19

2.4K 250 43
                                    


MINJOO POV

"Kau tahu, aku sangat beruntung memilikimu."

Tiba-tiba saja kata-kata itu terlontar dari bibir Ahn Yujin, suamiku selama setahun. Kami baru saja selesai melakukan doa awal tahun dan berniat untuk segera pulang ke rumah kedua orang tuaku tempat dimana kami menitipkan Yunjoo sementara.
Aku menatapnya dengan tatapan bingung namun kami tidak menghentikan langkah kami. Wajah Yujin tidak berubah merah atau terlihat canggung. Ia menatap lurus ke depan dan terus berjalan sambil menggengam tanganku agar kami tidak terpisah di tengah lautan manusia saat ini.

Karena setelah itu Yujin tidak mengatakan apa-apa lagi, dan aku tidak tahu bagaimana aku harus menanggapinya, atau apakah aku harus menanggapinya, maka aku memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa dan hanya diam dan membiarkan suamiku itu menggandeng tanganku.

Kami berjalan tanpa saling berkata apa-apa. Aku tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran Yujin saat itu, sementara pikiranku sendiri tiba-tiba saja membawaku kembali ke masa lalu, tepatnya setahun yang lalu ketika aku dan Yujin bertemu malam itu. Pertemuan yang pada akhirnya mengantarkan kami ke sebuah pernikahan. Malam itu salju juga turun seperti saat ini. Aku tidak ingat apa alasanku bertengkar dengan Chaewon saat itu sehingga aku memutuskan untuk minum-minum sendirian sampai larut malam, tapi kalau kupikir lagi sekarang, pertemuanku dengan Yujin malam itu pasti adalah takdir. Kalau saja malam itu aku tidak bertemu dengannya.

Aku tidak ingin membayangkannya. Kalau malam itu aku tidak bertemu dengan Yujin maka pernikahan ini tidak akan pernah terjadi dan maka aku tidak akan pernah memiliki Yunjoo. Aku tidak ingin membayangkan hidupku tanpa kedua pria tampanku itu. Tanpa sadar aku meremas tangan Yujin sedikit lebih erat dari seharusnya hingga ia menoleh ke arahku dan mengerutkan dahinya.

"Ada apa?"

Aku mengangkat wajahku untuk menatapnya dan menggelengkan kepalaku, aku tersenyum, ya, aku tidak perlu memikirkan yang tidak-tidak. Saat ini aku bersama dengannya, dan aku mencintainya. Aku tidak perlu memikirkan apa yang mungkin akan terjadi kalau saja saat itu aku tidak bertemu dengannya. Aku melepaskan genggaman tanganku dan memeluk sebelah lengannya sambil tetap berjalan. Yujin tidak mengatakan apa-apa dan membiarkanku setengah menyeretnya.

"Kau kedinginan?" tanya Yujin saat kami melewati sebuah taman di perjalanan kami menuju ke rumah kedua orang tuaku. Di bulan Januari yang dingin taman ini tidak seramai biasanya. Mungkin juga karena ini adalah awal tahun sehingga orang-orang lebih banyak menghabiskan waktunya bersama keluarganya di rumah atau berlibur ke suatu tempat, "Bagaimana kalau kita duduk sebentar? Sudah lama kita tidak berduaan seperti ini."

Aku tertawa dan mengangguk lagi, "boleh juga."

Semenjak Yunjoo lahir kami memang hampir tidak pernah menghabiskan waktu berduaan saja. Terlebih semenjak kami sama-sama menyadari akan perasaan kami satu sama lain. Aku rasa tidak ada salahnya untuk menghabiskan waktu berduaan bersama suamiku beberapa saat sebelum kami pulang. Aku yakin, ibu dan ayahku tidak akan keberatan untuk menjaga Yunjoo sedikit lebih lama. Lagi pula, kedua orang tua angkat Yujin yang tinggal di sebelah rumah kedua orang tuaku pun tampak bersemangat saat tahu bahwa kami membawa Yunjoo datang menginap untuk merayakan tahun baru. Di usianya yang baru menginjak beberapa bulan Yunjoo sudah menjadi idola di keluarga besar kami.

Aku dan Yujin berjalan ke arah sebuah bangku taman panjang berwarna putih. Seperti bangku-bangku lain di taman itu, bangku itu pun tampak kosong dengan sedikit sisa salju yang menumpuk di atasnya. Hujan salju rintik yang baru saja reda meninggalkan tumpukan salju dimana-mana termasuk di jalanan dan di ranting-ranting pohon membuatku merasa seolah dikelilingi warna putih yang berkilauan.

Yujin membersihkan serpihan-serpihan salju di atas bangku dan memberi isyarat agar aku duduk di sana.

"Tunggu di sini," Yujin tersenyum, saat ia berbicara uap putih tampak keluar dari mulutnya menandai udara hari ini yang cukup dingin, "aku akan membeli minuman hangat dari mesin penjual minuman otomatis. Kau mau minum apa?"

MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang