Terkunci

13.6K 623 10
                                    

"Bang, bangun.. Udah sampe," Naya sedari tadi menggoyangkan tubuh Farrel yang tengah tertidur pulas. Naya sedikit putus asa. Pasalnya sedari tadi tak ada perubahan dari posisi Farrel.

"Tinggal aja," datar Rafa kemudian turun dari mobil begitu saja.

"El?" panggil Naya bersamaan dengan disusulnya Rafa. Rafa menghentikan langkahnya namun enggan untuk menoleh kearah Naya.

"El masih sayang nggak sama Nay?" tanya Naya begitu dia sudah berdiri disamping Rafa.

"Setelah lo pergi gitu aja ninggalin gue. Lo masih aja nanya gue masih sayang enggak sama lo? Bahkan perasaan gue buat lo udah nggak ada lagi!!" balas Rafa berbohong, meskipun begitu, kata-katanya begitu menohok perasaan Naya.

"Kalo gitu gue bakal bikin lo suka lagi sama gue," kata Naya dengan senyum yang terlihat dipaksakan.

"Nggak akan bisa, hati gue udah beku," balas Rafa melanjutkan perjalanannya.

"Es batu bermula dari air yang mengalir, tapi es itu akan kembali kewujud semula jika didiamkan ditempat yang lebih panas," balas Naya kembali menyejajarkan langkahnya.

"Semua yang beku nggak bakal kembali, inget itu," kata Rafa dingin.

"Dih kata siapa? Kutub Utara yang banyak bongkahan es-nya aja bisa nyair," balas Naya dengan nada gurau.

Rafa hanya berdecak kesal. Tidak pernah ada bedanya, masih sama saja seperti dulu. Keras kepala.

"Yaya bakal buat pelanginya Yaya balik lagi," lanjut Naya dengan tersenyum.

"Pelangi gampang pergi," balas Rafa.

"Pelanginya Nay beda," kata Naya.

Mataharinya El juga beda, matahari yang meskipun meninggalkan namun ia kembali lagi. Dan kini El ngerasa kalo es dihati El bakal mencair karena matahari El udah balik lagi~ gumam Rafa dalam hati dengan senyuman tipis di bibirnya.

Rafa hanya diam tak menggubris perkataan Naya barusan. Dan lebih memilih untuk melangkahkan kakinya memasuki rumah.

"Haii sayangg, udah pulang?" kata perempuan paruh baya yang masih terlihat sangat cantik tanpa adanya kerutan diwajahnya.

"Udah Mah," balas Rafa sambil menyalimi punggung tangan ibunya. Nia.

Pandangan Nia tertuju pada gadis yang berdiri disamping Rafa yang wajahnya sangat tidak asing bagi Nia.

"Naya? Ini kamu nak?" tanya Nia sambil memperhatikan setiap lekuk wajah Naya.

"Iya Mah, ini Nay," balas Naya sambil tersenyum.

Kenapa manggilnya Mah? Karena udah saking deketnya, panggilannya udah sampe sama kaya Rafa manggil Nia. Begitu sebaliknya, dulu Naya sering bermain ke rumah Rafa, Rafa juga sering, tak jarang juga Rafa menginap di rumah Naya.

"Astaga... Mamah kangen banget sama kamu sayang, kamu kapan pulang hmm? Kenapa nggak bilang-bilang?" kata Nia sambil memeluk tubuh Naya hangat.

"Pergi aja nggak pamitan, jelas pulang juga nggak bilang-bilang," ketus Rafa sebelum melenggang pergi memasuki kamar.

"Maafin Rafa ya sayang. Dia emang gitu, semenjak kamu pergi, dia jadi lebih dingin. Sekalinya ngomong panjang bisa nylekit," kata Nia sambil tersenyum kearah Naya.

"Iya Mah gapapa," balas Naya.

"Owh iya, jadii gimana? Nay udah sembuh?" tanya Nia.

"Udah kok Mah, tinggal minum vitamin aja," balas Naya.

"Satu sekolahan sama Rafa nih ceritanya?" goda Nia sambil merangkul bahu Naya menuju arah taman belakang rumah.

"Hehe iya Mah. Tapi Rafa lebih dingin sekarang, Antartika naik suhu ya Mah?" kata Naya polos.

Cold Boyfriend [Ending] Where stories live. Discover now