari tidurnya.

Namun, sialnya saat berusaha bangkit menuruni ranjang, kakinya terlilit selimut membuatnya tak sengaja terpeleset dan langsung jatuh diatas dada bidang Orlando. Pandangan keduanya sempat terkunci beberapa saat. Detika selanjutnya, mereka berdua tersadar berlagak tidak terjadi apa-apa.

"Selimut sialan," umpat Lusya dalam hati.

***

Lusya sudah siap dengan seragam sekolahnya, lengkap mengenakan jas biru tua, dasi dan rok selutut bermotif kotak-kotak berawarna abu-abu. Ia segera menyambar tas pink pastel warna favoritnya dan menenteng sepatu hitam. Ia turun dari kamar, menuju lantai dasar untuk sarapan. Saat di meja makan, Lusya dibuat geleng-geleng kepala melihat penampilan Orlando layaknya seorang berandal.

"Ndo... rambutnya keringin dulu, terus itu kemeja nya dikancingin yang atas, jas kamu kemana?" cerocos Lusya mengkrtitik penampilan Orlando jauh dari kata pelajar.

"Keringin dong! Gue mager," balasnya beralih menyuruh Lusya fokus memakan sepiring nasi goreng.

Dengan menghela nafasnya, Lusya melangkah mengambil handuk kecil lalu menggosok-gosokannya pada rambut Orlando. Lelaki itu hanya diam menurut, setelah rambut jambulnya kering ia beralih mengambil sebuah dasi.

"Nih dasinya cepet pakek!" titah Lusya dengan menyodorkan dasi didepan Orlando

"Ngapain dipakek? Gue aja udah lupa caranya makek dasi," sahut Orlando tak acuh.

Lagi-lagi Lusya mencebikkan bibirnya, segera mengambil dasi lalu mengalungkannya ke leher Orlando yang posisinya jauh lebih tinggi darinya. Lusya sedikit kesusahan hingga membuatnya berulang kali berjinjit untuk bisa membuat simpul dasi dengan baik,

"Ih.. agak nundukan dong Ndo. Gue gak sampek nih. Jadi orang kok tinggi banget sih?," gerutu Lusya merasa kesal dengan tinggi badannya yang hanya sebatas dada Orlando.

"Lo nya aja yang ke pendekan! makanya tumbuh tuh ke atas bukan ke pipi!" sahut Orlando mendapat pelototan tajam dari Lusya.

Orlando menunduk dan sengaja semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Lusya. Lusya terdiam gugup, dengan tangan yang gemetar gadis itu mulai membentuk dasi di leher Orlando. Tetapi karena merasa tidak fokus, Lusya menarik ujung dasi itu terlalu kuat hingga membuat Orlando tercekik.

Suamiku Bad Boy ✔ [SELESAI]Where stories live. Discover now