[14] Menyapa Calon Pacar

444 94 17
                                    

Sekadar info:

Mungkin cerita ini udah membosankan atau terlalu lama di update sampai viewers bertambah, tapi like enggak ada progres. Sedih sih, padahal cerita ini ringan dan bukan mengandung unsur dewasa yang terlalu takut untuk sekadar meng-klik bintang.

Kalau Alice sering bilang di lapak Somplak Plus Gesrek untuk tetap update meskipun responsnya sedikit, sekarang udah enggak bisa. Alice punya rutinitas; masih mengenyam pendidikan. Alice punya akun di platform lain kalau kalian cek biodata Alice. Kisah SPG punya series, selain sekuel Radhika.

Jadi, Alice putusin untuk kasih target lagi sebagai penyemangat untuk lanjutin GIK.

Vote: 20

Alice bakal lanjut kisah Radhika-Juno-Neal kalau enggak ada progres lebih jauh. Ada niatan mau lanjutin di laptop tanpa publikasi di sini atau enggak pindah platform. Tapi, pilihan kedua enggak Alice realisasi. Kisah Dhika terlalu berkesan untuk Alice.

Oke! Terima kasih sudah baca sedikit catatan di atas.

Selamat membaca! Semoga suka!

** ** ** ** **

"Kamu ... ganteng banget malam ini ..."

Wajah Neal bersemu. Ia terpaku saat wajah Dhika terlalu condong sampai gadis itu mampu berbicara kecil—berbisik tepat di depan wajahnya. Bahkan napas gadis itu menerpa permukaan wajahnya. Tubuhnya sedikit meremang dan sontak melepaskan diri dari Dhika.

Gadis itu tertawa.

Ia tahu dalam keadaan temaram yang memisahkan mereka dari lampu sorot—Neal bersemu. Dhika berjalan mendekat dan meletakkan kembali kedua telapak tangan Neal di pinggangnya. "Kata orangtua dulu, enggak boleh berhenti di tengah jalan kalau melakukan apa pun. Selesain dulu. Pamali."

Sontak mata Neal membulat. Tapi semua itu tidak digubris Dhika. Ia terus bergerak dan menuntun Neal menari dengannya. Tangannya melingkar di leher pria itu sambil tersenyum manis.

"Lagu yang diputar hampir semuanya favorit aku."

Neal menaikkan sebelah alisnya. Terlalu malas dan sangat berpengaruh pada jantungnya ketika Dhika akan merespons jauh dari perkiraannya.

"Kenapa kamu diam terus setiap aku ajak ngomong, Neal?" tanya Dhika menatap dalam manik hitam itu. Sorot Neal begitu tajam, tapi tidak sedikitpun Dhika takut.

"Kenapa lo selalu dekati gue?" tanya Neal balik, tanpa menggubris pertanyaan gadis itu.

Dhika mengerjap dan menarik kedua sudut bibirnya. "Karena kamu manis. Aku suka sama cowok yang manis."

Lagi. Gerakan menari mereka terhenti oleh respons Neal yang berubah kaku. Dhika tertawa kecil, menepuk sebelah pipi Neal dan mencubit gemas. "Kamu sering banget mengabaikan aku. Suka enggak merespons baik setiap aku ajak kamu bicara, selalu ketus. Sifat kamu jadi poin tambahan untuk aku tertarik dekatin kamu." balasnya sedikit salah tingkah.

"Terus, kenapa sampai detik ini lo selalu berusaha deketin gue? Padahal gue selalu berusaha mengabaikan lo? Apa lo enggak punya rasa malu, udah dijauhin tapi masih aja mendekat?"

Pertanyaan dingin itu sukses membuat Dhika mendongak. Menatap lekat manik hitam yang kini menatapnya balik.

Neal benar-benar mengharapkan gadis dalam rangkulannya segera sadar. Menjauh dan tidak perlu mengusik hidupnya lagi. Dhika bukan gadis yang punya rasa malu; mengedepankan gengsi. Gadis itu justru bertingkah sebaliknya. Tidak tahu malu.

GADIS INDIA KWWhere stories live. Discover now