vii. letting go of the past

10.6K 2.9K 436
                                    










Mama segera bangkit ketika suara engsel besi berkarat gerbang rumah samar-samar terdengar. Dengan tergesa tungkai ramping itu melangkah menuju pintu utama, mendapati sang anak yang pulang dengan sekujur tubuh yang basah.


Bau amis jelas tercium ketika mama mendekat, membuat wanita itu terpaku sesaat.



Dengan hati-hati jemari diletakan di atas puncak kepala Lia, mengusap surai lengket itu dengan tangan yang bergetar.



"Lia, kamu kenapa kok basah gini?" ujarnya dengan suarau parau. "Kamu gapapa?"



"Mama."



Lia mendongak, menatap sepasang ain sewarna dengan miliknya dalam.



Tatapannya seakan berpendar dalam kegelapan, menatap mama dengan penuh harap.












"Kita pindah ya, ma?"




























































































Sixth month later.








Seorang perempuan bertubuh ramping baru saja turun dari bus dengan nomor 4419. Wajahnya yang dipoles bedak tipis mendadak kaku, merasa asing dengan angin yang menerpa.




Surai yang senantiasa diikat satu menjadi ciri khas sang gadis sejak lama.




Choi Lia, adalah nama yang tertulis di badge kanan.




Lia melangkah dengan malu malu, merasa dirinya menjadi pusat perhatian. Kepalanya menunduk, masih tak percaya diri walalupun enam bulan lamanya ia memperbaiki diri.




Semuanya sangat terasa asing. Terlebih tatapan orang orang itu yang seakan mengintimidasi didalam pikirannya sendiri.




Lia tiba didepan ruang guru. Menyapa laki laki muda yang dikatakan menjadi wali kelasnya ketika pertama kali ia mendaftar disini sebagai siswa pindahan.




"Kamu Lia ya?"sapa lelaki itu terlebih dahulu. Kepala Lia mengangguk sebagai jawaban.




Seulas senyum tersimpul di bibir ketika matanya selsai menatap nona muda didepannya dari atas sampai kebawah. "Saya pak Chan, wali kelas kamu. Ayo, bapak antar ke kelas."



















Lia memainkan jemari dengan gelisah ketika pertama kali dirinya masuk kedalam ruang kelas. Tiba-tiba saja kepalanya pusing, merasa dejavu dengan keadaan.




Murid-murid perempuan yang berkumpul di satu meja untuk menggunjing, kumpulan murid laki-laki bermain kuda tubruk dibelakang, serta tatapan merea yang bertuju secara bersamaan ketika menyadari ada figur asing didepan.




Semuanya terasa sama. Memori buruk berkelebat didalam pikiran.




Telinga Lia berdengung, tak dapat mendengar jelas bisikan dan gunjingan anak kelas hingga pak Chan menyentuh bahunya.




"Lia, ayo perkenalkan diri kamu."




Mata Lia seketika kebas, tangannya bergetar hebat ketika menyadari pandangan semua orang mengarah pada dirinya.



















Bagaimana jika mereka tak menyukaiku?








Bagaimana jika aku tak cukup baik?








Bagaimana jika.... kejadian yang sama akan terulang kembali?

















Demi Tuhan Lia takut sekali.




"Lia?"




Mendengar tuntutan dari wali kelasnya, Lia mulai melangkah menuju mimbar. Dengan gugup gadis itu meremas roknya sendiri, "Aku Lia."




Entah mengapa murid kelas malah bersorak ketika Lia mengeluarkan dua patah kata dari mulutnya.


"Woy gemes!!"


"Anjir suaranya mirip Shiro, lucu banget!"
(Shiro: karakter dari Deadman Wonderland)


"Ih mau kantongin!!"

































Eh?

APHRODITEWhere stories live. Discover now