2. Pasukan Piranha (revisi)

6.4K 342 18
                                    

'Kami kenal karna bersama, dekat karna menyapa, diam karena gengsi, canggung karena jarak, jauh karena ego..'

---------------------------------------------
Happy Reading📚

Pak Ahmad menghela napas lelah, entah sudah keberapa kalinya anak itu masuk ruang BK. Bagas- lagi-lagi dia yang harus berhadapan dengan pak Ahmad.

Bagas memangku sebelah kakinya keatas paha. Bersenangdung dengan santai, seperti tidak menganggap penting keadaan sekitar, dia sedang dimana, berhadapan dengan siapa, dia seolah tak perduli dengan itu.

Pak Ahmad menghela napasnya, "Sudah berapa kali bapak bilang, berlakulah sopan didepan guru, bisa?" Tanya pak Ahmad dengan nada setengah marah.

"Bisa kok pak." Sahut Bagus seraya tersenyum

"Kalo bisa, itu kaki turunin! Meni blegug sia!" Bentak pak Ahmad, menggebrak meja.

"Oh, hehe sorry pak, hilap." Ucap anak itu seraya menurunkan kakinya, membentuk peace dijari dengan cengirannya.

"Hilap, hilap. Hobi maneh mah, mancing emosi orang aja pagi-pagi."

"Bapak aja yang tukang ngegas."

Pak Ahmad yang geram menarik telinga Bagas lalu memelintirnya, membuat anak itu meringis kesakitan.

"Ada-dah, aduh! Pak, sakit ini kuping saya copot dah, yah, bener dah ini mah copot."
Adu Bagas, sembari menahan tangan pak Ahmad agar tidak terlalu kuat menjewernya.

"Biarin aja copot sekalian! Kuping kamu juga gak ada fungsinya. Kalo bukan karna kamu anak ber-prestasi, udah saya tendang kamu dari sekolah ini." Oceh pak Ahmad yang masih setia menjewer kuping Bagas.

"Ya udah pak lepas ini aduh, ya allah ampuni hambamu yang lemah ini!!"

Akhirnya pak Ahmad melepas tangannya, Bagas hanya pasrah mengusap daun telinganya yang memerah.

"Kamu sadar sedikit dong Bagus, ka-"

"Maaf pak, saya koreksi, Ba-gas.
Bukan Bagus pak."

"Siapa lah nama kamu, pokoknya kamu itu udah banyak masalah disekolah ini. Jangan nambah-nambah lagi! Maruk maneh teh!" Bentaknya lagi.

"Ya maaf pak. Ketek saya bener-bener kayak rawa-rawa tadi pak, kalo banjir gimana? Kan bahaya, pak."

"Ini upacara Bagus, u-pa-ca-ra. Ngapain maneh teh mikirin ketek!" Balas pak Ahmad penuh penekanan.

"Pak, begini ya," Bagas membenarkan posisi duduknya. "Ketek saya ini belum tersedia penampungan urgent kalo sewaktu-waktu debit air meningkat tiba-tiba kayak waktu upacara tadi. Jadi kemungkinan untuk banjir tuh besar pak." Lanjut Bagas.

"Saya gak bahas ketek kamu Bagus Rekaan!" Bentak pak Ahmad sembari menggebrak meja. "Ah, sudahlah! Gak akan selesai ngomong sama kamu! Pokonya mulai besok, sampai 3 hari kedepan, kamu diskor. Kamu tetap datang ke sekolah, tapi absen kamu gak ada!" Putusnya.

- 0o0 -

Bagas keluar dari ruang BK dengan wajah santai. Ternyata, ketiga sahabatnya itu menunggunya didepan ruang BK. Arif, Pram dan Gab.

ALPHA [COMPLETE]Onde histórias criam vida. Descubra agora