Lisa-33

2.5K 122 3
                                    

Hari ini sudah 2 hari Lisa dirawat dirumah sakit. Keadaannya juga sudah semakin membaik. Kehadiran sosok Mega membuat Lisa menjadi lebih bersemangat. Meskipun bukan Fiki namun ia jika sadar diri jika saat ini, hati Fiki sudah bukan untuknya lagi.

Sudah dua hari ini juga, Mega selalu menjaga Lisa disaat Anton sedang pergi bekerja. Sebenarnya, Lisa berharap jika Fiki menjenguknya. Namun sedari ia masuk rumah sakit, Fiki bahkan tak pernah mengirimkan pesan meski hanya sekedar menanyakan kabar.

"Mah? Fiki sekolah ya?" tanya Lisa.

Saat ini Mega tengah menyuapi Lisa, karena sudah masuk jam makan siang.

"Iya sayang. Katanya hari ini banyak banget tugas yang harus dia selesaiin," balas Mega.

"Belum bisa jenguk Lisa berarti ya?" tanya Lisa.

Lisa mengira jika Fiki tidak pernah membesuknya dari ia masuk rumah sakit. Meskipun nyatanya hampir setiap saat Fiki selalu melihat keadaan Lisa tanpa Lisa ketahui.

"Belum bisa. Fiki minta maaf katanya, belum bisa jengukin Lisa," kata Mega.

Mega yang memang sudah mengetahui semuanya. Terpaksa ia juga harus ikut merahasiakan semuanya.

"Yaudah deh Mah. Lisa juga paham," kata Lisa dengan tersenyum.

"Makanannya dihabisin ya? Habis itu Lisa minum obat biar cepet sembuh," kata Mega hangat.

"Maafin Lisa udah ngrepotin Mamah," kata Lisa.

"Nggak sama sekali sayang. Justru Mamah malah seneng kalo harus direpotin sama Lisa, Lisa udah kaya anak Mamah sendiri," kata Mega dengan senyuman manisnya.

"Andai Bunda masih ada ya Mah? Mungkin saat ini yang lagi nyuapin Lisa itu Bunda," kata Lisa dengan nada sendunya.

Dan entah kenapa, Mega yang mendengarkan itu merasa sesak di dadanya. Saat ia harus mengetahui jika Lisa tidak pernah merasakan bagaimana kasih sayang seorang Bunda. Meskipun Mega juga selalu memberikan kasih sayangnya pada Lisa. Namun tetap saja rasanya berbeda.

"Udah berapa kali Mamah bilang? Anggep aja Mamah ini Mamah-nya Lisa sendiri ya?" balas Mega dengan menatap mata sayu milik Lisa.

"Iya Mah. Tapi Lisa cuma lagi kangen sama Bunda," kata Lisa.

"Mamah tau apa yang lagi Lisa rasain saat ini. Tapi Lisa harus kuat! Nggak boleh gampang ngeluh ya? Setau Mamah, Bunda kamu orangnya kuat. Itupun Mamah tau karena Ayahnya Lisa cerita. Ayah sebenernya juga sedih kalo liat Lisa kaya gini. Ayah sebenarnya juga nggak tega," kata Mega.

"Lisa kuat kok Mah. Ya akhir-akhir ini aja jadi cengeng," kata Lisa.

"Nggak cengeng. Kadang cara seorang perempuan ngeluapin segala rasa yang lagi ia pendam ya dengan nangis itu. Kamu nangis karena kamu ngerasa kamu udah nggak kuat buat mikul beban ini sendirian," balas Mega sembari mengusap kepala Lisa.

"Beban Lisa ya soal urusan cinta paling Mah," kekeh Lisa.

"Urusan cinta?" tanya Mega.

"Iya Mah. Mamah dulu pernah nggak? Mencintai sendirian?" tanya Lisa.

"Pernah, dulu pas Mamah masih SMP kelas 3. Awal Mamah pacaran itu," balas Mega yang diakhiri kekehan kecil.

"Rasanya gimana Mah? Apalagi setelah Mamah tau kalo orang itu sebenernya cuma manfaatin Mamah?" tanya Lisa lagi.

"Pasti bakal sedih banget. Apalagi setelah tau orang yang kita cintai itu ternyata malah kaya gitu sama kita," balas Mega.

"Memangnya kenapa sayang?" tanya Mega.

Lisa [Sudah Terbit dalam Bentuk E-Book] Where stories live. Discover now