20. The God

2.9K 265 100
                                    

Udah bosan ngebacod

Vote sama komen ya jangan lupa 😊

Langsung baca lah bagi yang nanya

👇👇


Plakkk

Sakit dirasakan Arthur ketika sebuah tamparan mendarat di pipinya. Arthur belum sepenuhnya sadar, namun dia mencoba membuka matanya.

"Bangunlah!"

Suara itu terdengar begitu tenang di telinga Arthur. Namun, Arthur tak mampu mengenali pemilik suara itu. Yang jelas, itu adalah suara seorang laki-laki. Tetapi tunggu, Arthur merasa itu juga persis seperti suara perempuan. Ah, sudahlah. Mau laki-laki ataupun perempuan, yang jelas pemilik suara itu memiliki tangan yang keras sehingga mampu membangunkan Arthur.

Plakk

"Hei, pemalas!"

Plakkk

Perlahan Arthur membuka matanya. Yang pertama kali ditangkap matanya adalah silau cahaya terang keemasan yang berasal entah dari mana. Sekilas Arthur menangkap adanya sosok seseorang, namun terhalangi cahaya hingga Arthur tak bisa melihat wajahnya.

Tunggu dulu!

Arthur mengucek matanya untuk memastikan penglihatannya tidak salah. Yang benar saja, sumber cahaya yang dilihatnya semata berasal dari wajah seseorang yang berdiri tegak di hadapannya. Ini begitu aneh, namun ini juga... ah sudahlah. Dari pada pusing dan menebak-nebak sendiri kebenaran yang ada di depan mata, kenapa tidak tanyakan langsung pada orang yang punya wajah memancarkan cahaya itu.

Arthur menelan susah salivanya, dia enggan untuk bertanya lebih jauh. "Apa kau..."

"Seperti dugaanmu!" dia berbicara tanpa memperlihatkan bibir yang bergerak. Arthur saja belum bisa menebak apakah dia punya bibir, atau mungkin dia sama sekali tak punya wajah sebab di wajahnya hanya terlihat cahaya. "Aku sering disebut Dewa Surya."

Seketika Arthur merasa tenggorokannya tersekat. Betul dugaan Arthur. Si wajah bercahaya memanglah Dewa Surya yang entah kenapa bisa menemuinya. Aneh memang, semuanya terjadi begitu saja. Setahu Arthur terakhir kalinya dirinya... ASTAGA!!

"Kau tidak seharusnya berada di sini!" Dewa Surya menatap Arthur meskipun Arthur tahu wajah Dewa Surya hanyalah berupa cahaya matahari yang bersinar terik namun tak menimbulkan panas.

Apakah Dewa Surya memang punya bentuk seperti ini? Satu kata... menyeramkan.

"Apa yang terjadi padaku?" tanya Arthur yang sebenarnya bertanya pada dirinya sendiri, namun Dewa Surya menjawabnya.

"Kau berada di ambang pintu menuju akhirat!"

Dengan susah payah, Arthur menelan salivanya. Lelaki itu lagi-lagi merasa tenggorokannya semakin tersumbat. Ambang pintu menuju akhirat? Kenapa terdengar mengerikan?

"Kau sudah pernah mati sekali, lantas kenapa kali ini kau menyia-nyiakan hidupmu?" pertanyaan Dewa Surya sukses menohok relung hati Arthur hingga membuatnya tertunduk. "Dunia ini tak sebaik itu memberimu kehidupan lagi. Ya, meskipun hidupmu dulu diberikan oleh iblis."

"Apa maksudnya?"

"Dunia ini penuh dengan kebusukan, Anakku." Orang yang mengaku Dewa Surya itu lantas mengulurkan tangan dan mendaratkannya di bahu Arthur. "Ingatlah, Nak. Kekuatan Solar yang kau dapatkan adalah murni milikmu meskipun dia yang memberimu kehidupan dahulu dengan memberikan kekuatan Solar padamu. Kau adalah keturunanku, karena itu kau berhak mendapatkannya."

"Tapi... aku merasa tak pantas." Arthur merasa dirinya sudah tak pantas menjunjung nama Raja Surya. Sebab, bagaimana bisa Arthur menjadi sandaran seluruh umat kalau dirinya saja tak bisa selamat dari jebakan penyihir hitam.

The Magic Stone: Red PearlWhere stories live. Discover now