29. Kejujuran Ariga

114 10 0
                                    

Mimpiku sempurna,
kenyataannya yang tidak.

***

Author POV

"Gimana? Keterima?" Tanya Ariga dengan hati-hati.

Lili memandang Ariga serius, namun Ariga tak mampu mengartikan maksud Lili.

Satu detik, dua detik, tiga detik ..

Lili tetap saja diam.

Ariga tersenyum, dia meraih tangan Lili, "Yaudah, kita coba lagi besok ya, cari kampus lain lagi."

Lili menggeleng, "Nggak mau."

Dahi Ariga berkerut bingung, "Kenapa? Come on Lili, masih ada beberapa kampus yang bisa lo masukin."

"Gue nggak mau pindah karena gue keterima Ga, gue diterima !" Ujar Lili girang, dia memeluk Ariga refleks.

Ariga terdiam, jantungnya berdetak lebih kencang kali ini, tak menyangka Lili akan memeluknya seperti ini.

Lili melepas pelukannya, "Terus lo gimana? Keterima juga kan?"

Ariga tersenyum kecut, "Nanti aja gue cek nya."

Lili menggeleng, "Nggak bisa nggak bisa, lo harus cek sekarang ! Gue yang cek deh."

Lili kembali melihat ponselnya. Senyumnya mengembang dengan sempurna, "Ga, lo juga keterima !"

Lili tersenyum tulus, dia tak bisa membayangkan betapa indahnya hari-harinya di kampus jika bersama Ariga. Baginya, Ariga lebih dari sekedar teman, Ariga adalah sosok yang Lili anggap kakak, sosok yang selalu bisa Lili andalkan sejak pertama bertemu, walaupun pertemuan mereka harus diisi dengan insiden berdarah. Namun lambat laun Lili mulai membuka hati untuk siapapun yang ingin masuk ke hatinya, salah satunya Ariga.

Ariga terdiam.

"Ga, kenapa lo nggak seneng?" Pertanyaan itu membuyarkan lamunan Ariga.

"Eh iya, itu apa, aduh gue lupa." Ujar Ariga gelagapan.

"Itu apa?"

"Li, gue boleh minta tolong nggak?"

"Minta tolong apa sih?"

"Anterin gue ke rumah Randy yuk?"

Lili menatap Ariga aneh, "Rumah Randy?"

Ariga mengangguk.

"Mau ngapain?"

Ariga menatap Lili serius, "Ada hal yang pengen gue selesain."

"Tunggu, lo kan nggak kenal Randy, terus lo tau dari mana soal Randy?" Lili makin menatap Ariga bingung.

"Gue jelasin kalau gue udah ketemu orang tuanya."

Dengan perasaan yang tak karuan, akhirnya Lili mengangguk, dia penasaran setengah mati, ada apa gerangan yang membuat Ariga terlihat seserius ini.

***

"Tante." Lili mencium tangan perempuan di hadapannya yang kemudian diikuti oleh Ariga.

"Loh tumben kamu kesini nak? Ayo duduk." Melinda mempersilahkan Lili dan Ariga untuk duduk.

Lili dan Ariga mengikuti langkah Melinda.

"Tante, ini temen Lili, namanya Ariga. Ariga, ini mamanya Randy, namanya Tante Melinda." Lili mulai membuka pembicaraan.

Ariga mengangguk dan mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan Melinda, pun Melinda menyambut uluran tangan Ariga.

Antara Kita (SELESAI)Where stories live. Discover now