Bunda Sayang

11.3K 495 15
                                    

Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, seluruh siswa juga mulai meninggalkan area sekolah. Namun tidak dengan kelas Naya yang malah belum keluar dari kelasnya.

"Baiklah anak-anak. Pelajaran cukup sampai disini, minggu depan kita lanjut lagi," ujar guru yang mengajar dikelas Naya itu. Tak lupa dengan tangan yang sibuk memberesi buku-bukunya.

"Ya elah Bu, kenapa nggak dari tadi sih? MasyaAllah. Saya itu udah telat pulang kerumah Bu," ujar Jovan kesal.

"Iya Bu, kalau saya nanti pulangnya kemaleman gimana? Ibu mau tanggung wajab?" kata Rio dramatis.

"JAWAB!!" koreksi satu kelas kompak. Tentunya kecuali Rafa.

"Ya itu maksudnya," ucar Rio sembari menggaruk belakang tengkuknya yang tidak gatal.

"Sudah-sudah. Ibu minta maaf atas waktunya ini, bukan saya tidak mempatuhi tata tertib disekolah ini. Kalian tau sendiri kan? Siapa yang mengulur waktu? Kalian juga," kata Bu Iis yang sudah berkacak pinggang.

"Saya ngga," dingin Rafa.

"Kecuali Rafa," lanjut Bu Iis.

"Bu, saya dari tadi itu diem. Nggak ngapa-ngapain selain merhatiin Ibu yang sedang menjelaskan," kata Naya tak terima.

"Ah udah bodo amat. Gini terus nggak bakal pulang, Bu! Duluan. Assalamualaikum semuanya!!" kata Rangga yang dengan tanpa dosa langsung melenggangkan tubuhnyabkeluar dari kelas. Sontak seisi kelas dibuat melongo tak percaya akan kelakuan Rangga barusan.

"Woy anjeng gue juga mau pulang setan, tungguin!!" kini giliran Rio yang kalang kabut tak karuan.

Tanpa mengucap salam ia langsung keluar dari kelas, tanpa takut jika besok nasibnya ada dalam bahaya.

"Kelewat sopan tu anak," ujar Indry hingga membuat suasana kelas yang tadinya gaduh mendadak hening.

"Kalian kenapa diem aja? Nggak mau pulang?" tanya Bu Iis heran.

"YAUDAH BU, KITA PULANG DULU. ASSALAMUALAIKUM!!!" teriak seisi kelas kompak, mereka saling berhamburan keluar tanpa menyalimi guru mereka terlebih dahulu. Sungguh murid yang berbakti.

Jangan ditiru ya, nggak baik.

Naya dan Rafa saat ini berjalan menuju parkiran. Sesuai dengan perkataan Rafa tadi siang, Rafa ingin berkunjung kerumah Naya. Silaturahmi, karena sudah lama juga dirinya tidak kesana.

"Mampir dulu buat beliin oleh-oleh Bunda sama Ayah," kata Rafa sesaat sebelum ia menaiki motornya.

"Oke," balas Naya dengan anggukan polosnya hingga membuat Rafa gemas. Alhasil, rambut Naya yang menjadi sasarannya.

"El ishh!! Ini jadi berantakan rambutnya," kesal Naya sembari merapikan rambutnya.

"Iya-iya maaf. Sini biar aku yang rapiin, pake sisir bukan pake jari," ujar Rafa sembari meraih sisir kecil yang selalu ia simpan di tasnya. Dirapikannya rambut Naya yang tadi sempat ia berantakkan.

"Nah, udah. Yaudah yuk berangkat," kata Rafa.

Naya mengangguk patuh lalu menaiki motor milik Rafa. Tinggi memang, mengingat tubuh Naya yang terlalu pendek. Membuatnya sedikit kesusahan untuk menaiki motor milik Rafa.

"Udah?" tanya Rafa.

"Iya udah, naiknya, kalo jalannya belum," balas Naya.

"Pegang biar nggak jatuh," kata Rafa sembari menstater motornya.

"Nggak bakal jatuh," elak Naya.

"Badan lo itu kurus krempeng, ibarat tulang berjalan. Jadi kalo lo nggak pegangan, lo bisa kebawa angin pas gue boncengin," ucap Rafa yang membuat Naya mengerucutkan bibirnya kesal.

Cold Boyfriend [Ending] Where stories live. Discover now