07. Confession

2.1K 298 37
                                    

Taehyung tidak tahu jika dia menangis dalam tidurnya sampai Suga membisikan kata-kata penenang dan mengusap dahinya, mencoba mengenyahkan raut ketakutan yang kentara.

"Ssshh, sudah, jangan menangis, aku disini."

"Tenang oke." Suga melarikan ibu jarinya ke sudut mata Taehyung, mengusap air mata yang masih keluar.

Tangan yang lainya dibawa keatas kepala Taehyung, mengusap rambut hitam pria yang memeluknya erat guna menyalurkan ketenangan, Suga tidak tahu jika akan berakhir seperti ini, terlebih ketika dia mengusap punggung Taehyung, pria itu akan mengerang keras tapi tidak membuka matanya sama sekali.

"Entah kenapa aku kasihan padamu." gumam Suga, mengeratkan pelukan dikepala Taehyung.

"Eungh," Taehyung akhirnya membuka mata, isakannya sendiri mmebuatnya terkejut, terlebih piyama Suga basah membuatnya mendongak.

"Kenapa hm?" Suga bertanya selagi menghalau poni Taehyung dari dahinya, air mata jelas masih menggenang di pelupuk matanya.

Taehyung menggeleng, "Maaf membuat pakaianmu basah," katanya dengan suara parau dan isakan setelahnya kemudian pria berusia dua puluh tiga tahun itu mengulum bibirnya.

"Ayolah, tidak ada salahnya untuk bercerita, tapi- oke aku mengerti, kau butuh waktu." Suga masih mengusap rambut halus Taehyung.

"Jam berapa sekarang?" tanya Taehyung.

Suga melirik nakas, "Setengah empat pagi," jawabnya.

Taehyung membawa tubuhnya naik, dia menumpukan dagunya pada pundak Suga, "Aku memikirkan~ apa ibuku juga akan memperlakukanku seperti ini?"

"Uhm, tentu saja, tapi menurutku kau mengatakan ini dalam konteks yang berbeda, apa aku benar?" tanya Suga meletakkan tangannya diatas lengan Taehyung yang melingkar di pinggangnya.

Taehyung mengangguk, "Ibuku berbeda, hyung. Mentalnya sedikit terganggu karena kehilangan anak keduanya ketika masih berusia sepuluh bulan."

"Adikmu?" Tatapan Taehyung menerawang, "Iya, waktu itu ibu sedang memandikan Taehyun ketika ayah dan aku barusaja pulang dari sekolah dan kantor, ibu langsung menghampiri ayah untuk melepaskan jas kerja dan membawakan makan siang sedangkan aku hanya ingin mengawasi Taehyun dari jauh ketika dia dimandikan, tapi ketika aku tidak menemukan Taehyun dimanapun, aku masuk ke kamar mandi dan melihat kedalam bathup, Taehyung sudah mengambang tidak bernyawa. Ibu menyalahkanku padahal aku barusaja masuk. Menurutmu siapa yang salah hyung?"

Suga menghela nafas, "Mendengar ceritamu, aku yakin sekali ibumu lalai, apa ibumu menyalahkanmu?" Taehyung menganguk.

"Mungkin ibumu belum bisa menerima apa yang terjadi, kadang orang tua bisa begitu keras kepala jika menyangkut soal anaknya."

"Tapi ini sudah tiga belas tahun berlalu."

Suga diam sebentar, ia memiringkan tubuhnya ke arah Taehyung, membuat Taehyung mengangkat tangannya, meletakannya kembali di pinggang Suga setelah pria itu selesai memposisikan diri.

Taehyung mendongak, "Ibumu tertekan, sudah pernah membawanya ke psikiater?" Taehyung menggeleng menjawab pertanyaan Suga.

"Ibu tidak pernah keluar rumah setelah itu, ayah juga menceraikan ibu tapi tetap membiayai hidupku karena bagaimanapun juga aku adalah anaknya."

"A-aku benar-benar tidak menyangka kau punya masa lalu seperti itu, tapi setidaknya itu bisa jadi pelajaran, soal ibumu, uhm, apa dia masih peduli denganmu?" Suga agak menunduk agar bisa bersitatap dengan yang lebih muda.

"Entahlah, aku tidak peduli. Selama ini aku diperlakukan seperti orang asing, jadi kenapa tidak mengikuti alurnya saja." Taehyung menjawabnya dengan pout di bibir bawahnya.

Sugar daddyWhere stories live. Discover now