12. Insiden

138 15 2
                                    

Apa yang seharusnya pergi, biarkan pergi. Apa yang datang, jangan dihalang, begitu siklus takdir.

***

Author POV

Lili melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah, hari ini Gino tidak bisa mengantarnya pulang karena harus menghadiri rapat ekstrakurikuler yang diikutinya, alhasil Lili memutuskan untuk naik kendaraan umum.

Awalnya Gino menolak ide Lili, dia bersikeras untuk mengantar Lili pulang terlebih dahulu. Namun apa daya, Lili yang sekarang adalah Lili yang lebih keras daripada Gino, alhasil Gino menyerah dan membiarkan gadis itu pulang sendirian.

Gerbang memang sudah mulai sepi sebab Lili sengaja keluar kelas setengah jam setelah bel pulang berbunyi.

Lili mulai berjalan menuju tempat yang pas untuk menunggu angkutan umum. Tangannya mulai menggeledah isi tasnya, berusaha menemukan headset miliknya.

Baru beberapa meter melangkah, dia merasakan sesuatu yang keras menghantam bahu kanannya, hal yang membuat dia jatuh tersungkur di tanah.

Ya, Lili baru saja diserempet oleh mobil putih yang sekarang telah berhenti di depannya.

Sang pemilik mobil keluar dari mobilnya dan menghampiri Lili, bahkan satpam sekolah Lili pun ikut menghampiri Lili yang masih tersungkur di tanah.

"Neng Lili !" Seru sang satpam yang berusaha membantu Lili berdiri dibantu oleh penabrak yang ternyata adalah seorang lelaki yang nampaknya seumuran dengan Lili.

Lili berusaha bangkit, sesekali dia merintih kesakitan karena darah yang mulai keluar dari sikut dan dengkulnya.

"Neng, ayo bapak bawa ke rumah sakit." Ujar sang satpam.

Lili menggeleng, "Nggak usah pak, nanti Lili bisa obatin sendiri di rumah kok."

"Tapi neng —"

"Biar saya yang tanggungjawab pak, saya yang udah nabrak dia." Potong lelaki yang juga berpakaian OSIS itu, hanya nampaknya dia tak berasal dari sekolah itu.

Satpam dan Lili menoleh ke sumber suara, "Nggak usah repot-repot." Tolak Lili berusaha berdiri dan berjalan, namun apa daya, usahanya hanya berujung sia, dia tidak bisa berdiri dengan tegak kali ini.

Sang penabrak berhasil meraih tubuh Lili sebelum Lili kembali terjatuh.

"Neng, ada baiknya neng ikuti perkataan mas —" sang satpam menggantungkan perkataannya.

"Ariga pak, nama saya Ariga." Ujar Ariga begitu mengetahui maksud sang satpam.

Sang satpam tersenyum, "Nah, sama Mas Ariga aja ya neng, bapak bantu neng Lili ke mobil."

Tanpa menunggu persetujuan dari Lili, Ariga dan pak satpam memapahnya masuk ke dalam mobil.

"Makasih ya pak." Ujar Ariga sebelum meninggalkan tempat itu yang langsung dihadiahi senyuman oleh sang satpam.

Ariga mulai memasuki mobilnya dan memasang seat belt nya, "Kita ke rumah sakit ya." Ujarnya melajukan mobilnya.

"Nggak usah, antar gue pulang aja." Tolak Lili.

Ariga melotot, "Nggak, gue udah bilang kan gue mau tanggungjawab."

"Gue ngga papa, udah ini besok juga sembuh."

Keras kepala, batin Ariga.

"Sembuh gimana, lo tadi aja nggak bisa jalan kan?"

Lili menghembuskan nafas lelah, "Tapi gue nggak suka rumah sakit."

Antara Kita (SELESAI)Where stories live. Discover now