[9] Cantik-Cantik Menakutkan

334 82 24
                                    

Astagfirullah.

Alice kayaknya harus banyak istigfar. Enggak nyangka, udah lama buat update cerita di wattpad yang ternyataaaaa ... kalian begitu luar binasa! Terima kasih sudah tetap menuhin notifikasi Alice, meninggalkan komentar di dua cerita yang ternyata SPG viewersnya udah Alhamdulillah.

Alice bakal usahain lagi untuk buat akun ini tetap aktif lagi. Sekali lagi terima kasih teman-teman untuk segala apresiasi kalian.

Selamat menyelami dunia Radhika Schmidt^^

Happy reading guys!

**

Beberapa anak tengah memerhatikan pelatih yang berdiri di depan mereka. Mendengarkan teknik dasar dari olahraga Voly. Duduk bersila, dengan pakaian santai; kaus dan celana training.

Dhika yang duduk paling depan memerhatika dengan serius, begitu pun Bevin. Guru olahraga berusia tiga puluh tahun itu memberikan contoh cara passing bersama salah seorang siswa untuk menjadi rekannya. Dilanjutkan beberapa teknik tambahan untuk memperkenalkan terlebih dahulu teknik dasar bermain voly.

"Silakan berpasangan, perempuan sama perempuan begitu pun sebaliknya."

Semua menjalankan instruksi guru ekstrakurikuler tersebut. Dhika berpasangan bersama Bevin, berdiri pada tempat yang sudah disediakan.

Mereka berlatih di lapangan khusus voly. Untuk indoor hanya diisi basket. SMA Patra Mandiri memiliki banyak ekstrakurikuler, tinggal memilih sesuai minat masing-masing dan diurutan pertama diisi oleh kelas renang.

"Hari ini lo kelihatan berbeda," ucap Bevin menerima pukulan bola dan melempar kembali dengan tangan bertumpu. "Terlihat kesal sama seseorang, mungkin sih." lanjutnya sedikit ragu.

Dhika mengangguk malas, tetap membalas pukulan tersebut. "Neal membuatku kesal." geramnya mencebikkan bibir.

Bevin tidak balas memantulkan. Ia membiarkan bola voly itu menggelinding dan fokus menatap Dhika yang mengernyit. "Kenapa bolanya dibiarkan?"

Bevin tidak menjawab. Ia melangkah pelan mendekati Dhika. "Neal? Maksud lo Kak Neal senior kita?" tanyanya ragu. Dhika mengangguk pelan, masih tidak mengerti. "Sejak kapan lo kenal dia?"

Gadis itu mencoba bersikap biasa, meskipun ada rasa aneh menjalar dalam dirinya.

Butuh beberapa detik Dhika mencerna dan ia tersadar dan menepuk keningnya. "Ya Allah, Bev! Maafin aku ya?" Bevin tetap diam memandang Dhika. "Aku mau cerita tentang hal ini kemarin, tapi kamu justru izin tidak masuk sekolah."

"Ada apa, Dhik?"

"Kamu tau bulan depan kita menampilkan permainan musik kan?" ucapnya dan Bevin mengangguk pelan. "... dan aku meminta Neal mengajariku."

"Apa?!"

Dhika tertawa pelan mendapati wajah kaget itu. "Kamu lucu. Seperti mendengar berita paling heboh. Jika kamu ingin bergabung, ikut denganku ke gedung sebelah untuk meminta diajarkan pada Neal."

Bevin mengatupkan bibir rapat. Ia menggeleng cepat. "Gue cuma bingung gimana pada akhirnya lo bisa bertemu, bahkan bisa diajarin sama Kak Neal." akhirnya Dhika menceritakan hal sebenarnya hingga Bevin mengangguk paham.

"Kamu enggak cemburu kan?"

Bevin tersenyum kikuk. "Untuk apa? Gue nggak berhak melarang siapa pun dekat dengannya, apalagi lo. Klasik banget Dhik." balasnya tertawa pelan.

"Kalau pun kamu berpikir sebaliknya, jangan salah paham ya? Aku enggak lebih jadi muridnya Neal, sekadar meminta berbagi ilmu dengannya."

Bevin tersenyum manis. "Iya, Dhika, gue ngerti. Maafin gue juga kalau sempat buat lo bingung dengan ekspresi gue." Dhika mengangguk. "Terus, udah mulai belajar biolanya?"

GADIS INDIA KWWhere stories live. Discover now