3. Dewi Suzuran

201 18 18
                                    

Tampak senpai menoleh pada gadis yang berteriak itu dan berdecak, "kita pergi!"

Senpai dan teman-temannya pun pergi meninggalkan tempat dengan wajah sangat kecewa. Tampaknya mereka tidak menyukai jika ada perempuan yang terlibat.

Setelah kepergian mereka, gadis itu berlari kecil-kecil menuju tiga serangkai. Gadis itu tampak sangat cantik dan berkilau bagai batu berlian. Ia menebarkan pesona senyumnya yang menawan, "kalian nggak papa?"

Tiga serangkai terbengong melihat sekuntum bunga yang melebihi keindahan mawar itu sambil menganga. Tampaknya Ryo tidak sekedar menganga, tapi mengeluarkan cairan dari dalam mulutnya yang menetes keluar dengan deras.

Gadis itu tertegun, lalu merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah saputangan. Ia memberikannya pada Ryo, "ini.. buat elap iler kamu!"

Ryo melebarkan matanya lalu perlahan menerima saputangan dari gadis itu dan tersenyum bodoh, "hehe."

Chiba dan Taishi pun melirik tajam pada Ryo. Ryo merasakan hawa dingin di sekitar lehernya, ia memegangi lehernya dan melirik perlahan pada teman-temannya. Ryo terkejut lalu menunduk mengalihkan pandangannya, "mampus gue!"

"Hei!" panggil gadis itu melihat Ryo, Taishi dan Chiba secara bergantian, "kenapa kalian bisa terlibat sama senpai itu?"

"Aaa~ itu.. kita punya hobi baru untuk menjadi detektif!" balas Taishi sambil memperagakan gaya detektif Conan, lalu meringis kesakitan.

"Bener itu!" sahut Ryo ikut nimbrung, "Chiba yang punya idenya!"

Chiba pun panik seketika apalagi teman-temannya menyebutkan kata detektif. Gadis itu memicingkan matanya melihat Chiba. Chiba semakin panik, bergetar, wajah pucat, berkeringat dingin rasanya mau pingsan tidak jadi. Ia mengalihkan pandangannya.

"Ou!" sahut Taishi sambil menepuk keras pundak Chiba, "perkenalkan anggota baru kami, sang Shogun!"

"Shogun?" tanya gadis itu bingung.

Chiba melirik tajam pada Taishi namun Taishi tak mengerti arti lirikan itu. Chiba pun berusaha menjelaskan pada gadis itu, "ah, bukan itu maksudnya. Dia hanya main-main!"

Tampak gadis itu manggut-manggut mulai mengerti. Chiba pun mengulurkan tangannya, "Gue.. Yudai Chiba."

Gadis itu pun menjabat tangan Chiba dengan senyum paling indah, "Komatsu Nana."

Mereka berdua pun saling berpandangan selama beberapa detik. Merasa risih melihat adegan itu, Ryo segera memukul-mukul tangan Chiba. "Sepertinya ada nyamuk di sini?"

Chiba pun melepaskan jabatan tangannya dan kesal pada Ryo, "apaan sih!"

"Kamu.. anak baru ya?" tanya gadis bernama Nana itu pada Chiba.

Chiba mengangguk malu-malu, "iya."

"Semoga betah ya," ujar Nana dengan tersenyum lebar.

Tampak Ryo dan Taishi mengangguk-angguk, "tentu~"

Merasa kesal Ryo dan Taishi mendahuluinya, Chiba memukul kepala mereka dari belakang.

Pletak!

Adow!

Ryo dan Taishi menoleh pada Chiba dengan wajah kesal. Ryo meringis, "kenapa lu pukul gue?"

Chiba diam saja mengabaikannya. Taishi pun ikut protes, "kalo lu pukul gue, pukul Komatsu-chan juga dong!"

"Eh?" Nana tampak bingung dan melihat Chiba sedikit takut.

Chiba segera melambaikan tangannya, "nggak, nggak! Nggak mungkin gue pukul cewek! Apalagi.. ceweknya secantik lu!"

Nana yang mendengarnya pun terpesona malu. Chiba yang telah mengatakan hal itu pun ikut malu. Taishi dan Ryo pun tidak sabar ingin menggoda Chiba lalu menggelitiknya. Tiga serangkai itu pun saling tertawa, tak lupa diam-diam Nana juga ikut terkekeh.

Umurku 30 Bukan 17 (Tamat)🌹Where stories live. Discover now