Part 4 Roh Melani

1.5K 96 5
                                    

Silakan beri kritik dan sarannya

°
°
°
[ Melani ]

Hari demi hari aku lewati dengan melihat berlalu lalangnya pengunjung di toko. Tugasku adalah menemukan seseorang untuk membeli benda ini. Tentunya aku perhatikan dulu sifat orang tersebut dan tak mau terulang lagi peristiwa yang memilukan.

Awalnya lemari ini dibuang oleh Pedro di pembuangan sampah. Entah siapa yang mengambil benda ini lalu memajangnya di toko barang antik. Aku tak pernah tahu kabar si wanita licik itu. Mungkin sekarang ia menikmati jerih payah hasil curiannya atau malah melakukan lagi karena harta sudah habis? Ah, aku tak peduli.

Petang itu tak sengaja mataku melihat dua orang yang aku kenal datang ke toko bersama temannya. Oh, aku lupa mungkin saja wanita cantik itu calon korbannya yang baru. Apakah takdir sudah berjalan ke arahku saat ini? Wanita dengan rambut sebahu itu membeli lemari di mana diriku tinggal selama ini.

"Dengan atau tanpa persetujuanmu, aku akan tetap membeli lemari itu," dengkus wanita yang tak kukenal dengan kesal saat Marsa mengomentari jika lemari itu mistis.

"Aku bukannya melarangmu membelinya, Merida. Tetapi, ada sesuatu yang membuat aku takut."

Bagaimana kau tidak takut, Marsa? Tepat di lemari itu kau menembak keningku dan darah tercecer di dalamnya.

"Lemari itu ada di kamarku, Marsa. Bukankah kau tidak sekamar denganku?"

Jadi benar dugaanku. Ia mencari korban baru lagi. Di mana hartaku yang selama ini ia curi?

"Ya sudah jika kau tetap memaksa. Aku tak ingin melarangmu."

Aku melihat Marsa berlalu melewatiku dengan tatapan tak suka. Rasanya kuingin tertawa saat ia merasakaan kedinginan dan gemetar ketika tubuhnya menembusku. Pedro mengekor di belakang.

"Tunggu pembalasanku, Marsa."

Akhirnya Merida nama wanita itu membeli lemari yang sudah menjadi daya tariknya sejak masuk ke toko ini. Aku ingin tahu rencana licik apa lagi yang ia jalani sekarang.

*****

Rumah Merida serupa dengan milikku. Bangunannya megah dengan arsitektur kuno. Rumahku yang dulu saja jika dijual bisa mencapai ratusan miliar. Apalagi rumah Merida ini? Pantas saja ia mengincar Merida.

"Kasihan sekali kau, Mer," gumamku dalam hati.

Baru saja berada di pintu, aku disambut aura yang gelap memenuhi ruangan. Ada sesuatu yang tak bisa aku mengerti.

"Aku ke kamar dulu, ya."

Merida meninggalkan dua orang memuakkan ini di ruang tamu. Aku memilih berada di dekat mereka dan ingin mendengarkan pembicaraan Marsa.

"Pedro, mengapa benda itu ada di toko? Kau membuangnya di mana?" tanya Marsa menatap tajam Pedro.

"Di pembuangan sampah, Mar. Aku yakin sudah menaruhnya di tempat aman agar orang lain tidak menemukannya."

Sayangnya kau tak menyembunyikan lemari itu, Pedro. Kau justru menaruh di tempat yang tak seharusnya. Lelaki bodoh itu malah menaruh lemariku di barang rongsokan.

"Kau tidak menyimpan mayat wanita bodoh itu di dalam lemari, bukan?"

Aku tidak bodoh, Marsa. Kau dan kekasihmu ini yang bodoh.

"Aku ..." Suara Pedro terlihat gemetar.

Nah lihatlah! Pedro menjawabnya dengan tergagap.

Raut wajah Marsa terlihat geram sekali dan ia takut ada bukti tersisa di dalam lemari itu.

Lemari TuaWhere stories live. Discover now