Part 7 Pelindung

1.2K 96 2
                                    

Silakan beri kritik dan sarannya

°
°
°
[ Melani ]

Pedro dan dokter itu membopong tubuh Marsa yang terkulai lemas di kasur Merida. Mereka terlihat bingung dengan keadaan di kamar ini yang berantakan.

"Siapa yang telah berani melakukan kepada Marsa?" tanya Pedro dengan gusar.

Aku yang berada di sampingnya bisa melihat rasa khawatir terhadap kekasihnya. Sedangkan dokter Andi mengobati goresan luka di wajah Marsa.

"Ironis sekali hidupmu, Marsa. Perjanjianmu hanya sampai di korban kesepuluh. Itu artinya kau sudah melakukannya selama sepuluh tahun." Aku bergumam sambil memperhatikan Marsa yang masih pingsan.

Dua lelaki itu tak menyadari kehadiranku dan beberapa makhluk tak kasat mata sedang mendekati tubuh Marsa. Makhluk kecil itu yang pernah kulihat sedang tertawa menyaksikan korbannya tak berdaya.

"Sebenarnya makhluk apa diri kalian?" Aku mencoba berani bertanya. Jelas aku penasaran.

Dia yang paling besar ukuran tubuhnya--menurutku-- berupaya merangkak mendekatiku. Dia dan yang lainnya tidak bisa berjalan, mereka merangkak seperti bayi.

"Arrgh ..."

Sama seperti tuannya yang bermata merah, dia kesakitan dan tangannya melepuh ketika menyentuh bahuku.

"Untung kau memiliki kalung itu, Nona Cantik. Jika tidak kau sudah hangus menjadi api," ujarnya dengan merintih kesakitan.

"Apa yang kalian inginkan dengan wanita itu?" tanyaku sekali lagi.

"Wanita menjijikan itu?" Dia mendecih dengan menyeringai.

Kini makhluk lainnya juga memperhatikanku dan tatapan yang tak bersahabat ditujukan mereka.

"Wanita itu melakukan perjanjian dengan tuan kami. Tujuannya adalah untuk memperkaya dirinya melalui harta yang melimpah. Syarat yang harus dia tempuh terbilang sulit agar tidak ketahuan semua orang. Dia harus membunuh korbannya di bulan purnama, mengubah dirinya menjadi sama seperti kami dan darah korban harus diminum oleh dirinya," jelasnya dengan detail.

"Lalu untuk apa gelang ini? Marsa juga memilikinya?"

Mereka tertawa lantang dan itu cukup mengganggu.

"Gelang itu adalah simbol bagi kami, Nona. Jika korbannya memakai itu maka secara langsung, arwah mereka sudah menjadi budak tuan kami."

Budak setan? Kejam sekali kau, Marsa.

"Tapi sayangnya kau lolos dari kami hanya karena kalungmu yang sialan itu dan menyelamatkanmu agar tidak menjadi budak seperti mereka," katanya sambil menunjuk arah luar.

Aku langsung melihat arwah-arwah yang penasaran sedang dirantai dan mengikuti makhluk bertudung hitam menuju suatu pusaran.

"Lalu bagaimana dengan Merida? Dia wanita yang baik," ucapku agar dia bisa melepaskan arwah Merida untuk kembali ke tubuhnya. Aku tahu Merida masih hidup saat seseorang berjubah hitam itu membawanya.

"Kami tidak peduli dia baik atau jahat. Bagi kami semua adalah sama. Kecuali satu, Nona. Ia harus memiliki pelindung sepertimu.

Setelah berbicara denganku, dengan seenaknya mereka pergi dengan meninggalkan bau busuk yang menyengat dan kembali semua barang berjatuhan. Jelas membuat dua lelaki itu ketakutan.

"Dokter, kau tak mencium bau busuk?" Pedro mengendus bau yang tersebar di kamar.

"Aku tidak mencium apapun," sahut Dokter Andi yang ikut mencari sumber bau.

Lemari TuaWhere stories live. Discover now