22. Kotak Coklat

2.6K 151 1
                                    

"Kala itu aku tau, bahwa kamu tak lagi sama seperti saat aku menemukanmu"
F

ladesa


Happy reading📚
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hari sudah menunjukkan pukul 12. 30 siang. Matahari sudah benar-benar berada dipuncaknya saat ini, teriknya menusuk memberikan rasa panas bukan main jika berlama-lama dibawahnya.

Jika sudah seperti ini, biasanya orang-orang akan memilih berteduh ataupun berdiam diri ditempat-tempat yang bisa dibilang teduh guna melindungi diri dari teriknya surya.

Pram. Seperti biasa setiap hari rabu tiba, lelaki itu pasti berada dirumah pohon jika jam-jam begini. Duduk ditepian, menjuntaikan kakinya kebawah sembari mengayunkannya.

Bukan. Lelaki itu bukan membolos pelajaran hanya untuk bersantai disini. Perbedaan jurusan antara ketiga temannya membuat ia bisa berada disini lebih dulu karena jam pulang sekolah yang berbeda.

Setiap hari Rabu tiba, kelas Pram pasti mendapatkan jadwal pulang sekolah lebih awal dari pada kelas-kelas yang lainnya, membuat ia bisa bersantai dan mengunjungi rumah pohon lebih awal juga sembari menunggu anak-anak basis yang lainnya datang kemari.

Tidak ada suara apapun yang terdengar selain gerak dedaunan yang tertiup oleh sang bayu, menciptakan suara khas alam yang menenangkan, membuat nyaman. Jangan lupakan bahwa Pram adalah sipendiam, itulah mengapa ia lebih memilih berdiam diri, menambah keheningan yang tercipta disana.

Berbeda dengan anak-anak basis lainnya. Lelaki itu lebih suka keheningan seperti ini, itulah mengapa ia tidak memainkan gitar ataupun sekedar memutar musik diponselnya. Pram memilih diam dan menikmati keheningan yang tercipta disini.

Pram menatap lurus pohon-pohon disekitarnya, sesekali mendongakkan kepalanya dengan mata terpejam, menikmati tiupan angin yang menyentuh kulit wajahnya.

Ketenangan itu tidak bertahan lama rupanya, lelaki itu dengan cepat membuka manik matanya dan menyapukan pandangannya kesekitar saat indra pendengarnya menangkap suara gemersik seperti daun kering terpijak.

Tak ingin ambil pusing, lelaki itu memejamkan kembali matanya,

'Mungkin tupai, kadal, atau tikus mungkin.'

Baru beberapa detik ia menutup matanya, lagi-lagi ia kembali terusik karena alarm bahaya dalam dirinya berbunyi seakan menyuruhnya untuk berhati-hati. Ia tidak tau apa yang terjadi, tetapi naluri dan hatinya tiba-tiba merasa tidak tenang saat ini.

Pram mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru rumah pohon itu hingga menemukan satu titik yang membuat ia menyipitkan matanya.

Entah perasaannya saja atau bukan, dibalik semak belukar itu ada seseorang yang sedang menatapnya. Ia menggunakan seragam putih abu khas anak sekolah, tetapi sayang wajahnya tidak terlihat jelas. Ia terlihat seperti sedang bersembunyi disana, tapi sayangnya Pram menyadari itu.

'Penguntit'

Setelah mengetikkan pesan itu diponselnya, ia memasukkan kembali benda pipih itu kesaku celananya. Pram berdiri lalu mengambil topinya dimeja kecil dalam rumah pohon itu lalu beranjak turun dan berjaga dibawah. Tetapi justru pandangannya terpaku pada kotak berukuran sedang berwarna coklat disana.

Pram mengeritkan dahinya, disana tertulis bahwa kotak itu ditujukan untuk Bagas. Tetapi yang ia tau, Bagas tidak pernah mengirim paket ataupun menerima paket dirumah pohon, mengingat betapa rahasianya tempat ini.

ALPHA [COMPLETE]Where stories live. Discover now