[1] Pertemuan

607 133 66
                                    

"Kamu udah punya pacar belum?"

"Boleh gak, kita kenalan lebih dekat?"

"Radhika, nama yang cantik, sama seperti orangnya."

Prettt ...

Dhika menahan rasa mual. Roti yang biasa ia bawa setiap ke sekolah, kini terasa hambar. Dirinya merasa risih dikerumuni gerombolan pria, baik Kakak kelas atau pun satu angkatan dengannya. Tadinya kantin ini begitu sepi, tapi bertambah ramai saat beberapa siswa mulai menggodanya.

"Kamu siswi 11 IPS 1, kan?" Dhika mengangguk malas pada pria yang ia yakini satu tingkat di atasnya.

Sesekali ia melirik dari luar gerombolan, di mana telah banyak pasang mata siswi tengah menatap intens dirinya yang didominasi tatapan sinis.

Kapan aja tuh mata keluar.

Dhika ikut berbalik menatap gerombolan siswi di seberang mejanya.

Eh, ada yang lupa.

Gadis dengan rambut panjang terurai itu, mulai meraba saku rok cokelat selutut. Seulas senyum jahat menghiasi wajah cantiknya. Mencoba merapikan rompi berbalut seragam kemeja.

Rasain nih, ha ha ha.

Dhika mulai menghitung mundur aksinya sambil menekan tombol di bawah meja. Ia pun perlahan menaruh benda tersebut di atas meja, sambil terus memberikan senyum termanisnya pada gerombolan siswa yang terus menatapnya memuja.

Dhika mengulum senyum saat sudut matanya melihat benda tersebut bergerak menuju tangan Kakak kelasnya yang terlihat sok ganteng.

"Apaan nih?" ucap pria yang menjadi target sasarannya. Ia menunduk dan membeku.

Dhika tersenyum menang dilihatnya ketika keringat dingin mulai membasahi pelipisnya.

"TIKUUUUUSSSSSSSSSSS ..."

Seluruh pria di sana berjingkat, terutama target sasaran Dhika. Tikus mainannya terlempar ke sana ke mari. Langkah selanjutnya, ia pakai untuk kabur dari kerusuhan kantin dan diisi gelak tawa penghuni di sana.

Dhika menggeleng tidak percaya sambil berjalan kelimpungan mengingat reaksi pria di sana. "Aduh, perutku sakit. Ada ya, udah tebar pesona, sok keren, nyatanya gitu doang ketakutan." ucapnya disela tawa.

"Sok keren, tapi penakut." decaknya menggeleng lemah. "Untung aku beli tikus mainan yang hampir sama dengan aslinya."

Sesekali menoleh ke belakang, melihat gerombolan siswa tadi mulai lari dari kantin. Tengsin coy!

Dhika berjalan riang menuju kelasnya di lantai dua. Siapa suruh mengganggu jam istirahat keduanya, jadinya kelima pria sok keren itu harus menebalkan wajah mereka esok hari.

"Aw, sakit!"

"Gue mohon, ja-ARGH!"

Langkah Dhika terhenti di depan toilet siswi.

Kembali ia mendengar teriakan yang mulai sayup ditangkap indra pendengarannya. Dengan wajah polosnya Dhika menatap pintu toilet yang ditutup dengan secarik kertas yang menandakan toilet tidak bisa dipakai.

"Apa di dalam ada adegan dewasa?" gumamnya polos.

Ia menatap sekeliling, tapi sepi karena guru pada rapat membahas perihal sistem mengajar di tahun ajaran baru. Jadi, banyak murid mengabiskan waktu di kantin, lapangan basket, dan taman sekolah.

Dhika menggigit bibir bawahnya, bingung. "Apa aku salah dengar?"

"ARGHHHHH!!!"

Dhika terlonjak kaget. "Ya Allah. Di dalam lagi buat adegan dewasa atau lagi ada orang yang dibully?" ia mengelus dadanya dengan jantung berdetak kuat.

GADIS INDIA KWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang