Berkunjung

14.7K 669 6
                                    

Pelajaran berjalan begitu lamban. Ditambah saat ini pelajarannya adalah pelajaran sejarah, kebayang nggak gimana rasanya nahan laper yang tak kunjung istirahat dan harus ngadepin sejarah-sejarah yang seketika menjadi obat bius tersendiri.

Kenapa harus masuk ke kelas Ips sih? Gumam Naya pelan saat merasakan kantuk yang mulai melanda.

Sedari tadi dia hanya bisa diam tanpa mau berbicara dengan Rafa, ditambah soal kejadian tadi di rooftop rasanya begitu mustahil kalau Rafa masih menyukainya.

Namun ini juga salahnya, tidak seharusnya Naya menyembunyikan hal sepenting ini pada Rafa. Disaat semuanya tau hanya Rafa yang tidak tau apa-apa.

Dengan keberanian yang sudah Naya kumpulkan sedari tadi. Naya mencoba untuk mengajak Rafa berbicara. Untung saja Rangga dan Rio sedang tertidur pulas dibelakang, jadi aman-aman saja jika Naya mengganggu Rafa. Mengganggu disini dalam arti lain ya gaes.

"El?" panggil Naya pelan sambil menatap Rafa dari samping.

Hidung mancung, alis tebal, dagu panjang, lesung pipi, rambut acak-acakan, jakun yang naik turun, entah mengapa. Rafa menjadi lebih tampan 5 kali lipat dimata Naya.

"El? Kok kamu sekarang tambah ganteng sih?" tanya Naya polos. Rafa langsung menoleh kearah Naya dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan. Namun sesaat setelahnya, Rafa kembali memfokuskan pandangannya kearah papan tulis.

"El tau nggak? Tadi aku ketemu sama Bang Afa," kata Naya mulai bercerita. Namun Rafa masih tetap saja acuh. Naya juga mulai mendengus kesal, terbuat dari apa sih orang disamping Naya saat ini?

"Aku nanti diajakin Bang Afa buat ke rumah," kata Naya lagi dengan semangat.

"Mana?" tanya Rafa dingin.

"Mana apanya?" kata Naya bingung dengan apa yang dikatakan Rafa barusan.

"Ke rumah mana?" ulang Rafa dengan nada kesal.

"Ke rumah kamu lah. Aku juga kangen sama mama papa kamu," balas Naya dengan senyum manisnya.

"Jangan marah dong, kan Yaya udah balik lagi. Udah nggak pergi lagi, sekarang kan udah disamping El lagi, senyum dong. Kemana pelanginya Yaya yang dulu? Kenapa sekarang berubah jadi langit mendung?" kata Naya sendu.

Gue nggak berubah Nay, ini hanya perihal waktu~ batin Rafa dalam hati.

"Semua udah beda. Gue yang sekarang udah nggak bakal bisa balik kaya gue yang dulu. Nggak selamanya pelangi bakal menetap," balas Rafa lalu beranjak dari duduknya.

"Rafa! Mau kemana kamu?!" tanya Pak Sastra dengan nada tegasnya.

"Toilet, mau ikut?" jawab Rafa lalu melenggang pergi begitu saja, meninggalkan seluruh kelas geleng-geleng mendengar ucapan Rafa barusan.

Meskipun pelangi hanya datang sesaat, tapi pelangi yang Yaya punya beda. Yaya bakal buat awan mendung itu pergi dan ngembaliin lagi pelangi Yaya~ Batin Naya sambil tersenyum tipis.

🌈🌈🌈🌈🌈

Tettt-tettt-tettt

Bel pulang sekolah terdengar begitu nyaring disetiap sudut depan pintu kelas. Seluruh siswa berhamburan keluar entah karena tak sabar ingin cepat-cepat pulang, atau karena masih ada lagi urusan yang harus dilakukan.

Lain halnya dengan Naya yang kini tengah memasukkan buku-bukunya kedalam tas, masabodo dirinya sendiri didalam kelas. Toh Rafa juga belum mengambil tasnya, yang tidak tau dimana anak itu sekarang.

Cold Boyfriend [Ending] Where stories live. Discover now