03. Jebakan?

2.8K 316 54
                                    

Beberapa menit yang lalu Taehyung ditarik Jimin masuk ke mobil yang akan membawanya pulang.

Jujur, Taehyung sedikit banyak iri pada Jimin, bagaimana tidak iri jika ketika masuk kedalam mobil ada sambutan manis berupa kecupan di bibir?

"Jadi, Taehyung kenalkan ini Jungkook dan Jungkook ini Taehyung sahabatku, ia ingin tahu soal hubungan dan bagaimana cara kerja sugar daddy."

Di depan kemudi, Jungkook terlihat tersenyum miring ketika menatap spion tengah, tangan kirinya bergerak menyapa helaian rambut halus Jimin, mengantarnya untuk mampir sebentar di alam mimpi agar Taehyung mendapat privasi.

"Apa benar yang dikatakan Jimin?" tanya Jungkook.

Di jok belakang Taehyung mengangguk penasaran, jika si sugar daddy ini nantinya benar-benar orang yang bermanfaat untuk kehidupannya, kenapa tidak mencobanya?

"Tapi biar kupastikan apa kau tahu siapa atau apa sugar daddy itu."

"Aku tahu." Taehyung menyahut datar.

"Okay, jadi soal hubungan, mari kita ambil contoh hubunganku dengan Jimin, seperti malam yang lalu Jimin mengatakan hubungan yang menguntungkan, itu benar dan itulah gunanya. Aku. Sebagai daddy-nya akan berjanji memberikan apapun yang dia minta, entah barang mewah, makan di restoran terkenal bahkan jalan-jalan ke luar negeri. Simpel mungkin, mengingat Jimin tidak terlalu sering meminta ini dan itu, dia hanya aku ada di sisinya, katanya sudah cukup."

Jungkook menghela nafas sebentar, melirik Taehyung yang menatapnya dari spion tengah.

"Jimin memang tidak pernah meminta banyak. Tapi dia kekurangan, sama sepertiku." lirihnya, cukup bisa didengar oleh Jungkook karena mobil dalam keadaan hening.

"Apa maksudnya?" tanya Jungkook dengan nada bingung.

Hening sebentar, Taehyung terlihat bergelut dengan pikirannya.

"Lupakan, apa Jimin pernah bercerita soal orang tuanya padamu?" tanya Taehyung.

Jungkook menghela nafas lagi, bahunya naik turun beraturan, diliriknya Jimin yang sedang terkulai lemah dengan bibir sedikit terbuka di jok sebelahnya, "Tidak. Kami sepakat untuk tidak mencampur hubungan kami dengan urusan atau masalah pribadi." Taehyung menurunkan bahunya, nafas yang sedari tadi ditahan akhirnya dihembuskan perlahan.

"Lalu, Jimin?" tanya Taehyung.

Smirk di bibir tipis Jungkook muncul lagi, "Dia baby boy termanis yang penah kupunya, dia tidak pernah menuntut apapun seperti kataku tadi dia hanya bilang kalau; aku ada di sisinya saja sudah cukup. Entah apa yang membuatnya tidak memanfaatkan kekayaanku begitu banyak."

Taehyung tahu kenapa itu bisa terjadi diantara hubugan mereka, tapi dia memilih bungkam menanggapi hal itu.

"Tapi... jika kedua belah pihak sengaja maupun tidak sengaja mencampri hubungan mereka dengan urusan pribadi, apakah itu akan menjadi masalah?" tanya Taehyung.

Jungkook menggeleng, "Aku tidak tahu pasti jika soal itu, aku tidak pernah mengalami hal seperti itu sebelumnya, hei, bagaimana jika aku mengantarmu kerumah, aku dan Jimin akan melakukan sesuatu sebentar lagi."

"Sesuatu seperti apa?"

Jungkook meniakkan alis melirik Taehyung, "Seks? Entahlah, aku yang mau, lagipula pihak yang menjadi daddy bebas memberikan rules apapun yang harua di taati babyboy/baby girl-nya."

Sekarang Taehyung tahu apa maksud hubungan menguntungkan kedua belah pihak, dan jujur itu agak membuatnya sedikit ngeri.






Tapi dia juga ingin mencoba, ah sial.

"Lalu, bagaimana menentukan aku pihak daddy atau baby-nya?" tanya Taehyung.

"Katakan dulu dimana alamatmu sebelum bahan bakar mobilku habis karena kita sedari tadi memutari komplek kampus."

"O-oh, di xxx, antar saja aku di taman yang kemarin."

"Oke" dengusan terdengar dari depan, Taehyung sendiri menggerutu karena, kenapa pria ini bodoh sekali kenapa tidak langsung ke rumah Jimin? Kenapa dia memutari komplek kampus hah?

"Cara mengetahuinya, hm.. pastikan saja dulu apakah kau straight atau bi, bahkan gay. Lalu perhatikan orang yang kau sukai, apakah dia menunjukkan kejantanan, maksudku apa dia lebih besar darimu atau bahkan berotot darimu, atau mungkin lebih mengintimidasimu, maka kau adalah sub. Jika kau merasa kau adalah apa yang kusebut tadi maka kau adalah dom-nya. Sesimpel itu."

Taehyung mengangguk mengerti, "Apa daddy akan memberikan semuanya yang dia punya? Lalu apa daddy harus kaya sepertimu?" tanya Taehyung, lagi. Dia benar-benar ingin mengorek lebih dalam soal apa-apa yang bersangkutan dengan hubungan saling menguntungkan antara daddy dan baby ini.

"Ya, dan ya. Jika kau tidak kaya bagaimana kau akan menuruti semua kemauan baby-mu?" Jungkook menjawab.

Mobil yang dikemudikan jungkook memelan, "Ini tempat yang kau maksud kan? Sudah sana turun. Jika ada apa-apa lagi tanya saja pada Jimin, kirimi dia pesan. Aku yang akan membalasnya karena ponsel Jimin selalu kupantau." Taehyung keluar dari mobil, berdiri di sisi Jungkook kemudian mengangguk mengerti, Jungkook kemudian pamit undur diri, menjalankan mobilnya perlahan meninggalkan Taehyung yang...

"JUNG BANGSAIIIII KAKIKU JANGAN DILINDES BAN MOBIL JUGA DONG! KESEL KESEL AJA." teriaknya sambil beberapa kali melompat di tepi jalan, bukan di trotoar yang menyebabkan...

TIN

TIN

CKIT!

"YAK!"

Mendadak backsound ala-ala maling masuk kerumah terdengar, Taehyung menatap aneh mobil sedan hitam yang berhenti tepat didepan kakinya, hampir menabraknya.

Taehyung kemudian mendengar mesin mobil yang mati, gumaman disuarakan pelan, bertanya apakah yang terjadi.

Tak lama seseorang keluar dari sana, "Aish, cerobohnya aku." pria itu menghampiri Taehyung, membungkuk sopan kemudian meminta maaf.

Seketika Taehyung ingat Jungkook yang main nyelonong kabur tadi.

"Ah, bukan masalah, lagipula aku tidak terluka, tidak kena kok ehehe."

Dehaman terdengar dari lawan bicara, membuat Taehyung berhenti terkekeh macam orang bodoh. "Hei, bagaimana jika aku mentraktirmu es krim?"

Rejeki anak soleh inimah, ga boleh ditolak, mubazir.

"Jika kau tidak keberatan."

Dengan itu, lima menit kemudian Taehyung sudah ada didalam mobil, bersebelahan dengan pria pucat bertanggung jawab yang sayangnya pendek ini.

"Kau kuliah?"

"Lulus setahun yang lalu. Sekarang aku bekerja."

"Dimana?"

"Apa, kerja atau kuliahku?"

"Keduanya."

Pria pucat itu tersenyum tipis, "Aku dulunya kuliah di cxc dan bekerja di vxv sebagai wakil divisi pengawas pegawai magang." Taehyung membolakan matanya.

"K-kau senior kampusku?!"

"Kim Taehyung, kan?"

Lagi-lagi Taehyung dibuat terkejut, "K-kau tahu namaku?"

Pria pucah itu terkekeh, "Ayolah siapa yang tidak tahu pencari inofrmasi sugar daddy pada para bule di kampus?" Wajah Taehyung telak merah, dia meraba pintu dan hendak membukanya sebelum pria pucat itu bergerak cekatan mengunci pintunya.

"T-turunkan aku! Stalker!"

"Dengar, sebentar saja." Taehyung masih panik, tangannya berulang mencoba untuk membuka pintu.





.


















.


















"Aku Min Suga, dan aku menawarkanmu untuk menjadi baby boy-ku. Bagaimana?"

Jantung Taehyung terasa berhenti berdetak saat itu juga.


next?

Sugar daddyWhere stories live. Discover now