14. Saksi

81 8 0
                                    

"Aku masih mencintaimu, Chiba-kun!"

–Nana–

💜

Hari itu, setelah mendengar kabar dari Ryo, Nana bergegas pergi ke rumah sakit. Ia mencari pasien bernama Yudai Chiba dengan wajah panik.

"Yudai Chiba, sus!" seru Nana dengan menggerak-gerakkan jarinya tak sabaran.

"Ruang Mawar 312," ucap suster itu dengan memandangi komputernya.

Tanpa bicara lagi Nana segera berlari menuju ruangan itu. Ia membuka pintu dan segera menghampiri Chiba, "Chiba-kun!"

"Nana?"

"Apa yang terjadi?" tanya Nana mulai meneteskan air matanya.

"Nana..," panggil Chiba sambil mengulurkan tangannya ke pipi Nana, "jangan menangis.."

Nana memegang tangan Chiba, "aku.. aku.. maafkan aku.."

"Kenapa kamu minta maaf?" tanya Chiba dengan tatapan iba.

"Karena aku.. aku.. sudah membuangmu! Hiks!" jawab Nana sambil menangis.

"Sudahlah, nggak papa kok," ucap Chiba menghibur.

Nana menggeleng, "aku memang kecewa kamu bohongi aku tapi aku begini karena kamu itu om-om! Sebenarnya aku begini gara-gara.."

Nana menelan ludahnya dan berbicara lirih, "aku pernah dilecehkan sama om-om genit."

"Apa?"

Nana mengangguk, "karena itulah aku masih trauma. Tapi.. tapi aku tahu, kamu nggak seperti itu!"

Chiba tersenyum kecil, "udah gak papa, jangan nangis lagi. Aku malah.. prihatin sama kamu. Aku.. pasti akan menjagamu, nggak akan kubiarkan om-om genit menggodamu!"

Nana pun tersenyum, "makasih.. baby pandaku!"

Chiba berdeham, "kenapa panggil aku begitu? Kita kan.."

"Kamu kan pacar aku!"

"Eh?"

Nana mengangguk, "aku masih mencintaimu, Chiba-kun!"

"Benarkah?"

Nana mengangguk lagi dan menatap Chiba dengan ragu, "kamu.. gak mau kita balikan?"

Chiba melebarkan matanya, "siapa bilang! Mau!"

"Mau kamu 17 tahun atau 30 tahun, aku nggak peduli lagi. Aku akan tetap suka sama kamu," ujar Nana lalu berbisik di telinga Chiba, "I love you, Om!"

Chiba tercengang lalu tersenyum  tersipu malu dan Nana tertawa kecil. Mereka pun berbahagia kembali.

***

Di sekolah...

Tampak Ryo duduk sendirian termenung. Ia menoleh ke bangku kosong di sebelahnya dan di belakangnya. Ia merasa begitu kesepian dan mendesah cukup keras, "aaaaaahh!"

"Berisik!" seru Yamaken yang duduk di seberangnya.

"Ah!" Ryo berjalan menghampiri Yamaken, "ternyata gue masih punya lu!"

"Stop!" seru Yamaken sebelum Ryo menyentuhnya, "jangan deket-deket gue!"

Ryo memiringkan mulutnya dan dengan lemas ia berjalan keluar kelas. Di jalan, ia bertemu dengan Shuhei.

"Dasar lemah!" seru Shuhei dengan wajah datar.

Ryo menoleh dengan wajah jeleknya, "apa lu bilang?"

Umurku 30 Bukan 17 (Tamat)🌹Where stories live. Discover now