15. Memory

4.2K 461 114
                                    

Sebelum baca, kasih ✩ dulu ya, biar w makin semangat. Setelah baca, tinggalin komentar 💬

Selamat membaca

Koreksi typo tolong

Koreksi typo tolong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tempat ini sunyi. Warna merah mendomisasi, persis seperti hamparan langit yang bertaburan bintang dikala malam menjelang. Bedanya, tak ada bulan yang menyinari dan tak ada juga awan hitam yang menghiasi. Aqueena baru menyadari adanya tempat seperti ini, begitu menyeramkan, dan takutnya tempat ini bisa saja akhirat setelah kiamat.

Matanya mengerjap beberapa kali, memastikan pemandangan yang berada di sekelilingnya bukanlah mimpi. Namun tiba-tiba saja, sebuah pintu berwarna putih muncul, diikuti munculnya pintu warna berbeda di sekitar pintu itu. Pintu-pintu bermunculan secara beruntun dengan warna yang berbeda-beda pula.

Aqueena terkesiap hingga terhenyak. Pasalnya, pintu-pintu itu bermunculan diiringi suara teriakan dan berbagai suara bising yang membuat kesunyian sesaat berubah menjadi seperti area tanding sepak bola.

Terakhir kali yang diingat Aqueena adalah ketika dirinya ikut bersama gadis bergaun merah. Gadis itu ingin memberikan bukti perihal masa lalu yang tak pernah Aqueena ketahui. Aqueena setuju, karena yang dipikirkannya saat itu adalah kebohongan gadis bergaun merah. Dia ingin membuktikan sendiri bahwa apa yang dikatakan gadis itu tidaklah benar.

Ya, siapa pun pasti akan melakukan hal yang sama seperti Aqueena. Siapa pun pasti curiga dan tak percaya jika ada seseorang yang berkata kita pernah tinggal di dunia berbeda, di dunia sihir yang sebenarnya tak pernah ada. Dan yang dilakukan Aqueena saat ini hanya membuktikan dan sedikit tertawa manakala gadis itu tak sanggup membuktikannya.

Namun, yang dialami Aqueena saat ini berbeda. Setelah Aqueena menjawab tangan dari gadis itu, tiba-tiba saja Aqueena merasakan tubuhnya tertarik ke suatu tempat. Pusing mulai menghantui kepalanya. Setelah beberapa saat berikutnya, entah bagaimana caranya tiba-tiba saja Aqueena berada di sebuah gua, tepatnya berdiri di depan patung batu.

Patung itu sangat berbeda dari kebanyakan patung yang pernah dilihat Aqueena. Patung batu itu dipahat sedemikian rupa sehingga menyerupai kepala naga. Mulutnya terbuka lebar. Di dalam mulutnya terdapat genangan air yang mengalir entah dari mana, namun air yang mengalir tersebut tak pernah melimpah meskipun genangan air itu telah penuh.

"Benamkan kepalamu di sana." suara gadis bergaun merah tiba-tiba saja terdegar.

Aqueena menoleh ke belakang mencari keberadaan gadis itu. Tepat saja, Aqueena menemukan gadis itu tengah berdiri. Aqueena bingung hingga timbul kerutan di sepanjang lebarnya jidat gadis itu.

Perlahan, gadis itu mendekat. "Ini adalah gua ingatan. Kau dapat melihat ingatanku di sini."

"Gua ingatan? Apa maksudnya?" Aqueena semakin bingung. Mana ada tempat seperti itu di dunia ini. Aqueena takkan tertipu. Mungkin saja ini kebohongan lagi. "Maksudmu dengan membenamkan kepalaku di sana aku bisa melihat ingatanmu, begitu?"

The Magic Stone: Red PearlWhere stories live. Discover now