Duduk Bareng Lagi?

12.5K 576 19
                                    

Rafa memperhatikan setiap lekuk wajah milik Naya yang sedang terlelap dalam tidurnya. Bibir merah ranum, bulu mata lentik, alis tebal, hidung mancung, serta wajah yang bersih dari segala masalah wajah.

"Bangun udah siang," kata Rafa dingin, mencoba untuk membangunkan Naya yang masih setia tidur dipundaknya.

Berat memang, tapi dia tidak tega jika harus menepis kepala itu dari bahunya. Jika boleh jujur, Rafa rindu akan momen seperti ini.

"Kebo bangun," katanya lagi. Naya nampak mengerjapkan matanya, menetralkan penglihatannya.

"Udah pagi ya?" tanya Naya polos, sedangkan Rafa hanya mengangkat satu alisnya bingung.

"Gue telat? Kok udah panas banget gini?" tanya Naya lagi dengan tatapan cengonya.

"Ini masih siang bego," balas Rafa ketus.

"Oh masih siang ya? Kok gue bisa ada disini?" tanya Naya. Ingin rasanya Rafa melahap Naya sekarang juga, tapi jika ia melahapnya? Bagaimana nasibnya nanti? Yakali dia akan jadi perjaka tua.

Rafa tak menjawab dan dia lebih memilih untuk meninggalkan Naya yang masih linglung itu.

"Loh El? Kok malah ninggalin sih?" kata Naya setengah teriak sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Tadi gue kan diajak El kesini ya? Tapi kok gue malah ditinggalin sih? Wah si El mah parah. Otaknya mulai kongslet kali ya," gumam Naya yang kemudian berjalan menyusul Rafa.

"Duhh nanti kalo gue kena omel guru gimana dong? Ini udah telat banget lagi, mana gue belum ganti baju. Masa iya gue masuk kelas pake baju olahraga sedangkan udah lewat jam olahraga," kata Naya selama perjalanan menuju kelasnya.

"Apa gue ganti baju dulu aja ya?" tanyanya pada dirinya sendiri.

"Iya aja deh, ketimbang dimarahin," kata Naya lagi yang kemudian memutuskan untuk mengganti bajunya.

"Astaga kunci loker gue kan dikelas. Dih goblok banget sih," kata Naya sembari menepuk jidatnya.

"Ahhh frustasi gini malahan. Gilak tadi kepala gue nyium bola sampe kek gini banget efeknya," kata Naya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Naya lalu memutuskan untuk kembali ke kelas mengambil kunci loker yang ia taruh di tasnya.

"Permisi, maaf Bu saya telat," kata Naya saat ia baru saja memasuki kelasnya.

Dan kebetulan saat itu yang mengajar adalah Bu Iis.

"Darimana saja kamu? Kenapa jam segini baru masuk kelas? Dan kenapa kamu belum ganti baju?" pertanyaan bertubi-tubi yang baru saja Naya terima. Ingin rasanya ia menyumpah serapahi guru itu. Namun ia masih ingin bersekolah disini.

"Maaf Bu, ceritanya panjang banget," balas Naya.

"Coba kamu ceritakan pada saya," titah Bu Iis.

"Serius nih gapapa?" tanya Naya.

"Cerita atau mau saya hukum?" ancam Bu Iis.

"Cerita aja deh bu, jadi gini tadi itu saya kan olahraga. Nah pas olahraga itu Bu. Kepala saya yang bagus nan indah bin cantik ini. Kebentur sama bola voly yang dilempar siapa tadi nggak tau saya Bu. Nah itu lemparannya keras banget Bu,  saya aja sampe kaget pas itu," kata Naya yang mulai menjelaskan. Sedangkan yang lain, mereka mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh Naya dengan seksama.

"Terus?" tanya Bu Iis.

"Terus saya pingsan Bu, ya ampun saya juga nggak nyangka kalo pas pingsan saya digendong sama El," kata Naya dengan nada yang terkesan rada alay.

Cold Boyfriend [Ending] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang