35. Romansa Pasutri Gaje

671 37 0
                                    

Vote sebelum baca :)

Siang begitu terik, terlihat seorang Afta berdiri dengan gagah di depan mobilnya. Dara masuk ke mobil diikuti Afta.

"Kamu tau gak, minggu besok aku udah bisa sidang. Kok deg-degan ya," gumam Dara di sela perjalanan pulang mereka.

Tak ada respon dari Afta, ekspresi Afta pun masih terlihat mendatar membuat Dara kebingungan. Ia hanya fokus untuk menyetir.

"Afta? Ada apa sama kamu? Apa aku punya salah?"

"Nggak kok." Afta berbalas kata tanpa senyuman.

"Pasti ada!"

"Aku cemburu. Kenapa akhir-akhir ini kamu selalu sama si Bayu? Kamu gak pernah aktif kalau udah sama dia,"ucap Afta tanpa jeda membuat Dara melotot kaget.

"Afta, aku udah jelasin semuanya sama kamu. Yumi juga pasti bilang kan?"

"Nggak, Mark yang bilang. Kenapa aku harus tau dari orang lain terus Dara?"

"Jangan kekanakan!"

Seketika mereka beradu mulut hanya karena kecemburuan Afta terhadap Bayu.

"Aku gak punya kata lagi." Dara terdiam tanpa merespon ucapan Afta, karena dia tahu betul bagaimana sikap Afta jika sudah cemburu, Dara tak pernah menang ucapan. Tangan hangatnya mulai menjamahi tangan Dara membuat Dara refleks kaget. Afta menyodorkan sebelah pipinya pada Dara saat itu, dengan polosnya Dara hanya menatap bingung kelakuan Afta.

"Apa?"

"Give me a kiss!"

"Hah? Apaan sih kamu." Dara melepaskan tangannya dari Afta dan mulai merasa panas sekujur tubuhnya karena malu.

"Cepet!"

"Gak!"

"Aku bakal minta orang lain lakuin ini di waktu wisuda nanti." Ucapan Afta membuat Dara melotot.

"Silahkan aja kalau bisa!" Dara membalas dengan dahi mengererut kesal.

"Silahkan aja kalau kamu mau min ......"

Cupppp

Dengan sepersekian detik Afta mencium pipi Dara membuatnya terdiam blushing. Wajahnya pun mulai memerah cerah membuat Afta tersenyum menang. Walaupun mereka sudah sah menjadi pasutri, masih saja Dara merasa malu ketika ia digoda oleh Afta, karena hal itu membuat Afta semakin mencintainya kian hari.

Mereka berdua pergi ke pusara Ayah Dara. Setelah itu, mereka pergi ke puasara Gevan. Sebuket bunga mawar merah Dara taruh di atas tanah tempat Gevan terbaring tenang.

"Gue janji akan jaga Dara sampai gue terbaring kayak lo di sini." Ucapan Afta membuat Dara menatapnya sendu.

"Gevan, aku tau kamu sendiri di sana. Maafin aku karena kesalahpahaman yang aku ciptain di masa lalu dan membuat kamu lebih sakit," ucap Dara dengan tangisnya.

"Semua manusia akan kembali, tapi cinta akan tetap tumbuh di dalam hati, dipikiran juga tumbuh menjadi kenangan. Gevan udah bahagia karena kamu gak sendirian, aku beruntung banget punya sahabat kayak Gevan."

Pagi cerah, terlihat laki-laki beralis tebal yang sedang tertidur di kasur empuk begitu nyamannya. Bukaan jendela yang cukup lebar membuat Afta terusik, karena sorot cahaya matahari menusuk matanya yang terpejam.

"Dara!" Afta bangun setengah sadar dengan nyawa yang belum sepenuhnya kumpul.

"Ayo bangun Afta, hari ini aku mau ke rumah ibu. Sesuai janji kamu, mau bawa ibu ke sini. Sekalian, aku mau jenguk Bagus sama Eresa. Dokter bilang kesehatan mereka kian hari kian membaik," ucap Dara seraya membereskan beberapa pakaian Afta untuk dipakainya hari itu.

UNTITLED, 2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang