31. Pergi hilang dan lupakan

2.8K 157 8
                                    

"Ketika hati lelah untuk mengalah. Kumohon berhentilah! Kamu bukanlah tempat berlabuh dalam perihal ini. Kamu sang ombak, mengombang-ambing perahu kayuku, menggulung kejam, hilang dan lupakan."
-----------------

S

elamat malam, semoga part ini menyembuhkan rindu kalian😊

Happy reading 📚
------------------------------------------------------
Nevan bergegas mengambil sebuah kertas cukup besar lalu membentangkannya diatas meja. Anggota Napster lainnya mulai mendekat saat Nevan sudah menjatuhkan tubuhnya pada sofa disana dan mengetuk-ngetukkan ujung pulpennya di atas kertas tersebut.

Jemari lelaki itu bergerak menggambar sesuatu dikertas itu, membuat torehan tinta yang terlihat abstrak bentuknya. Hanya ada beberapa bidang bentuk dan garis-garis yang kurang jelas mengartikan apa.

"Ini markas mereka," Ucap Nevan menunjuk sebuah bidang lonjong yang ia gambar dikertas itu.

"Kita gak bisa nyerang mereka disini, terlalu kuat. Terlalu dekat juga sama rumah warga, yang ada kita yang nantinya digerebek. Tapi kita bisa pake titik ini buat ngecoh mereka." Lanjutnya membuat anggota Napster mengangguk setuju.

Ujung pena Nevan bergeser sedikit ke bidang bentuk lainnya, membuat anak napster mengubah pandangannya sesuai yang Nevan tunjuk.

"Ini titik pertama. Warung tempat mereka nongkrong, gak semua sih. Tapi banyak anak basis yang nongkrong disana."

"Ini titik kedua. Pangkalan mereka didekat gerbang Bung Tomo. Ini tempat kita biasa mancing mereka, kita juga pernah nyerang disini. Jadi gak masalah pake titik ini buat serangan sebagian." Jelas Nevan panjang Lebar.

Lelaki itu menggeser lagi ujung pena-nya pada bidang lainnya yang ia buat. "Ini titik inti," Katanya menatap bergantian anak Napster disana.

"Letaknya ditengah lahan rimbun belakang Bung Tomo. Disitu ada markas anak-anak basis, tempat mereka biasa kumpul dan yang pasti titik paling bahaya karena para jagoan basis disitu semua."

Nevan mengubah posisi duduknya, "Kalo kita berhasil nembus titik ini, kita bakal dapet banyak keuntungan. Gak akan ada bantuan dari manapun karena tempatnya terpencil, gak akan ada yang ganggu apalagi grebek. Point pentingnya, kalo kita berhasil ngelumpuhin orang-orang di benteng terkuat ini, kita menang telak." Jelasnya.

Anggota Napster yang menyimak ucapan Nevan menganggukan kepalanya, entah pertanda mereka setuju atau mungkin sekedar mengerti.

"Jadi—kapan kita mulai?"

Nevan menyeringai, menatap lurus dengan tatapan dinginnya. "Secepatnya!"

- o0o -

Sudah terhitung dua hari hubungan Fladesa dan Bagas betul-betul semakin meregang—ralat mungkin mereka sudah resmi putus sejak hari itu.

Fladesa. Gadis itu benar-benar menutup dirinya, setelah meninggalkan Bagas begitu saja hari itu, ia benar menutup semuanya. Gadis itu acuh saat bertemu dengan Bagas, menganggap laki-laki itu tidak ada, berusaha menjadi buta dan tuli tentang apapun yang berhubungan dengan lelaki itu.

Ia benar tidak ingin tau apapun tentang Bagas. Raganya sudah terlalu lelah, hatinya sudah hancur lebur menghadapi semuanya. Pada akhirnya ia menyerah, melupakan semuanya, meninggalkannya, membangun benteng terkuat agar ia tidak sakit lagi, kecewa lagi, hancur lagi.

Berbeda dengan Fladesa, Bagas justru melakukan sebaliknya. Lelaki itu berusaha keras, berusaha menarik perhatian gadis itu, mengambil hatinya kembali.

Beberapa kali Bagas menggunakan berbagai cara agar gadisnya—mantan gadis maksudnya, menoleh kearahnya lagi. Ia ingin memulai hubungannya dari awal, bukan hubungan konyol yang penuh kesakitan bagi gadis itu.

Sungguh, Bagas benar-benar ingin gadis itu kembali. Ia rindu sikap lucu gadis itu, rindu senyumnya apalagi. Fladesa, gadis itu benar-benar tidak mau menerbitkan senyumnya kala lelaki itu terus berusaha bersisihan.

Seperti kemarin, gadis itu sedang tertawa lepas dengan Aira dikoridor kelas. Keduanya saling bercerita, melempar gurau lalu tertawa. Tapi sayangnya semua itu pudar saat Bagas menghampirinya, senyum itu, tawa itu—leyap dalam seketika.

Gadis itu mengabaikan Bagas, semua usaha yang dilakukan lelaki itu tampak betul-betul tak ternilai dimatanya. Ia bahkan selalu mempercepat langkahnya saat bertemu, membuang muka saat tak sengaja bersitatap, bahkan ia pernah menutup kedua telinganya saat Bagas berbicara.

Sialnya lagi, Aira—adik Bagas juga ikut-ikutan acuh pada lelaki itu. Ia selalu menjawab seadanya jika Bagas bertanya, tidak memperdulikan Bagas dan tidak mengajak Bagas bicara kecuali didepan orang tuanya.

Padahal, Aira adalah penghubung satu-satunya agar ia bisa mengetahui semua hal tentang Fla. Sebutlah Bagas memanfaatkan Aira untuk memperbaiki hubungannya dengan Fla, menjadikan gadis itu jembatan pelangi agar ia menemukan sebuah telaga yang indah.

Tapi jika begini lalu apa? Jembatan itu enggan menopang dirinya, meluruh runtuh dengan sendirinya bahkan sebelum Bagas memijakkan kakinya disana. Lalu bagaimana lagi cara Bagas menemukan telaga indah itu, sekarang?

Bagas berjalan dikoridor kelasnya, pikirannya berkecamuk tak karuan tak tentu arah. Hingga tiba-tiba lengannya dirangkul seseorang dari arah belakang.

Bagas sedikit terlonjak lalu akhirnya melepas rangkulan orang itu saat mengetahui siapa pelakunya.

"Gas! Biarin dulu kenapa sih?" Kata Shea kesal lalu merangkul kembali lengan Bagas.

Lagi-lagi Bagas menyentak kasar rangkulan gadis itu lalu menatapnya dingin.

"Jangan ganggu gue. Jangan deketin gue lagi. Pergi lo!" Ucapnya penuh penekanan.

"Kenapa? Kenapa gue harus pergi?" Tanya Shea, menantang.

Bagas menatap nyalang gadis itu, menggeram frustasi. "Karena lo cuma jadi pengganggu tau gak! Nyadar gak sih?!"

"Pengganggu lo bilang?" Ucap Shea tak terima.

"Setelah apa yang lo perbuat ke gue—"

"Gue gak ngelakuin apapun!"

"Meluk gue dirumah pohon, ngasih perhatian juga deketin gue belum cukup untuk disebut 'ngasih apa-apa' ?

"Lo tau perasaan gue ke lo, Gas. Dari dulu gue berjuang buat lo, tapi apa? Lo bahkan gak liat gue!" Sungutnya.

"Dan sekarang! Setelah lo ngelakuin itu semua, gue pikir lo ngasih harapan manis itu ke gue—tapi apa? Itu semua cuma kedok lo aja!"

"Lo ngelakuin itu cuma pengen bikin cewek lo cemburu. Lo memperalat gue sebagai boneka lo demi hubungan lo sama cewek itu." Sarkasnya.

Bagas membisu, tidak menjawab apapun yang terlontar dari mulut gadis itu. Benar, gadis itu benar. Ia hanya memperalat dirinya demi hubungannya dengan Fla, ia tidak benar-benar memberi perhatian itu untuk Shea.

Gadis itu—hanya pelampiasan.

Shea memajukan satu langkahnya, "Denger gue, Gas!"

"Lo. Adalah laki-laki paling brengsek yang pernah gue kenal." Ucapnya penuh penekanan.

Tangan Shea terulur menepuk bahu Bagas sedangkan sebelah tangannya bergerak mengahapus setetes air matanya yang entah kapan berhasil terjatuh dari sarangnya.

"Makasih semuanya, Gas. Mulai hari ini, lo gak usah khawatir. Gue bakal pergi, menjauh dari lo."

- o0o -
.
.
.
.
.
.

Holaaaaaa!

Akhirnya update of the day kembali😇

Jangan lupa tinggalkan jejak yaw, aku butuh antusias kalian untuk semangat melanjut 😂😂

Borahae 💜








ALPHA [COMPLETE]Where stories live. Discover now