Part 6 Marsa Yang Sebenarnya

1.3K 88 8
                                    

Silakan beri kritik dan sarannya

°
°
°
[ Melani ]

Aku mengikuti Marsa menuju kamar Merida. Tampangnya yang menyebalkan membuatku tambah tak menyukai mantan sahabat ini. Ya ... lebih baik menyebut kata seperti itu daripada melontarkan kata tak sopan.

"Sebenarnya ada apa di lemari ini? Mengapa dia menuliskan kata itu?" Marsa bergumam sendiri sambil membuka lemari.

Aku berharap ia tak menemukan surat rumahku yang sudah lama tersimpan di sana. Ia membuka dengan kasar, melempar pakaian Merida dan menelusuri tiap sudut dalam lemari.

"Ada apa, sih? Aku tidak menemukan apapun di sini. Hanya barang yang sudah mulai reyot," dengkusnya kesal setengah mati.

Ia lalu melewatiku dengan cara menembus tubuh ini. Seketika kuperhatikan ia merinding dan menatap sekeliling kamar Merida.

"Apa benar rumah ini berhantu?"

Aku heran terhadap diri sendiri. Mengapa Marsa tak bisa melihatku? Mengapa juga makhluk itu tidak menyerangku?

Ketika aku hendak melayang, ada coretan di dalam lemari. Kudekati dan membacanya.

Hanya jiwa murni yang dapat melihat isi lemari ini.

"Oh ... pantas nenek mengatakan agar aku menjaga baik-baik benda ini."

Satu masalah terpecahkan. Namun, aku ingin mencari tahu tentang ini semuanya.

Kalung yang kau pakai akan melindungimu dari hal yang jahat.

Kalimat nenek sebelum kematiannya terlintas dipikiran begitu saja. Apa karena kalung ini Marsa dan yang lainnya tidak bisa menyakitiku?

"Mungkin dengan cara ini, aku bisa menyelamatkan jiwa yang lainnya. Aku tidak akan membuat wanita lain bernasib sama denganku."

Aku berjanji akan membuat Marsa menerima hukuman atas perbuatannya. Aku yakin setelah Marsa berhasil menguasai kekayaan Merida, ia akan mencari korban lain demi memuaskan hasratnya.

*****

Aku memandang ngeri tulang-tulang yang berserakan di ruang bawah tanah. Tidak ada bekas darah yang tercecer di manapun. Semua tampak bersih dan hanya menyisakan tulang binatang yang sudah habis dimakan makhluk kecil itu.

"Apa perjanjian ini yang harus dilakukan Marsa dengan iblis? Ia menyembahkan binatang hidup untuk mereka sedangkan makhluk bermata merah akan membantunya menjalankan misinya."

Aku tak habis pikir dengannya. Ketamakan dan keserakahan membuat Marsa menjadi gelap mata.

"Sebegitu pandainya dirimu sampai polisi tak bisa melacak keberadaanmu, Marsa."

Kejadian ini mengingatkan diriku akan hilangnya binatang peliharaan di rumah dulu. Satu persatu mereka hilang. Awalnya kupikir binatang itu pergi dengan sendirinya. Anjing pudel, burung nuri, domba maupun kura-kura hilang tanpa jejak.

"Memangnya ada apa di bawah sana, Marsa? Mengapa kita tidak boleh melihatnya?"

Terdengar keributan di atas, aku segera melayang melihat pertengkaran mereka. Di hadapanku sekarang, Marsa terlihat bertengkar dengan Pedro dan dokter sialan itu.

"Tidak ada apa-apa, Pedro. Merida menyimpan barang yang tak terpakai," ujarnya penuh kebohongan.

"Lalu untuk apa kau menguncinya?" tanya Dokter Andi.

"Ya tidak apa-apa. Memangnya tidak boleh? Lagipula di bawah sana bau apek dan ngengat di mana-mana."

"Di bawah sana tidak ada hantu, bukan?" Pedro tergugup mengatakannya.

Lemari TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang