xix. siyeon and her secret; hyunjin and his agenda

2K 441 19
                                    

"Selamat pagi."

Felix tersentak ketika menemukan presensi Lia yang tersenyum manis tengah berada di depan pintu rumah. Surai yang selalu diikat kini dibiarkan terurai, membuatnya nampak terkesan lebih feminim.

Sekali lagi Felix dibuat takjub oleh rupa si gadis Choi. Entah sejak kapan Lia terlihat begitu cantik di matanya.

"Oh. You're here?" telapak Felix bergerak mengusap belakang leher, untuk beberapa alasan Felix merasa gugup pagi itu. "Kamu gak perlu jemput kesini. Saya yang bakal jemput kamu."

Lia mengerjapkan kedua mata besarnya dua kali. "Bukannya kalo pdkt begini?"

Tawa renyah lolos dari bibir si cowok bule atas ujaran polos Lia barusan. Karena gemas jemarinya mendarat di puncak kepala si lawan bicara, mengusapnya lembut.

"It's the opposite, Julia. Cowok yang jemput ceweknya."

Mendadak wajah Lia terasa memanas. Buru-buru gadis itu membuang pandangan ke arah lain.

Ceweknya...

Oh astaga, bukankah ini terlalu cepat?

"Kita berangkat kalo gitu?" Felix tersenyum seraya menyodorkan helm, yang langsung diterima oleh Lia.









Lia tak dapat menyembunyikan senyuman bahkan hingga mereka tiba di depan kelas. Dengan semburat kemerahan khas remaja kasmaran, iris keduanya berserobrok.

"So uh, i'll see you later?" Felix tersenyum.

Lia mengangguk pelan, kepala ditundukan untuk menyembunyikan senyumannya yang tak dapat terbendung lagi. "Okay."

Gadis itu diam di tempat, mengamati punggung Felix yang mulai menjauh hingga hilang di balik pintu kelas. Baru saja Lia hendak masuk ke dalam kelas, tiba-tiba seseorang meraih bahu kanannya.

"Itu Felix? Kok bisa sama lo?" Siyeon memborbardir gadis dengan surai panjang itu bahkan sebelum impulsnya menghantarkan rangsangan dari reseptor menuju susunan saraf pusat.

Kemudian dari arah jam sebelas Haechan mendekat bersamaan dengan Han Jisung yang lagi-lagi fokus kepada game di ponsel. Seperti biasa, kehadiran cowok tampang hedon itu begitu heboh hingga membuat orang-orang ingin tertawa hanya dengan melihat wajahnya saja.

"Halo selir-selirku." sapa Haechan dengan cengiran lebar, tangan kanan dan kirinya merangkul masing-masing bahu Lia dan Siyeon seraya tersenyum jahil. "Lagi ngomongin gua ya?"

Namun rasanya candaan garing Haechan membuat mood Siyeon semakin memburuk saja. Gadis itu menepis lengan si pemuda Lee, beralih menatapnya dengan kedua mata yang memincing. "Urusin temen lo tuh."

Setelah berujar dengan dingin, Siyeon memilih pergi meninggalkan ketiganya dengan langkah yang dihentak.

"Lah kenapa dia?" Haechan terkejut seraya mengelus dadanya.

Menyadari bahwa ada yang tidak beres, Jisung segera menalihkan pandangan. "Siyeon kenapa?" tanya pemuda itu.

Lia mengendikan kedua bahu. "Gatau, masa marah karena Lia dianter Felix."

Seolah berbagi satu sel yang sama, kedua pemuda itu saling bertatapan selama beberapa sekon sebelum akhirnya Haechan tertawa separuh hambar.

"Kok kamu gitu sih, Li? Selama ini aku itu kamu anggep apa?" seru Haechan dengan berlebihan, membuat Lia akhirnya terkikik geli.





























"Siyeon."

Siyeon menghentikan langkah ketika medengar lisan Hyunjin yang menyebut namanya. Gadis itu masih menunduk, mencoba menyembunyikan wajah, namun sorot mata tajam si pemuda Hwang lebih cepat menemukan kelopak Siyeon yang memerah.

"Kenapa? Kok nangis?"

"Gapapa."

Hyunjin mengulum senyum, telapaknya mendarat di bahu si gadis Park dengan lembut kemudian mengusapnya pelan. "Mau bolos hari ini?"

Tuturan dari sang lawan bicara membuat Siyeon mendongak, memperlihatkan kedua mata yang sembab. "Mau kemana?"

"Kemana aja, lu keliatan lagi butuh buat didengerin."

Lagi-lagi Siyeon menghela nafas, ia melirik Hyunjin sekilas lantaran merasa bimbang. Gadis itu terdiam sesaat, menimang apakah ia harus bercerita atau tidak.

Siyeon tidak terlalu mengenal Hyunjin, mungkin dia akan lebih mengerti.

"Ini soal Lia sama Felix." aku Siyeon, jujur.

Mendengar satu nama yang sejak awal menjadi pusat atensinya lantas membuat Hyunjin tersenyum tipis, kedua tangan itu dilipat di depan dada seraya si pemuda berkulit pucat berkata "spit it out."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 26, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

APHRODITEWhere stories live. Discover now