8. Curiga

79 11 0
                                    

Semakin hari Nana semakin stress karena dijauhi oleh Chiba. Setiap Nana ingin bicara padanya, selalu saja ada alasan untuk menghindarinya. Nana semakin bingung dan frustasi. Aku salah apa? Kenapa dia jauhin aku? Pasti ada yang salah, tapi apa? Nggak enak banget diginiin! Rasanya terabaikan itu bagaikan hantu yang tak bisa dilihat, hatiku sakit banget!

Tampak Nana menangis karena masalah ini. Di kejauhan, Kento melihatnya. Ia ingin menghampirinya, tapi Nana tak akan cerita tentang masalahnya. Kento yakin, ini pasti ada hubungannya dengan Chiba. Ia mengepalkan tangannya dan bergumam, "awas aja lu, kecil!"

***

"Woooi! Keciil!" panggil Kento santai namun menekan dengan tatapan mata yang tajam pada Chiba yang sedang membaca buku di halaman.

Chiba melirik dan memiringkan mulutnya, "kecil kepalamu!"

Chiba mengabaikannya dan meneruskan membacanya. Kento berdecak kesal karena diabaikan, ia pun menghampiri Chiba. "Lu gak denger hah?"

Chiba melirik lagi, "senpai ngomong sama gue?"

"Lu minta dihajar hah?" geram Kento sambil mengepalkan tangannya.

"Tinggal hajar pake izin," celetuk Chiba kembali pada bacaannya. Kento yang semakin geram pun melemparkan bogemnya ke wajah Chiba.

Buk!

Chiba terhuyung hampir jatuh namun ia bisa mengendalikan keseimbangan tubuhnya. Chiba melirik tajam lalu membaca bukunya lagi.

Kento yang kesal mengambil buku Chiba dan dibuang ke daratan. "Lu gak liat apa gue lagi ngomong!"

Chiba melirik malas, "ya ngomong aja."

"Lu!" Kento mengacungkan jari telunjuknya ke wajah Chiba, "habis ngapain Nana hah?"

Chiba menggigit bibirnya dan merubah ekspresinya setenang mungkin, "nggak ngapa-ngapain."

"Bohong! Lu pasti habis macem-macem kan sama my honey?" tanya Kento memicingkan matanya.

Chiba beranjak berdiri, "lu urus urusan lu sendiri!"

Chiba pun melengos pergi tanpa mengindahkan teriakan Kento. Kento semakin kesal padanya.

***

Sore itu, Chiba datang ke kantor polisi untuk melapor pada detektif Tanaka. Ia duduk dengan lemas di kursi ruangannya, "nggak ada yang dilaporkan."

Detektif Tanaka berdecak, "masih gak semangat?"

Chiba diam saja sambil memainkan kursinya berputar-putar. Detektif Tanaka menghela nafas panjang, "ada info baru."

Chiba mendongak, "apa?"

"Ini mengenai motif si pelaku. Setelah dianalisis kembali dari kesaksian korban-korban sebelumnya, tampak ada kesamaan di antara korban-korban itu," ujar detektif Tanaka sambil merapatkan kedua tangannya.

"Apa yang sama?"

"Mereka sama-sama murid yang berprestasi. Rata-rata pintar dalam bidang akademi," jawab detektif Tanaka.

"Jadi, pelaku itu mengincar anak-anak pintar?" tanya Chiba balik. Detektif Tanaka hanya mengangguk.

Detektif Tanaka mengangguk, "selain itu mereka adalah kandidat peserta lomba cerdas cermat. Jadi menurutku, pelakunya mungkin orang yang selevel dengan mereka."

"Oh.. bisa jadi tujuan pelaku itu untuk menyingkirkan saingan? Pantas saja, kalau tidak salah Yamamoto-san juga salah satu pesertanya. Nana-chan pernah cerita padaku," ujar Chiba mencoba menganalisis.

Umurku 30 Bukan 17 (Tamat)🌹Donde viven las historias. Descúbrelo ahora