[12] Makna Tersirat Sebuah Lagu

503 83 11
                                    

Pria bertubuh jangkung itu berjalan di koridor sekolah menuju kelasnya berada. Pria itu tidak memedulikan beberapa tatapan penuh kagum pada kerumunan siswi yang ia lewati. Neal. Pria itu hanya menampilkan wajah datarnya seperti biasa.

Ia menghentikan langkahnya ketika suara itu menginterupsi dari belakang. Neal mendapati Jayden berlari ke arahnya dengan memegang kuat tali ransel.

"Lo cepet banget jalannya. Tadi pas gue masuk gerbang, lo baru turun dari motor." ucap Jayden dengan napas tersengal. "Sedikit nguras energi juga ngejar lo." sambungnya sedikit menormalkan deru napasnya.

Neal menggeleng pelan. "Enggak ada yang nyuruh lo olahraga pagi." sindirnya di balas decakan Jayden.

Pria dengan tinggi yang sama dengan Neal itu menatap pria itu lekat. Neal memicing. Ia mulai menangkap aura yang aneh.

"Jangan bilang--"

"--ya! Lo tau apa yang gue pikirin!" seru Jayden tertawa. "Sebuah alasan yang buat gue rela ngejar lo dari parkiran."

Neal mendengus kesal. "Memangnya lo enggak minta ajarin tutor di tempat les untuk bantuin jawaban tugas kimia kemarin?" Jayden menggeleng cepat. "Lo buang duit orangtua aja." cetusnya yang membuat Jayden menatapnya datar.

"Gue bukan satu-satunya anak yang bandel, Neal. Di luar sana masih ada yang lebih parah dari gue. Seenggaknya gue berusaha untuk cari jawaban meskipun harus dengan cara menyontek." ucapnya memberitahu tentang dirinya yang masih sadar akan kewajibannya. "Kalau lo mau tau siapa yang lebih parah dari gue, anak kelas sebelah tuh, rombongan Juno. Udah sering bolos, terus kerjaan teman-temannya suka cari sontekan dari kelas lain."

Ucapan Jayden sontak mengubah air muka Neal yang sebelumnya datar sedikit mengetat. "Kenapa kita bahas orang lain?"

"Gue kasih contoh yang lebih relevan." balasnya santai.

"Apa penting, bahas tentang mereka?" cetusnya.

Jayden terdiam. Ia sadar telah salah bicara. Ia pun berdeham. Jayden sedikit ciut dengan tatapan Neal yang lebih datar di balik mata tajamnya. "Sori, gue salah bicara." sahutnya mengusap tengkuk seraya menampilkan deretan gigi rapinya mencoba mencairkan suasana.

Neal mengembuskan napas pelan. Ia pun memilih melangkah menuju kelas bersama Jayden yang berjalan di sampingnya masih sedikit canggung. Ia kembali menyebut nama pria itu.

Perlahan Neal memelankan langkahnya ketika seorang siswi tengah duduk di kursi panjang depan kelasnya. Rambut tergerai dengan bandana putih itu menghalangi Neal untuk melihat wajah gadis itu.

Neal mengernyit saat tidak asing dengan postur tubuh gadis itu.

"Kenapa enggak masuk Neal?" tanya Jayden ikut berhenti.

Ketika nama Neal disebut, gadis yang tengah duduk mendengar itu langsung mendongakkan kepalanya. Neal dan Jadyen menatap lekat manik hitam itu cukup kaget.

Gadis itu tersenyum kikuk memandang dua pria tampan-merupakan incaran para siswi di sekolahnya. Ia pun berdiri sembari memegang kotak bekal itu dengan erat. Berharap rasa gugupnya tidak kentara.

"Halo Kak Neal dan Kak Jayden."

Jayden mengerjap. Ia sungguh tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Seorang siswi yang ia tahu kerap kali terlihat bersama Neal. Tidak. Neal-lah yang kerap kali terlihat karena sering menolong gadis itu dari geng Patricia. Neal pernah menceritakannya.

Jayden menyikut lengan Neal. Pria itu seketika tersentak. Jayden mendekatkan wajahnya di telinga Neal. "Bukannya dia Bevin? Di mana kacamata yang sering di pakainya?" bisik pria itu.

GADIS INDIA KWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang