18. Mama

181K 7.1K 126
                                    

SELAMAT MEMBACA




*****

Pancaran terang benderang sinar matahari menebarkan semerbak udara panas ke bumi. Cahayanya menerangi setiap pojok ruangan berventilasi kaca yang tertutup gorden tebal nan tinggi. Kedua sosok terlihat masih kukuh bergelung di bawah selimut dengan mata terpejamkan. Alam bawah sadar membuat mereka terlena, hingga enggan untuk lekas terjaga.

Saat pintu kamar mereka terbuka, muncul sesosok wanita paruh baya tengah terkikik menahan tawa melihat kedua sosok pasangan tengah berpelukan diatas ranjang.

Merasa sedikit terganggu, Lusya tergerak dari posisinya mendengar suara yang semakin keras membuat mau tak mau membuka kelopak mata. Kelapanya sedikit terangkat dari dada bidang lelaki tanpa kaos, seketika matanya membulat lebar menyadari sosok tak asing.

"Mama?! " pekik gadis itu lantang.

"Udah lanjutin aja.. mama nggak bakalan ganggu kok," ucap Yulita melangkah mundur, wajahnya menampilkan senyum jahil sebelum hilang tertelan pintu yang terutup. Sungguh Lusya merasa sangat malu matanya terpejam kuat menggeleng keras beberapa kali. Mamanya bukan penyimpan rahasia ulung. Ia yakin, pasti mamanya itu tidak akan tinggal diam. Mengungkit-ungkit hal ini habis-habisan pada anggota keluarga yang lain atau lebih parahnya lagi, Yulita bisa memasang papan reklame besar di sepanjang jalan.

"Ndo! Bangun jangan ngebo aja lo!" gerutu Lusya seraya mengguncang-guncangkan bahu Orlando. Lelaki sedikit tersadar, berusaha membuka mata mengumpulkan nyawa.

"Apaan sih Mel? Gue ngantuk banget baru tidur tadi subuh," racaunya.

"Siapa suruh lo main game sampek pagi?" cibir Lusya melirik sinis.

Lusya mengacak rambutnya frustasi turun dari tepi ranjang masuk ke dalam kamar mandi. Ia berjalan menuruni tangga mengenakan kaos dan celana legging, rambut panjang coklatnya tersurai rapi lebih rapi, dari beberapa saat lalu.

"Kok tumben kesini ma?," tanya Lusya.

"Kenapa? Emang nggak boleh mama main ke rumah mantu mama?"

"Ya kenapa ngga ngasih kabar dulu..mama Yulita yang paling cantik se langit bumi hingga lautan.." ucap Lusya bernada panjang.

"Terserah mama dong. Bilang aja kamu nggak mau tidurnya sama Orlando di ganggu kan?," goda Yulita dengan mengedipkan matanya jahil.

"Enggak kok. Emang si Orlando aja kalo tidur meluk-meluk Lusya," elaknya. Ia benar-benar merutuki tangan Orlando yang lancang memeluk tubuhnya. Apalagi hingga dipergoki oleh Yulita seperti ini, harusnya ia mengikatnya di atas pohon.

"Tapi kamu seneng kan? Udahlah ngaku aja sama mama!" desak Yulita.

"Au ah. Mama suka gitu sama anak sendiri."

Sementara wanita paruh baya itu hanya tertawa merindukan perdebatan-perdebatan kecil seperti ini bersama Lusya, rasanya sudah beberapa hari ini rumahnya terasa hambar.

"Lagi ngapain sih ma?" tanya Lusya penasaran kepalanya melongok mencari tau.

"Mama beliin beberapa bahan-bahan buat masak. Kamu kapan terakhir kali belanja? Kulkas isinya cuma telur sama mie instan doang," cerocos Yulita.

"Hehehe, ya maaf ma. Lusya kan sibuk buat persiapan ujian beberapa bulan lagi."

"Kamu udah mau ujian?"

"Iya," jawab Lusya singkat seraya membantu Yulita memasukan beberapa bahan ke dalam kulkas.

"Yaudah semangat ujian nya ya anak mama,"

Suamiku Bad Boy ✔ [SELESAI]Where stories live. Discover now