Sorry El

9.8K 455 14
                                    

Pagi ini, Naya tak henti-hentinya menggerutu sepanjang perjalanan menuju sekolah. Rafa tidak menjemputnya, mobil yang ia tumpangi mogok. Ia menelfon Indry, namun katanya, ia tidak membawa mobil sendiri. Alhasil sekarang Naya jalan kaki, mengingat kawasan Naya berada saat ini, jarang ada kendaraan lewat.

Jam sudah menunjukkan pukul 06.40 namun dirinya masih belum sampai, sedangkan jarak ke sekolah masih kurang beberapa meter lagi.

"Hwa ini serius nggak ada orang lewat gitu?" kesalnya sembari menendang kaleng yang terdapat ditengah jalan.

Bersamaan dengan itu, sebuah motor sport berhenti disamping Naya.

"Mau bareng nggak?" tanyanya.

"Siapa lo?" sinis Naya.

"Haikal," balasnya sembari membuka helm full face-nya.

"Oh," responnya singkat.

"Malah oh, mau bareng nggak? Telat ntar lo malahan," ucap Haikal.

"Ya bodo amat, mending gue telat ketimbang sampe sekolahan bareng lo. Yang ada ntar malah timbul petaka tau nggak," kata Naya.

"Perkataan lo hiperbola banget. Buruan naik," ucap Haikal sembari menunjuk jok belakangnya.

"Nggak," tolak Naya sembari memalingkan wajahnya.

"Beneran? Yaudah gue tinggal," ucap Haikal bersamaan dengan itu, ia menyalakan mesin motornya.

"Eh yaudah deh bareng. Tapi ntar lo turunin gue di depan gerbang aja," kata Naya.

"Serah, udah buruan naik. Kebanyakan omong lo ah," ucapnya.

Naya kemudian naik ke motor Haikal.

"Udah belum?" tanya Haikal.

"Udah," balas Naya.

"Seriusan udah? Nggak ada yang kurang?" pertanyaan barusan justru membuat Naya bingung.

"Maksud lo? Ya iya lah udah nggak ada yang kurang lagi," balas Naya kesal. Sungguh ini hanya akan membuang-buang waktu.

"Lo yakin nggak mau pegangan gue? Kebawa angin nggak mau ambil repot loh gue nya," kata Haikal.

"Idih gilak anjir lo mau modusin gue? Nggak, ogak, nggak mau gue pegangan sama lo," ucap Naya.

"Ya terserah lo-nya aja sih," balas Haikal yang kemudian menyalakan mesin motornya dan menge-gasnya dengan kecepatan yang menurut Naya tinggi. Hingga sontak membuat Naya harus pegangan erat di perut Haikal.

Haikal yang menyadari itu tersenyum menang.

"Lo bisa nggak sih, bawa motornya pelan-pelan aja. Nggak usah kaya lagi di sirkuit balapan?" tanya Naya dengan nada kencang.

"Ya ntar kalau pelan yang ada kita telat lah bego," balas Haikal tak kalas kencangnya.

"Bodo amat woe... Anjeng suruh pelan malah tambah ngebut dasar tai onta sialan!" teriak Naya sembari melemparkan sumpah serapah untuk Haikal.

Yap, memang selepas pertemuan awal mereka itu, tidak ada lagi kata ramah bagi keduanya. Terutama Naya, yang entah kenapa selalu mengaktifkan mode ngegas setiap dihadapi dengan sosok Haikal.

"Pelangi diatas kepala Spongebob lo," teriak Haikal.

"Maksudnya?" tanya Naya.

"BACOT!!"

**********

Setelah perang mulut yang tiada henti. Akhirnya mereka berdua tiba di sekolahan. Namun, pagi ini keberuntungan sedang tidak berpihak pada mereka. Gerbang sekolah sudah ditutup rapat.

Cold Boyfriend [Ending] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang