☆19

9.9K 781 144
                                    

Sehari usai resepsi di Cijantung, bersama Abu sekeluarga dan tiga orang murid Hilwana dulu beserta keluarganya, Sahil dan Hilwana berangkat menuju pulau.

Bulan madu? Katakanlah begitu.

Marathon rangkaian acara pernikahan sejak di Malang sampai Cijantung membuat Hilwana lelah luar biasa. Tapi begitu sampai pulau, rasa lelah itu lenyap seketika saat warga menyambut pasangan pengantin baru di dermaga dengan shalawat nabi dan kalungan bunga.

"Pak Abuuu...kok gini sih?" Hilwana menangis haru.

"Bu Hilwa dan dokter Ragil itu keluarga kami sekarang. Walaupun sudah tidak mengajar di sini tapi sudah memilih pulau ini untuk bulan madu itu sungguh berarti buat kami," ujar Abu.

Setelah beberapa kata sambutan, Sahil dan Hilwana langsung ke penginapan.

"Istirahat aja," suruh Sahil yang langsung membongkar barang-barang mereka.

"Mas Sahil enggak?" tanya Hilwana sambil jalan ke kamar mandi untuk pipis, cuci muka dan ganti baju sekalian.

"Iyalah. Mumpung bisa santai gini."

Setengah jam kemudian Sahil dan Hilwana sudah berenang indah di alam mimpi. Baru bangun saat terdengar adzan zuhur.

Keduanya memutuskan berjamaah sendiri di kamar saja dulu.

"Mau kemana setelah ini? Makan aja?" tanya Sahil usai salat.

Hilwana mengangguk. "Iya. Makan aja. Aku mau leyeh-leyeh aja hari ini. Capek banget."

"Ya sudah, yuk?" Sahil mengulurkan tangannya yang segera disambut Hilwana.

Keduanya pun meninggalkan kamar menuju restoran penginapan.

"Makan apa ya enaknya?" gumam Sahil setelah menarikkan kursi untuk istrinya baru ia sendiri duduk.

"Siang-siang makan ikan bakar kok rasanya berat ya..." kata Hilwana. "Tapi pengen yang lalapan gitu..."

"Oseng seafood aja ya atau capcay seafood?"

"Kepiting asam manis deh."

Sahil manatap Hilwana. "Katanya lalap. Mana lalapnya?"

Hilwana meringis. "Dijual terpisah."

Sahil memanggil pramusaji dan memesan kepiting asam manis untuk berdua sama oseng sayur. Minumnya jus jeruk.

"Mohon ditunggu ya, Pak, Ibu." Pramusaji itu permisi setelah mencatat pesanan keduanya.

"Mulai ramai ya..." komentar Hilwana.

"Musim liburan," sahut Sahil.

"Sayang masih didominasi wisatawan asing dan wisatawan lokal dewasa. Belum jadi destinasi wisata keluarga," tambah Hilwana.

"Mungkin karena ke sininya susah. Perjalanan jauh." Sahil mengedikkan bahunya.

"Ih, apaan coba? Liburan ke luar negeri aja bisa kok. Mau repot bawa baju lebih banyak saat musim dingin..." Hilwana cemberut.

Sahil mengangguk. "Ya sudah, nanti kita foto-foto yang banyak terus upload di media sosial. Apalagi pasca bencana begini warga pulau butuh bantuan dukungan kita dalam bentuk apapun untuk pemulihan total."

"Ih...Mas Sahil pinter deh." Hilwana tepuk tangan.

"Kamu pikir aku Abhi?" Sahil langsung cemberut.

"Cieee...Pak dokter cemberut," goda Hilwana.

🌴🌴🌴

Usai makan siang Sahil dan Hilwana jalan-jalan menyusuri pantai sambil bergandengan tangan.

ISLANDOù les histoires vivent. Découvrez maintenant