Lisa-21

2.5K 109 6
                                    

Mentari pagi yang kian naik. Menembus kaca jendela seorang gadis yang kini tengah terlelap dalam tidurnya.

Drrttt-drrttt-drrttt

"Hallo?"

"Sayang? Kamu udah siap-siap kan? Ini aku udah di depan rumah kamu nih,"

"Ini siapa?"

"Aku Febi sayang. Aku tungguin ya,"

Tutt

Panggilan diputuskan secara sepihak. Lisa berusaha menetralkan pandangannya dan mencoba untuk menyambungkan nyawanya. Hingga ia tersadar atas apa yang baru saja terjadi.

"ASTAGA GUE KESIANGAN!!!" teriak Lisa menggelegar di dalam kamarnya.

"Gue mau ngapain coba? Mandi dulu kali ya, tapi malah nggak usah aja deng. Masih cantik kok," kata Lisa yang sudah lari kesana kemari untuk mempersiapkan dirinya. Terlebih saat Febi telfon dan mengatakan jika dia sudah berada di depan rumah Lisa.

Hari ini masa skors Febi maupun Fiki sudah selesai, maka dari itu Febi bisa berangkat bareng lagi sama Lisa.

7 menit berlalu, kini Lisa sudah turun menghampiri Ayah-nya yang tengah sarapan.

"Ayah, Lisa berangkat dulu ya. Assalamualaikum Ayah," pamit Lisa tak lupa sembari mencium pipi Anton.

"Sarapan dulu sayang," kata Anton.

"Nanti aja Yah, disekolahan," balas Lisa lalu berlari keluar rumah untuk segera menemui Febi.

"Maaf Kak. Lama banget pasti ya? Tadi aku kesiangan soalnya, Kakak telfon tadi aku baru bangun tidur," kata Lisa dengan nada menyesal.

"Iya gapapa kok. Yaudah yuk berangkat?" ajak Febi.

"Mampir sarapan dulu ya Kak," kata Lisa.

"Emm... Oke," balas Febi.

Lalu Febi membukakan pintu mobil untuk Lisa dan berjalan memutar arah untuk segera menuju ke sekolah.

"Kakak semalem pulang jam berapa?" tanya Lisa.

"Aku semalem tidur disana," balas Febi jujur.

"Tidur disana? Tapi kan disana itu bahaya banget lo Kak. Cewek-ceweknya bajunya aja udah kaya kekurangan bahan gitu, lagian bau-bau nya bikin kepala pusing," kata Lisa.

Febi yang tengah menyetir mobil pun hanya tersenyum tanpa menoleh kearah Lisa yang malah membuat Lisa mengerutkan dahinya bingung.

"Malah yang kaya gitu tu lebih terlihat lebih cantik Lis," balas Febi.

"Ah enggak deh Kak. Malah jijik gitu kalo dipandang, kesannya malah kaya ngumbar-umbar lekuk tubuhnya gitu," kata Lisa yang sudah mulai risih.

"Justru yang dikatakan cantik itu yang kaya gitu Lis," balas Febi sambil tersenyum.

"Berarti aku nggak cantik dong Kak?" tanya Lisa.

"Kamu cantik kok, cuma bakal lebih cantik kalo kamu kaya mereka," kata Febi.

"Tapi aku nggak suka pake pakaian kaya gitu Kak. Aku nggak pernah dan aku juga risih kalo dipandang sama tatapan yang aneh kaya semalem," balas Lisa.

"Kamu sayang nggak sama aku?" tanya Febi.

"Sayang lah Kak. Ya kali aku nggak sayang sama Kakak," balas Lisa sambil terkekeh.

"Cium dulu dong," kata Febi sambil mendekatkan pipinya kearah Lisa yang pipinya sendiri pun sudah bersemu merah.

"Nggak ah Kak, aku malu," balas Lisa.

"Kenapa harus malu? Toh sama pacar sendiri," kata Febi.

Lisa [Sudah Terbit dalam Bentuk E-Book] Where stories live. Discover now