Part 5 Marsa dan Komplotannya

1.3K 98 4
                                    

Silakan beri kritik dan sarannya

°
°
°

Melani hanya bisa tercenung menyaksikan tubuh Merida yang dibawa oleh seorang pria paruh baya. Ia tak mengenali pria bertudung jas hujan dan kabur lewat sisi pintu dapur lainnya. Ia ingin sekali mengikuti pria tersebut, akan tetapi ada yang harus dicari tahu mengenai Marsa.

"Siapa sebenarnya, Marsa?"

Melani penasaran mengenai Marsa yang berubah mengerikan malam ini saat melukai korbannya. Namun, wujudnya akan kembali begitu cepat.

"Marsa ..."

Kedua pemuda itu tampak bingung dan memanggil nama Marsa ketika tubuh Merida sudah tidak ada lagi di lantai dapur.

"Apa?!" Marsa yang berdiri di anak tangga menyahut dengan lantang.

"Kau bawa ke mana mayatnya?" tanya Andi dengan menunjuk ke arah yang dimaksud.

"Apa maksudmu? Sedari tadi aku di kamar," jawab Marsa, turun dengan langkah cepat.

Marsa tak mempercayai dengan penglihatannya. Jelas-jelas tadi Merida ada di sana dan tak bergerak. Tak mungkin mayat bisa jalan, pikirnya kalut.

"Aku sudah mengatakannya kepada kalian, bukan? Urus mayatnya dulu dan sekarang malah hilang. Memangnya kalian dari mana saja?" tanya Marsa yang wajahnya menahan amarah.

"Kami mau ke mobil ambil kantung pembungkus mayat," ucap Pedro pelan.

"Pedro ... Pedro ... biar Andi yang mengambil. Kau menjaga mayatnya," geram Marsa yang jengkel.

"Kami tidak tahu kalau ini terjadi, Mar. Kami pikir tidak ada orang lain selain kau dan kami di sini," sanggah Andi menengahi pertengkaran sepasang kekasih tersebut.

"Apa hantu itu yang membawanya?" tanya Pedro gugup.

"Tidak ada hantu di sini, Teman," kata Andi menenangkan Pedro yang ketakutan.

"Pasti ada, Andi. Kemarin ada yang mengatakan di telingaku jika tak ada seorangpun yang dapat membunuh Merida. Aku yakin hantu itu yang membawanya," yakin Pedro dengan muka serius.

"Jangan bercanda, Pedro! Di sini tidak ada hantu. Hantu tidak bisa membawa mayat. Kau bodoh bila berpikir seperti itu," amuk Marsa tak terima.

"Aku yakin ini perbuatan hantu, Marsa."

"Sudah hentikan pertengkaran kalian. Aku rasa ada orang yang membawanya dan kita tidak tahu siapa dia."

"Dari mana kau tahu, Andi?" Marsa penasaran akan ucapan Andi.

"Lihatlah pintu itu terbuka. Bukankah tadi tertutup?" Andi menunjuk pintu yang setengah terbuka.

"Ah ... sialan! Siapa orang itu? Berani sekali dia mengacaukan rencanaku."

Melani yang sedari tadi hanya menonton keributan itu mengetahui jika saat ini Marsa begitu marah dan kesal.

"Andi, cari orang tersebut sekitar sini jika kau menemukan gerakan yang aneh dan kau ... bersihkan bekas darah itu,"perintahnya kepada dua pria yang berdiri di hadapannya.

Andi tanpa berkomentar segera menjalankan perintah Marsa sedangkan Pedro menggerutu membersihkan noda darah. Marsa yang jengkel meninggalkan mereka berdua.

"Bagaimana bisa wanita sepertinya membunuh dengan satu kali tebasan? Tidak mungkin ia menggunakan pistol karena cipratan darah akan mengenai dinding."

Pedro tak habis pikir dengan perbuatan Marsa. Selama ini sang kekasih begitu pandai menyembunyikan kejahatannya bahkan polisi tak bisa menangkapnya. Meskipun, berulang kali berpikir, pria itu tak menemukan jawabannya.

Lemari TuaWhere stories live. Discover now