12. Putus

85 10 0
                                    

"Mou wakaremashou!"

–Nana–

💜

"Nana!" panggil Chiba melihat Nana keluar dari aula. Chiba pun mengejarnya dan mencekal tangan Nana.

"Lepas!" seru Nana berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman tangan Chiba.

"Aku mohon, dengarkan aku dulu..," pinta Chiba dengan tampang memelas dan menggemaskan bagaikan anak kelinci minta makan.

Nana masih merengut dan melepaskan paksa cengkraman tangan Chiba. "Nggak ada yang bisa kita bicarakan lagi!"

"Nana, please.."

Nana bergetar dan menunduk. Ia meneteskan air matanya yang telah terbendung di kelopak matanya. Ia mendongak dan memukul-mukul dada Chiba, "tega kamu! Tega! Kamu udah bohongin aku!"

"Aku.. aku nggak bermaksud begitu.. aku cuma..," ujar Chiba berusaha menjelaskan.

Nana pun semakin marah dan menutupi telinganya, "udah cukup! Aku nggak mau dengar lagi! Dasar penipu! Apalagi kamu.. kamu itu om-om! Jijik tau nggak!"

Chiba pun merasa dirinya terhantam oleh batu yang sangat besar bagaikan kera sakti yang terkena tangan budha. Jantungnya sakit, sesak di dada, tubuh bergetar, wajah pucat dan kepalanya pusing. Ia terhuyung ke belakang namun berusaha ditahannya, "Nana.."

Nana menatapnya dengan penuh amarah, "pokoknya kita END!"

Nana segera berbalik dan berjalan cepat meninggalkan Chiba. Chiba masih berdiri diam, kakinya terasa sangat berat untuk melangkah. Ia hanya mengulurkan tangannya dan berusaha memanggilnya, "Nana! Nana!"

***

Keesokan harinya, tampak semua orang memandangi Chiba yang berjalan ke kelas. Mereka saling berbisik dan menatap risih juga ketakutan. Chiba masih tidak tahu apa yang terjadi, dia memasuki kelasnya dengan ragu. Dia duduk di tempatnya.

Ryo dan Taishi menoleh ke belakang, "kenapa masih di sini?"

"Eh? Kenapa?" tanya Chiba polos.

Ryo menutupi mulutnya dengan sebelah tangannya, "bapak udah ketahuan sama semuanya!"

Chiba mendelik lalu melirik Taishi, Taishi mengangguk polos. Chiba melirik Ryo kembali, "kok bisa?"

"Kemaren.. waktu insiden bapak sama Nana putus, ehm, mereka dengar semuanya. Jadi gosipnya cepat menyebar," ucap Ryo merasa canggung.

Chiba berdeham dan beberapa kali melirik Ryo dan Taishi. Tiba-tiba seorang guru datang dan memanggilnya, "Yudai-san, ikut saya, ehm!"

Chiba bingung dan menuruti guru itu. Dia pergi ke sebuah ruang kepala sekolah. Tampak di sana beberapa guru dan juga detektif Tanaka sudah duduk di sana. "Tanaka-san?"

"Duduk dulu, Yudai-san!" perintah kepala sekolah sambil mempersilakan duduk di tempat yang kosong. Chiba menurutinya. "Jadi.. Yudai-san, kami semua sudah tahu bahwa anda adalah polisi. Tapi kami dari pihak sekolah, dengan berat hati akan memberhentikan anda untuk terus sekolah di sini. Kami tidak ingin ada keributan, dimana hampir semua murid sudah tahu identitas anda. Jadi, saya mohon pengertiannya."

Chiba merasa bingung dan melirik detektif Tanaka. Detektif Tanaka balas melirik dan mengangguk. Chiba menghela nafas panjang, "baik, pak! Terimakasih atas kerjasamanya selama ini."

Chiba pun keluar dan minta izin untuk berpamitan pada dua temannya. "Tanaka-san, aku mau pamitan dulu sama dua bocah itu."

Detektif Tanaka mengangguk, "iya, aku tunggu di mobil."

Umurku 30 Bukan 17 (Tamat)🌹Where stories live. Discover now