(29)

1K 165 46
                                    

"Ah!", teriaknya menyadari sesuatu yang ia cari.

Wonwoo yang sadar ada sesuatu dengan gadis di depannya pun bertanya, "Kenapa?", tanyanya sambil terus menyuap dirinya dengan sumpit.

Yuna mengangkat wajahnya dengan sedikit terkejut. Ia tidak menyangka pria datar itu sedikit penasaran dengan hidupnya.

Belum sempat menjawab, tiba-tiba ada telepon masuk dari Hansol, yakni pacarnya yang terlupakan itu.

"Aku permisi sebentar", izin Yuna sambil beranjak dari kursinya menuju keluar restoran. Wonwoo pun mengangguk paham sambil setia menikmati sushi miliknya.

Setelah mencari tempat yang pas, ia pun berdehem sebentar untuk menjernihkan tenggorokannya sebelum berbicara, "Halo?", sapanya terlebih dahulu.

"Annyeong, Yuna-ya! Kau di mana? Aku baru saja pulang dari bandara", jelas Hansol sebelum ditanya dengan antusias. Ia tidak bisa menahan rindu pada kekasihnya itu.

Ia baru tersadar Hansol pergi ke Jepang selama seminggu lebih untuk melakukan riset demi perkuliahannya. Selama seminggu itulah mereka sepakat untuk tidak saling menghubungi satu sama lain. Hansol juga meminta seperti itu agar ia fokus dengan studinya. Terlebih lagi risetnya berada di pinggir kota, bukan di kota besar seperti Tokyo.

"Emm... Aku sedang makan dengan temanku. Sepertinya kita tidak bisa bertemu hari ini. Kau juga baru pulang kan", jawab Yuna sedikit beralasan, namun benar.

"....Oke, tidak apa. Aku hanya memastikan saja kau di mana. Kalau-kalau seminggu ditinggal sudah sama laki-laki lain... haha", ujar Hansol dengan tawanya, ia memang suka menjahili Yuna kadang-kadang.

Wah, pacarku sangat peka ternyata, batin Yuna dalam hati.

Supaya tak terdengar canggung, ia pun ikut tertawa bersama Hansol, "..Hei, ayolah, jangan begitu..."

Terdengar keheningan sejenak setelah tawa Yuna terdengar, namun sambungan teleponnya tidak diputus oleh pria bule di seberang sana.

"Yuna-ya...", panggilnya lembut.

"Hm?"

"...Aku merindukanmu...", tuturnya lirih.

Mata Yuna sedikit melebar mendengar tuturan dari kekasihnya ini. Ia sempat menganggap Hansol menganggu momennya bersama Wonwoo untuk sejenak. Tapi, lelaki setengah bule itu tetaplah kekasihnya. Dan Yuna telah memilihnya sebelum mengenal Wonwoo.

"...Aku juga merindukanmu...", balas Yuna lembut sambil tersenyum.

"Baiklah, aku akan tutup teleponnya. Akan kukabari nanti kapan kita akan bertemu. Happy eating!", ia memutus sambungan teleponnya.

Yuna menghela napas setelah ia menutup teleponnya. Ia masih bingung dengan banyak insiden yang terjadi akhir-akhir ini. Baik Yuna maupun Minju, mereka sama-sama bingung dengan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.

"Ah, tidak tahu! Aku bingung!", kesalnya sambil mengacak rambutnya dan berlalu menuju Wonwoo.

Setelah menyelesaikan urusannya dengan Hansol, ia pun kembali duduk di depan Wonwoo. Dilahapnya sashimi itu dengan sedikit rakus akibat kekesalannya itu. Sungguh, memori otaknya seperti terganggu. Kesal tak bisa mengingat. Ia juga kesal ia tak bisa menata memorinya.

"Kau kenapa?"

2 kata yang membuyarkan semua gerutuan dan pikiran Yuna. Gadis itu hanya melebarkan matanya yang terus menatap Wonwoo. Dan pria bersuara rendah itu pun membalas tatapan Yuna.

"Sejak habis menelepon tadi auramu berubah", tambahnya sambil terus bersikap santai menikmati suapannya.

Gadis itu hanya menghela napas sambil memasukkan udon ke dalam mulutnya dengan cemberut, "Entahlah, aku jadi kesal dengan diriku sendiri"

Earphones In Your Sunset | Wonwoo✔Där berättelser lever. Upptäck nu