iv. made her a believer

14.6K 3.1K 1.3K
                                    

⚠️⚠️⚠️







Lia menatap gereja yang fasadnya sudah hampir tak berbentuk lagi, hancur ditumbuhi segala macam bentuk tanaman liar.




Irene mengatakan bahwa apapun yang Lia butuhkan ada didalam sana. Gadis itu hanya perlu datang pada pukul sepuluh malam.




Lia nekat tak ikut pulang bersama bus sekolah. Lagipula tak akan ada yang peduli dengan kehadirannya.




Dengan ragu Lia melangkah, memasuki halaman gereja sembari memeluk siku.




Samar-samar Lia dapat mendengar suara dari luar gereja, hingga telapaknya mendorong pintu utama.




Ramai.




Puluhan? Ratusan? Ribuan? Entahlah.




Orang-orang itu berbalut setelan jas dan gaun pesta. Semuanya mengenakan topeng, tengah berlutut menghadap altar dengan tangan diangkat diudara.




Suara suara aneh tercetus dari masing masing pemilik mulut disana. Entah berkomunikasi dalam bahasa apa, yang pasti mereka menggunakan nada tinggi pada setiap pelafalan kata.




Salah satunya menoleh kearah Lia ketika menyadari presensi gadis gemuk itu lewat pantulan dari dinding kaca.




Salah satunya menoleh kearah Lia ketika menyadari presensi gadis gemuk itu lewat pantulan dari dinding kaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.









"Sudah datang!"




Lalu mereka serempak menghadap kearah Lia. Salah satunya berjalan menghampiri, seorang wanita dengan balutan gaun putih yang Lia yakini sebagai Irene.




"Selamat datang, sayang."




Lalu Lia dituntun naik keatas altar. Lia baru menyadari bahwa disekeliling ruangan dipajang berbagai macam simbol aneh.




Mulai dari salib terbalik, bintang dengan enam sisi, bintang lima sisi dengan kepala kambing didalamnya, serta berbagai macam simbol simbol aneh lainnya.




Jujur saja Lia tidak religius seperti mama. Ia hanya pernah ke gereja beberapa kali, itupun sudah lama sekali.





Walaupun begitu, Lia dapat merasakan ada yang salah disini.





"Mana tangan kamu?"




Dengan ragu Lia mengangkan tangan kanan. Namun Irene menggeleng sembari tersenyum, beralih mengangkat tangan kirinya.




Srakk




Kedua kelopak ganda Lia memejam, menahan nyeri ketika Irene menggores telapak tangannya dengan pisau. Darah segar mengalir dari sana, Irene segera mengarahkan tangannya kedalam bak besar di altar.




"Duduk."




Pasrah, Lia duduk, mengamati satu persatu orang yang mulai menggores telapaknya sendiri secara bergantian.  Darah kental mulai memenuhi bak, bau amis jelas tercium mengaduk isi perut Lia.




"Ayo, lepas baju kamu."




"Hah?"




"Gapapa, lepas aja. Kita semua keluarga."




Lia menggeleng, takut. Wajah Irene yang tersenyum berubah tajam, melotot dengan penuh intimidasi.




"AYO LEPAS!"




Teriakan Irene berkumandang didalam topeng rusanya. Tubuh Lia mendadak gemetar, dia menangis sejadinya. Kepala si gadis tetap menggeleng, masih kukuh dengan pendirian.




Lalu detik berikutnya yang terjadi, tubuhnya tiba-tiba didorong masuk kedalam bak. Kepalanya ditenggelamkan selama beberapa detik, sebelum akhirnya kembali dibawa kepermukaan.




Seperti itu, secara berulang ulang.




Samar samar Lia dapat mendengar suara nyanyian, kali ini lebih nyaring dan diiringi oleh organ tunggal.




Mama, Lia takut.




Saat kesadaran Lia hampir terenggut, saat dimana tubuh Lia melemas, tiba tiba saja Lia merasakan seseorang mengusap kedua pipinya.




Lalu gelap, pandangannya tertutupi oleh sesuatu yang hampir membungkus seluruh kepala. Bau busuk tercium jelas dari sana.




Sebuah topeng kuda.





Dikenakan di kepala.





Untuk beberapa alasan, Lia merasa sesuatu membawa jiwanya terbang tinggi. Seperti merasa seakan belenggu tak kasat mata yang mengikatnya kini telah hancur, hanya terisisa perasaan bebas yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata.





Aneh.












































Lia sangat suka.































































Bau-nya.

APHRODITEWhere stories live. Discover now