Mobil Fiki kini sudah terparkir rapi di halaman rumah Lisa. Dengan sangat hati-hati, Fiki mengangkat tubuh mungil Lisa agar tidak terbangun dari tidurnya.
Fiki berjalan memasuki rumah dengan menggendong Lisa, "Loh kok baru pulang? Kalian mampir kemana dulu tadi?" tanya Anton sembari menghampiri Fiki dan Lisa.
"Tadi mampir beli martabak dulu Yah, sekalian jalan-jalan," balas Fiki berbohong.
"Kok kamu udah pake baju santai? Tadi sempet pulang berarti?" tanya Anton dengan tatapan curiganya.
Fiki nampak gelagapan, ia baru sadar jika dirinya sudah ganti pakaian, "Tadi Fiki bawa baju ganti Yah, soalnya tadi ada ekstra basket," lagi-lagi Fiki harus berbohong agar Anton tidak curiga.
"Lisa tidur?" tanya Anton sambil menatap Lisa yang sudah terlelap dalam tidurnya.
"Iya Yah, Fiki bawa Lisa keatas dulu ya," pamit Fiki yang langsung dibalas anggukan dari Anton.
Fiki menaiki setiap anak tangga hingga ia tiba dikamar Lisa lalu ia meletakkannya dengan sangat hati-hati agar Lisa tidak terbangun.
"Enghh..." erang Lisa saat tubuhnya sudah berada diatas kasur.
Baru saja Fiki akan beranjak pergi, namun tangannya dicekal terlebih dahulu oleh Lisa. Hingga membuat Fiki menoleh, namun yang ia dapati. Lisa masih terlelap dalam tidurnya.
Perlahan, Fiki menepis pelan cekalan Lisa, namun bukannya lepas, Lisa malah ngelantur.
"Jangan pergi," katanya dalam tidurnya.
Fiki pun duduk ditepi ranjang sambil menatap wajah cantik Lisa yang bersih tanpa adanya jerawat atau masalah kulit lainnya.
"Fiki temenin Lisa disini aja," kata Lisa masih dalam alam bawah sadarnya.
Fiki pun tersenyum lalu naik keatas kasur dan merebahkan tubuhnya disamping tubuh mungil Lisa. Lalu memeluknya dari samping agar Lisa mendapatkan kehangatan.
"Lo cantik Lis, lo baik. Tapi kenapa masih aja ada orang yang mau nyakitin lo, bahkan dengan jelas dia cuma jadiin lo boneka-nya, harusnya orang sebaik lo nggak harus ketemu sama lelaki brengsek kaya dia," kata Fiki pelan sembari mengelus rambut Lisa.
"Andai lo tau kalo gue sayang banget sama lo, cinta banget sama lo. Dalam arti lain, gue pengen banget kalo hubungan kita lebih dari sahabat, gue pengen lo jadi milik gue. Tapi gue juga tau, kalo cinta nggak bisa dipaksakan," lanjutnya hampir tanpa suara.
Fiki tersenyum manis sambil menatap wajah Lisa. Hingga tiba-tiba rasa kantuk melandanya. Sedetik setelahnya Fiki sudah menyusul Lisa kealam mimpinya.
◽◾◽◾◽◾◽◾◽
"Enghh..." erang Lisa begitu bangun dari tidurnya. Hingga tanpa ia sadari ia kini tengah terbaring di dada bidang Fiki yang ia jadikan sebagai bantalan.
Lisa nampak berulang kali mengerjapkan matanya guna menetralkan pandangannya. Diliriknya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 11 malam.
"Fiki?" panggil Lisa pelan.
"Kenapa Lis? Udah pagi ya?" tanya Fiki begitu bangun dari tidurnya.
"Masih jam 11," balas Lisa.
"Yaudah balik tidur lagi, sini Fiki peluk," kata Fiki yang mulai kembali memejamkan matanya.
"Lisa laper," kata Lisa dengan tatapan polosnya.
"Martabak yang tadi kan ada, kayaknya di dapur," balas Fiki yang masih memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lisa [Sudah Terbit dalam Bentuk E-Book]
Teen Fiction•Story 2 of Erlangga• Sequel "About Love" ---------- Fiki to Lisa : "Lisa buruan bangun nanti kesiangan dapet hukuman kita." "Makannya di habisin biar badan lo nggak kaya tusuk gigi yang dikasih nyawa." "Pr nya dikerjain biar pinter." "Itu es krim n...