25. Kalut

2.3K 146 18
                                    

"Kala tangan itu tak lagi menggenggam jemari ini, kupikir ia lelah. Rupanya ia pergi, menemukan kesukaan barunya. Merengkuh gadis lain."

- Fladesa Raffelina -

-----------------------------------------------

Don't be siders:)
Happy reading📚📚


Fla melangkah gontai dikoridor jurusannya menuju kelas. Sesekali gadis itu tersenyum kecil pada beberapa orang yang ia kenal dari kelasan lain.

Setelah kejadian siang kemarin, Fla tidak melihat Bagas hingga hari ini. Lelaki itu seperti hilang dari bumi. Fla bahkan sempat bertanya kepada Abil salah satu anak basis kelasannya, tapi lelaki itu hanya bilang bahwa Bagas sedang sibuk. Fla juga sempat bertanya pada Arif dan Gab, tapi ia tidak juga medapatkan jawaban selain kata-kata yang membuat gadis itu semakin bingung.

"Gak usah nyari Bagas dulu beberapa hari ini, dia lagi kalut."

Kata-kata itu selalu berputar diotak Fla. Bukannya menenangkan pikirannya, kalimat itu justru membuat ia semakin penasaran dimana keberadaan sosok Bagas.

Fla memasuki ruangan kelasnya, lalu melangkah menuju tempat duduknya. Keadaan kelas masih sepi, terdapat beberapa tas teman kelasannya yang tersampir dibangku masing-masing, tetapi tidak ada satupun sipemilik tas itu dikelas ini.

Baru saja gadis itu akan duduk, tiba-tiba sebuah tangan besar mencekal pergelangan tangannya. Sontak Fla terkejut dan menoleh cepat kearah sipelaku. "Bang Hugo?" Tanya Fla mengeritkan dahinya.

"Ikut gue!" Balasnya datar.

Fla yang masih tercenung dengan ajakan kakaknya itu mengikuti kemana langkah besar lelaki itu membawanya hingga berhenti pada lorong gudang belakang sekolah.

Fla berusaha melepaskan cekalan kakaknya lalu memperhatikan raut wajah lelaki itu. Raut wajah Hugo menyiratkan rasa cemas yang dapat terlihat oleh Fla. Hugo juga sempat memeriksa sekelilingnya sebelum ia memulai pembicaraannya dengan gadis itu. "Jauhin Bagas sementara waktu ini, persetan sama hubungan lo!" Ucapnya menyirat maksud yang tidak dimengerti Fla sama sekali.

Gadis itu berdecih, memutar bola matanya. "Kenapa semua orang bilang kayak gitu semua sama aku, Hah?" Tanyanya kesal.

"Abil, Heksa, Bambang. Semua anak basis kelasan aku yang lain, juga bilang kayak gitu. Kak Arif dan Gab juga sama. Ada apasih sebenernya? Kenapa aku jadi paling bego disini?" Lanjut Fla menggebu.

Hugo menatap lekat adiknya itu lalu menghela nafas beratnya. Ia meletakkan kedua tangannya pada kedua bahu gadis itu. "Pokoknya jauhin!"

Fla menepis tangan Hugo dengan kilat amarah yang semakin tercetak jelas. "Kenapa cuma aku yang disuruh jauhin Bagas? Dia sebahaya itu buat aku? Kayak apasih dia kalo lagi kalut, sampe aku gak boleh deketin dia?" Cerca Fla.

Hugo mengeram frustasi menghadapi adik perempuannya ini. "Pokoknya jangan dulu lah! Gue mantau lo dari jauh. Gue juga yakin Bagas gak akan ngasarin lo. Paling cuma-" Hugo menghentikan ucapannya saat melihat wajah adiknya itu menyirat kebingungan.

"Pokoknya kalo dia nyakitin lo-bilang gue!" Putusnya lalu meninggalkan Fla bersama tanda tanya besar yang bertengker dikepalanya.

- 0o0 -

Bagas menyesap berkali-kali putung rokoknya. Akhir-akhir ini setiap kali lelaki itu dirumah pohon, ia pasti akan menghabiskan waktunya bersama benda itu. Biasanya, Bagas hanya merokok saat ia dan anak-anak basis memperoleh kemenangan setelah tawuran, sebagai perayaan katanya.

ALPHA [COMPLETE]Where stories live. Discover now