Lisa-24

2.4K 111 2
                                    

Kini Fiki tengah duduk di balkon rumah Lisa dengan membaca salah satu novel milik Lisa yang berjudul Lisa. Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, biasanya jam segini Anton selalu pulang untuk hanya sekedar makan siang atau istirahat sebentar. Berhubung jarak antara kantor dan rumah yang tidak jauh, maka dari itu. Anton terkadang lebih memilih untuk makan siang dirumah saja.

Fiki turun ke bawah untuk mengambil beberapa cemilan di kulkas dan juga membuat minuman dingin yang sangat cocok dinikmati saat udara panas seperti saat ini.

"Loh Fiki? Kok udah pulang?" tanya Anton yang ternyata tengah makan siang diruang tamu.

"Tadi Fiki sama Lisa nggak sekolah Yah," balas Fiki jujur.

"Kenapa?" tanya Anton.

"Tadi Lisa baru aja putus sama pacarnya. Jadinya dia nggak mau sekolah," balas Fiki.

"Hmm... Kenapa bisa putus?" tanya Anton.

"Ya karena tadi Fiki nyuapin Lisa pas Lisa lagi sarapan dikantin," balasnya.

"Cuma gara-gara itu?"

"Ya, hmm.. Gimana ya Yah? Jadi sebenernya Febi itu bukan orang baik-baik. Bahkan tadi dia ngatain Lisa murahan dan hampir nyebut kalo Lisa itu emm, jalang," kata Fiki dengan memelankan kata yang terakhir.

"Beraninya!" geram Anton bisa terlihat jika saat ini ia tengah marah. Bahkan rahangnya pun sudah mengeras hingga urat-urat tercetak jelas dipelipisnya.

"Udah Fiki kasih pelajaran kok Yah," balas Fiki.

"Jangan biarin lelaki brengsek itu ketemu lagi sama Lisa," kata Anton.

"Nggak akan Yah," balas Fiki.

"Jagain Lisa sebaik mungkin," kata Anton.

"Pasti, sebelum Ayah suruh pun. Fiki bakal jagain Lisa semaksimal mungkin kok Yah," balas Fiki yang membuat Anton tersenyum hangat karenanya. Setidaknya ia merasa sedikit tenang apabila Lisa sudah dijaga oleh Fiki. Entah karena apa, Anton sangat percaya pada Fiki karena memang sudah sedari kecil Fiki selalu bersama dengan Lisa.

"Sekarang Lisa dimana?" tanya Anton.

"Lisa lagi tidur Yah, habis makan terus tidur," balas Fiki.

"Yaudah, Ayah mau nemuin Lisa dulu ya," kata Anton yang langsung dibalas anggukan dari Fiki.

Anton bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju kamar Lisa. Dibukanya gagang pintu kamar Lisa dan kini, nampak lah Lisa yang tengah tertidur dengan lelapnya. Bisa terlihat mata Lisa yang masih sembab akibat menangis tadi.

Anton mendekat dan menatap putri sematawayangnya itu dengan tatapan sendu. Terbesit rasa bersalah pada pancaran matanya.

"Maafin Ayah ya nak? Ayah nggak bisa jagain kamu," kata Anton sembari mengelus kepala Lisa dengan lembut.

"Jangan tinggalin Ayah ya? Cukup Bunda aja. Kamu jangan,"

"Maafin Ayah karena nggak bisa agar air mata kamu nggak jatuh, Ayah ngerasa jadi orang tua yang baik buat kamu," kata Anton sembari menundukkan kepalanya.

"Tidur yang nyenyak ya putri kecilnya Ayah. Ayah berangkat kerja lagi ya," kata Anton berpamitan.

Cupp!

Satu ciuman mendarat pada kening Lisa. Anton lalu bangkit dari duduknya kemudian meninggalkan Lisa.

"Ayah berangkat dulu ya? Kamu jagain Lisa," kata Anton berpesan.

"Ayah hati-hati. Pasti bakal Fiki jagain kok, Ayah tenang aja ya," kata Fiki dengan tersenyum.

"Yaudah. Mungkin nanti Ayah bakal pulang larut, bisa kan kamu nginep disini?" tanya Anton.

Lisa [Sudah Terbit dalam Bentuk E-Book] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang