☆15

9.1K 949 108
                                    

Setahun kemudian...

Sahil berjalan menyusuri pantai setelah menyelesaikan lari lima kilometernya. Ia bersyukur pulau yang dulunya porak-poranda sudah mulai bangkit.

Lalu ia istirahat sejenak dengan duduk di pasir sambil memandangi kemegahan lautan dan kebesaran Allah. Di atas sana, matahari sudah mulai meninggi.

Setelah puas, ia kembali ke penginapan untuk membersihkan diri.

"Dokter Ragil, selamat pagi," sapa Manajer penginapan dengan ramah. "Mau sarapan?"

Sahil tersenyum. "Iya. Bapak sudah sehat?"

Manajer itu mengangguk. "Alhamdulillah."

"Alhamdulillah."

"Terima kasih banyak atas bantuannya. Hanya Allah yang bisa membalas," ucap Manajer dengan tulus.

Sahil menggeleng. "Itu sudah tugas dan kewajiban saya baik atas nama profesi maupun pribadi."

Manajer itu tersenyum. "Dokter orang baik. Ya sudah, silahkan kalau mau sarapan."

"Permisi." Sahil mengangguk dan melanjutkan jalannya menuju restoran penginapan dan memesan sarapan.

Ternyata ada wistawan Jepang yang waktu itu juga terjebak di goa. Mereka pun sarapan bersama. Kini wisatawan itu datang dengan rombongan lebih banyak dan tujuan utamanya selain liburan di Indonesia juga untuk memberi sumbangan untuk anak-anak pulau dan sekolah. Intinya mereka ingin membantu sedikit yang mereka mampu berupa barang kebutuhan kegiatan belajar mengajar.

Usai sarapan, Sahil kembali berjalan-jalan dan akhir perjalanannya adalah sekolah satu-satunya yang ada di pulau.

Ia berdiri di pinggir jalan dekat papan nama sekolah selama setengah jam, mengawasi aktifitas di sana. Mereka tengah olah raga.

Tentu saja, dengan guru yang hanya berjumlah dua orang dan murid sebanyak itu, mereka harus fleksibel menentukan jadwal. Rupanya untuk olah raga, seluruh murid baik yang SD maupun SMP, waktunya disamakan.

"Dokter Ragil? Dokter Ragil!" panggil seseorang yang setelah Sahil perhatikan adalah Pon.

Sahil tersenyum dan melambai tepat saat Yanti, istri Abu sang Kepala Desa dan Hilwana menoleh. Bahkan dari kejauhan pun ia bisa melihat Hilwana yang terkejut dan wajahnya memerah.

Tak lama tampak Pon dipanggil Yanti, diberitahu sesuatu lalu berlari menghampirinya.

"Assalamu'alaikum, Pak Dokter," sapa Pon sopan.

"Wa'alaikumussalam," balas Sahil sambil tersenyum lebar.

"Pak Dokter dipanggil Bu Yanti katanya mau minta tolong."

"Apa?"

"Nggak tahu."

"Ya sudah." Sahil pun mengikuti Pon menuju tempat Yanti berada.

Ternyata Sahil dimintai tolong untuk memimpin olah raga mereka saat itu. Ia tidak keberatan dan untung saja saat itu tengah mengenakan T-shirt dipadu celana cargo dan walking shoes.

Setelah mempertimbangkan sejenak, ia pun memilih olah raga yang bisa dilakukan semua orang tapi fun. Dan ia meminta mereka melakukan pemanasan ulang.

🌴🌴🌴

"Maaf ya merepotkan dan terima kasih juga sudah mengajarkan anak-anak kegiatan baris berbaris," kata Hilwana saat mereka tengah berjalan bersama menuju tempat tinggal Hilwana.

"Lumayan mengisi waktu luangku." Sahil tersenyum. Sejak di sekolah, ia sudah tidak menggunakan kata saya pada Hilwana.

"Dan...iri rasanya Mas Sahil nggak kelihatan capek." Hilwana menghela napas kasar.

ISLANDWhere stories live. Discover now