iii. closed

14K 3.1K 1.5K
                                    

Ini cuman fiksi, jangan membenci karakter yang bersangkutan ya^^





























***





Hari ini Lia memutuskan untuk bangun lebih pagi daripada biasanya. Garis itu duduk diatas ubin, mengikat tali sepatu dengan telaten sesekali ain menelisik kesana kemari guna memastikan tak ada yang melihat.


Setelah usai gadis itu bangkit. Baru tiga langkah diambil tiba-tiba suara langkah lain terdengar mendekat, beberapa sekon kedepan seorang wanita dengan tubuh dibalut piyama tidur sutera nampak di pintu utama dengan nafas terengah.


"Sayang, mau kemana pagi-pagi gini?"



Lia mengigit pipi dalam dengan gusar. Jemari saling menaut satu sama lain, mencoba meredam rasa gugup.


"Sekolah ma."


Wanita itu mengenyahkan penutup mata dengan gambar mata kodok dari rambut, beralih merebut tas sang anak lalu memeluknya erat.


"Sarapan dulu!"


Menyadari sang ibu yang mendekat sontak Lia menunduk, mencoba untuk menyembunyikan wajah dibawah sinar matahari yang belum sepenuhnya keluar dari ufuk timur.


"G-gak mau! Lia mau diet."


Melihat respon sang anak yang tak biasa lantas mama mengerinyit heran. Wanita itu menghela nafas pelan, mencoba mensejajarkan wajah tirusnya dengan wajah bulat sang anak.


"Lia, liat mama sayang."


Butuh belasan sekon hingga Lia memutuskan untuk membalas tatapan mama. Ketika tatapan keduanya bertabrakan, mama menghela nafas berat.



"Kamu jatoh dimana lagi? Mama kan udah bilang Lia harus hati-hati."


Lia hanya diam, tak berusaha untuk menjawab. Pipi tembam itu digembungkan, hal yang biasa Lia lakukan ketika sedang jenuh.


"Ayok makan dulu, nanti mama bikinin makanan kesukaan Lia."


Mama menarik lengan Lia, mencoba menyeret tubuh sang anak untuk kembali masuk kedalam rumah. Namun Lia tak kunjung beranjak dari tempat, membuat mama harus mengeluarkan tenaga lebih besar.


"Ayok!"


Sebenarnya Lia memang lapar karena tidak makan tadi malam, perutnya keroncongan semalaman.


Lain kali, Lia akan diet lain kali.........







































Lia memeluk tempat bekal besar berisi hidangan laut favoritenya dengan riang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







































Lia memeluk tempat bekal besar berisi hidangan laut favoritenya dengan riang. Hari ini moodnya sedang bagus sehabis menyantap sarapan buatan mama yang sangat menggugah selera.


Masakan mama memang terbaik.


Baru saja gadis itu meletakan tas diatas meja, terdengar suara langkah kaki mendekat. "Selamat pagi, tuan putri."


Lia sangat mengenali suara itu, suara yang sangat ingin ia singkirkan dari muka bumi.



Dengan tubuh gemetar gadis itu mendongak, mendapati Hyunjin yang tengah tersenyum miring kepadanya.


Disebelahnya ada Renjun yang tengah menggenggam sebuah kamera digital, entah untuk apa. Yang pasti perasaan Lia sudah tidak enak.


Tiba-tiba saja tawa Hyunjin pecah. Lia mengangkat wajahnya, tak paham hal lucu apa yang sedang ditertawakan oleh pemuda Hwang itu.


"Gila gede banget. Lu makan berapa porsi sehari?" ledek Hyunjin sembari mengusap sudut mata yang sedikit berair.


Ucapan Hyunjin sontak membuat teman-temannya tertawa. Eunbin maju beberapa langkah, merebut kotak bekal itu lalu melemparnya ke lantai.


"Pegangin." Sesuai perintah Hyunjin, Sunwoo dan Eric langsung mencekal pergelangan tangan Lia dengan kencang. Tak peduli bahwa gadis malang itu kesakitan atau tidak.


Dengan santai Hyunjin mengadahkan tangan kanan kearah Eunbin. "Sekarang kita akan melakukan pembedahan pada seekor babi betina. Suster, tolong alatnya."


Eunbin segera menumpahkan isi tas Lia keatas meja, gadis bersurai coklat itu melakukan hal yang sama pada tempat pensilnya hingga ia menemukan sebuah cutter kecil berwarna biru.


"Ini dokter." kata Eunbin, menahan tawa.


Tanpa pikir panjang Hyunjin mulai merobek lengan baju olahraga Lia. Karena tenaga gadis itu lumayan besar, tak sengaja jari Hyunjin tergores ketika Lia berusaha memberontak.


Eunbin melotot. "Wah udah gila lu ya?!" Ia tak segan menampar, menjambak, bahkan menginjak Lia saking emosinya.


Diantara mereka semua, Eunbin yang paling gak terima kalo wangjanim luka.


Lia mulai menangis ketika Eunbin terus terusan menginjak lututnya dengan ujung sepatu. Rasanya sakit, seperti amplas yang digosok ke kulit. Bahkan lebih parah, Eunbin melukainya secara perlahan.


Hyunjin meringis, pemuda itu meletakan jarinya diantara dua belah bibir. Mengisapnya agar mempercepat proses pembekuan darah.


Dengusan halus mencelos dari bibir penuh pemuda itu, kesal lantaran mendengar suara tangis Lia yang sangat menyayat hati.


"Woy tutup dong mulutnya, berisik banget." ujar Hyunjin.


Sunwoo yang posisinya berada di sebelah Lia langsung berinisiatif untuk menutup mulut si gadis dengan telapaknya. Namun Lia terlalu pintar, dengan kencang ia menggigit jari lelaki berkulit gelap itu.


"Bangsat! Sakit anjing."


Tamparan Sunwoo mendarat di pipi kanan Lia, sangat kencang hingga membuatnya jatuh tersungkur kebawah.


Mungkin karena Sunwoo lelaki, makanya pukulannya jauh lebih sakit dibanding pukulan Eunbin beberapa saat yang lalu.


Pandangan Lia mengabur sesaat. Objek didepannya mulai tak terlihat hingga pukulan kedua pada kepalanya membawa kembali kesadarannya.


































Kini terlihat Hyunjin yang tengah menggulung lengan kemeja sekolah, "min tutup pintu, kayaknya bakal lama nih."

APHRODITEWhere stories live. Discover now