[5] Kembali

403 102 15
                                    

Meja bundar itu diisi oleh tiga pria bersama dua perempuan dengan dress seksi. Pria dengan alis tebal itu membuka lembaran kartu dan tersenyum puas saat melemparnya. "Gue menang," seringainya membuat kedua pria di depannya mendesah frustrasi.

"Sial," umpat pria dengan rahang tegas itu-Alden.

"Nyokap gue belum tiga hari pergi ke Austria, duit gue udah habis." sambung Faresta.

Juno mengedikkan bahu sambil mengambil alih ratusan ribu uang yang ditotal jutaan rupiah itu. "Sayangnya gue nggak peduli. Kalian yang ajak, terima risikonya."

Mereka berlima duduk di kejauhan hiruk pikuk club. Malam ini begitu ramai hingga Juno memilih ikut bermain bersama temannya.

Pria itu berdecak kesal ketika dua perempuan yang sempat duduk bersebelahan dengan kedua temannya justru mendekatinya sambil mengelus bahunya.

"Kayaknya ada yang bakal puas malam ini," sindir Alden menilik Juno yang menatapnya dingin.

Faresta bersiul menggoda. "Servis," desisnya menggoda.

Juno mendengkus remeh tidak memedulikan temannya dan tanpa perasaan menurunkan kasar tangan menjijikkan itu.

Lain halnya mereka duduk di ruang VIP, beberapa orang dekat pintu masuk sudah mengalihkan pandangannya pada gadis cantik bertubuh semampai. Gadis yang mengenakan dress maroon selutut dengan lengan panjang dan bagian bahu terekspos sempurna serta rambut warna cokelat terurai.

Make up yang sengaja sedikit ditebalkan dengan lipstick merah, membuat dirinya terlihat dewasa.

Saat langkahnya semakin masuk, satu pria dewasa menghalangi langkahnya. "Mau kutemani, sayang?" ucapnya tersenyum mesum sambil meraih pergelangan tangan lembut gadis itu.

Ia tersenyum miring dan dengan santai menyingkirkan pria itu setelah mengucapkan kalimat menohok. "Maaf, tapi aku enggak suka yang bekas."

Dentuman keras club ternama di Jakarta ini begitu memekakan telinganya. Namun sampai langkah kakinya menuntun bertemu dengan pujaan hati, senyum lebar terbit dengan mudahnya.

"Inget, besok kita harus sekolah. Jangan buat diri lo terlalu lelah," Juno melihat Faresta yang melirik ganti perempuan di samping Juno. Perempuan seksi yang tidak akan menarik perhatiannya.

"Kalau perlu mereka buat kalian aja."

"Waw," Alden menyahut heboh. "Jangan bilang, sekarang lo ada kelainan? Pencinta sejenis?"

Juno mendelik sempurna. "Iya, nih. Cuma lo yang enggak waras sia-siain cewek cantik kayak mereka."

Kembali kedua perempuan itu mengelus bahu tegap Juno, tapi dihempaskannya lagi.

Juno menatap kedua temannya untuk menyingkirkan kedua perempuan seksi itu, tapi temannya hanya tersenyum usil membiarkan tubuh Juno digerayangi oleh tangan nakal itu.

"SAYANGNYA RADHIKA!"

Sukses kelimanya menatap sumber suara dan ekspresi paling bodoh ditampilkan Juno. "Sialan bocah ini tau tempat gue!"

"Sayangnya Radhika ..."

Dhika mengecilkan volume suara saat dirinya semakin dekat dengan Juno. Senyumannya membius Faresta dan Alden.

"Den, cepet tampar gue sekarang." seketika Faresta terpekik saat dengan santainya Alden menamparnya begitu bertenaga. "Sialan lo!"

"Salah lo yang suruh gue tampar." balasnya tanpa menoleh dan tetap memandang Dhika yang terlihat berbeda dari pertemuan pertama mereka.

GADIS INDIA KWKde žijí příběhy. Začni objevovat