17. Ada apa dengan Dara?

776 43 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 07.30, hari itu adalah hari ujian kampus Warnabaru.

"OMG, ujian!" Dara menatap arloji di tangannya.

"Gue bisa telat," gumam Dara seraya memasukkan beberapa barang-barangnya ke dalam tas.

Afta yang terkaget karena menatap arlojinya. Ia lantas bergegas mencium kening Bagus dan pergi berlari menyusul Dara. Dara kaget saat tiba-tiba Afta masuk ke mobilnya, dengan terus merapihkan celananya sedari tadi.

"Apa-apaan lo?" ketus Dara. Alisnya bahkan terangkat sempurna.

"Please, gue gak bawa mobil," ucapnya seraya mengutak-atik ikat pinggangnya.

Sampai di kampus, mereka terlihat berlari menuju lift yang penuh akan orang. Dara seorang perempuan yang lemah, matanya memencar mencari lift yang kosong. Tangan kekar Afta lantas menarik tangannya untuk masuk ke dalam lift yang terlihat sesak hingga mereka saling berhimpitan. Tak sadar, dihadapannya ada seorang laki-laki berdada bidang melindunginya dari kerumunan orang di lift. Mereka terlihat sama-sama canggung namun itu bukan saatnya mereka untuk beradu mulut. Sampai di kelas masing-masing, sepuluh langkah Afta berjalan namun langkahnya memutar kembali pada Dara.

"Nih, thanks tumpanganya, semangat!" Afta memberikan sekotak susu pada Dara.

Di sela ujian, Dara terus menatap kotak susu di atas mejanya. Hal itu terus mencuat rasa penasaran Yumi atas tingkah Dara sedari ia datang ke kelas. "Lo kok bisa telat?" Pertanyaan Yumi membuyarkan lamunannya pada kotak susu itu.

"Gue ketiduran di rumah sakit."

"Sama si Afta?" Yumi kaget. Tangan mungil Dara segera mungkin menutup mulut temannya itu dengan sergap.

"Sssuttt!"

"Gue seneng dengernya."

"Kok gitu?"

"Karena kalian cocok, sama-sama saling mengerti satu sama lain." Yumi senyum sumringah.

"Adiknya terbaring koma." Ucapan Dara membuat Yumi kaget.

"Apa? Koma? Kasian ya Afta, orangtuanya berantakan, adiknya koma, sementara dia gak punya siapa-siapa lagi buat penyemangat." Yumi melirik tajam ke arah Dara.

Sekotak susu itu malah membuat pikiran dan hati Dara mengolah begitu banyak teori. Akhir-akhir ini ia selalu bingung kenapa ada orang yang peduli padanya selain ibunda dan Yumi. Mengenal Afta serasa bertemu dengan teman lamanya walaupun mereka awalnya bertemu dengan keasingan, kejengkelan, juga rasa risih yang hinggap dalam diri Dara. Afta tak pernah canggung untuk berbuat baik. Afta tak pernah canggung untuk menariknya bermain. Afta juga tak pernah canggung untuk mengajarkannya cara tersenyum. Semua yang Afta lakukan padanya, malah menjadi beban pikiran Dara yang serasa harus ia jabarkan hingga ketemu titik alasan laki-laki itu melakukan seluruh kebaikan padanya.

Dara kembali ke ruang seni. Terlihat Gevan yang tengah mengajari Sifa untuk melukis. Sandara hendak melangkah kembali untuk keluar namun langkahnya terhenti kala mendengar perkataan Sifa dulu padanya.

"Kalau gue menghindar, gue kalah sama diri gue sendiri. Dari awal, gue selalu terpuruk dan malah menyakiti hati gue sendiri. Dan saat ini, gue mau membuang itu semua dan lupain segalanya," gumam Dara lantas mengoleskan beberapa warna pada kanvas yang sebelumnya kosong.

Melihat pemandangan Dara, Sifa tak terdiam. Ia lantas memegang erat tangan Gevan dengan maksud untuk memperlihatkan bagaimana dirinya saat ini bersama Gevan di depan Dara. Namun semua itu sia-sia, kala seorang Afta datang menyapanya.

"Hai, lo baru sampe?"

Afta memasang wajah kebingungan. Biasanya ketika ia datang dan menyapa, hanya disambut dengan amarah oleh Sandara. Tapi kali itu Dara bersikap sangat berbeda padanya.

UNTITLED, 2017Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon