12. Bertemu Kakak

196K 7.9K 266
                                    

*Vote dulu dong sebelum baca🌟

SELAMAT MEMBACA



" Ku harap benih rasa ini mati oleh rasa kecewa "

Pagi ini Orlando terbangun seraya mendesis pelan merasakan rasa sakit di kepalanya.

Tak sengaja saat ia memegang dahi ada sebuah handuk yang sedikit kering menempel disana. Ia melirik ke samping, nampak seorang gadis tengah terlelap menjadikannya lengannya sebuah bantal. Terlintas dalam benaknya bahwa gadis ini yang telah memasangkan sebuah kompresan pada keningnya. Orlando tersenyum tipis, lalu kembali tidur sambil memeluk gadis di sampingnya dengan erat. Lusya terbangun merasa ada yang aneh dengan badannya. Ia mengerjapkan matanya, gadis itu melotot menyadari tubuhnya sedang dalam dekapan sebuah lengan kekar yang menyulitkan pergerakannya. Sebuah gerakan rupanya juga ikut membuat Orlando ikut terbangun.

"Mel, udah bangun?," ucap suara serak khas bangun tidur.

"Ndo..lo ngapain sih peluk-peluk gue kayak gini? engap tau nggak," seru Lusya.

"Gue kedinginan mel, kalo meluk elo kan enak," ucap Orlando seraya lebih mengikis jarak diantara mereka. Plak! Sebuah tamparan mendarat mulus pada pipi kanan Orlando.

"Aww.. mel jahat banget sih lo! Orang lagi sakit malah dibikin tambah sakit," cibir Orlando sambil mengelus pipinya yang tak berdosa.

"Abisnya lo, dibilangin malah ngelunjak!" gerutu Lusya sinis. Orlando hanya mengerucutkan bibirnya sebal.

"Minggir, gue mau mandi duluan," sentak Lusya menyuruh Orlando melepaskan pelukannya pada pinggang Lusya yang ramping. Orlando menurut, menguraikan pelukannya membiarkan Lusya untuk segera mandi. Beruntung hari ini adalah hari minggu jadi Lusya tidak perlu kelabakan untuk siap-siap pergi ke sekolah. Lusya segera berlari ke dalam kamar mandi.Gadis menatap pantulan dirinya pada sebuah cermin, ia tak sanggup menahan senyumnya yang mulai mengembang lebar juga pipinya yang merona terlihat seperti tomat.

***

Orlando sibuk memainkan stick ps di tangannya di ruang keluarga. Meski tidak terlalu sehat tapi lelaki itu tetap tak bisa jauh dari dunia game. Sebuah tangan terulur menyentuh keningnya memastikan suhu tubuh Orlando.

"Bisa ngga sih jangan main game dulu? Obatnya jangan lupa diminum," ucap Lusya.

Tanpa menjawab, Orlando malah memperhatikan setelan Lusya sudah sangat rapi dari ujung kaki sampai jung kepala.

"Mel.. lo mau kemana? Kok udah rapi aja," tanya Orlando.

"Oh iya.. gue lupa bilang, gue mau ke rumah mama dulu, kemarin gue disuruh ke sana soalnya ponakan gue dateng," ucap Lusya sambil memilih beberapa sepatu pada sebuah rak.

"Emang ponakan lo dari mana?," tanya Orlando.

"Jadi, kakak gue itu tinggal di London. Nah, kebetulan dia main kesini sambil bawa anaknya yang gemesin banget. Lo mau ikut gak?"

"Em.. Gue udah ada janji sama Tere. Nanti aja deh pulangnya gue jemput"

"Oh gitu. Yaudah gue berangkat dulu ya," ucap Lusya setelah selesai memakai sepatu sneakers bersiap ingin segera berangkat.

"Eh tunggu.." ucap Orlando menghentikan Lusya.

Lusya pun menghentikan langkah dan membalikkan badan. "Apaan sih?"

"Cium tangan dulu biar berkah," tutur Orlando sambil menyodorkan tangan kanannya. Dengan malas Lusya pun mencium punggung tangan Orlando.

"Assalamualaikum. suami," salam Lusya sambil membentuk senyuman palsunya.

Suamiku Bad Boy ✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang