29. Reward Lempar Kaleng

2.4K 150 4
                                    

"Kalau sudah begini lalu apa? Kamu sudah puas, kan? Membuatku hancur hingga remuk redam, hanya karena sebuah ego yang selalu kamu tinggikan."

- Fladesa

Happy reading 📚
------------------------------------------------------

Fla berlari sepanjang koridor menuju kelasnya, mata dan hidungnya memerah akibat menangis. Ia menyesal, entah karena apa. Entah karena mendengar perdebatan Bagas dan teman-temannya atau mungkin ia menyesal karena-menjadi gadis Bagas.

Gadis itu hampir meraih bingkai pintu kelasnya. Fla mempercepat langkahnya hingga tak sengaja tubuhnya bertubrukan dengan seseorang yang baru saja keluar dari kelasnya.

"Awwhh!"

"Sorry." Cicit Fla dengan suara serak.

Gadis itu tidak sama sekali mengalihkan pandangannya untuk melihat siapa perempuan yang ia tabrak, ia tetap menunduk lalu memilih melanjutkan langkahnya kedalam kelas.

"Fla? Lo kenapa?" Tanya perempuan itu sambil menahan bahu Fla.

Fla sedikit melirik perempuan itu, Aira-rupanya gadis itu yang ia tabrak. "I'm okey!"

"Gak ada yang baik dari—"

"Shut up Please!" Bentak Fla sambil menampik lengan Aira dibahunya.

Fla memejamkan matanya, lalu menghela nafas panjang. Berusaha meredam amarahnya yang tengah memuncak. Sunguh, ia tidak bermaksud membentak sahabatnya itu. "I'm okey." Lirihnya.

Aira sedikit tercengang dengan sikap Fla saat ini, tapi ia berusaha untuk tidak memaksa gadis itu untuk menceritakan penyebab semuanya. Ia mengalah, berusaha menyingkir untuk memberi jalan masuk untuk sahabatnya.

Fla mengusap setetes air mata yang lolos kembali kepipinya. Entahlah, ia tidak bisa meredamnya lebih lama seperti kemarin-kemarin. Saat ia dimarahi ibunya atau dicemoh atau apapun yang membuat ia merasa sedih.

Mungkin ini adalah titik lemahnya, tapi entah mengapa gadis itu tidak bisa menerima jika kenyataan itu benar adanya. Gadis itu tidak ikhlas jika ia harus jatuh dalam titik terlemahnya hanya karena laki-laki brengsek seperti—Bagas.

"Dia bukan cewe gue.Ambil kalo lo mau! Puas lo!"

Fla tersenyum kecut saat mengingat ucapan seruncing belati yang dilontar Bagas. Hatinya berdenyut semakin sakit saat ia mengingat awal pertama kali lelaki itu memintanya untuk menjadi gadisnya. Tunggu!—ah! Dia hampir lupa.

Seharusnya sejak awal ia tau ini akan terjadi, mengingat bagaimana hubungan keduanya terjalin hanya karena -reward pemenang lempar kaleng. Tolong digaris bawahi bagian itu.

Fla menghela nafasnya saat langkah seseorang mendekatinya. Ia tau itu Aira, tapi demi apapun ia belum siap menceritakan segalanya pada sahabatnya itu. Mungkin nanti atau-mungkin tidak akan pernah siap.

Fla meraih tasnya, memakainya cepat lalu berlari meninggalkan kelasnya. Ia berusaha tidak perduli dengan Aira dan semua kebingungannya. Ia tidak perduli bahwa ia akan terkena masalah akibat bolos pelajaran. Ia hanya butuh waktu sendiri, merenungkan segalanya dan berpikir jernih menenangkan pikiran juga hatinya.

- o0o -

"Makasih ijin lo Gas. Gue harap lo gak ngambil balik Fla, saat dia udah jadi milik gue."

Bagas mengeram frustasi. Kata-kata itu benar-benar mengganggu pikirannya. Ini gila! Lelaki itu pasti salah dengar atau bisa jadi Pram salah bicara. Ya, pasti lelaki itu hanya bercanda. Bercanda Pram memang datar kan? Selalu menampilkan keseriusan setiap kali lelaki itu berbicara.

ALPHA [COMPLETE]Where stories live. Discover now