(30)

970 155 63
                                    

"Jung Hwa, ayo!", ajak Yuna sambil menarik lengan sahabatnya menuju ke dalam perpustakaan.

Hari ini Jung Hwa bertugas di bagian peminjaman, sedangkan Yuna di bagian pendataan. Kerjaan Yuna akan selesai lebih cepat daripada Jung Hwa jika ia bisa bergegas.

"Huft....", ia mendengus sebentar untuk mengumpulkan niatnya, "Kajja!"

Ia pun langsung mengerjakan semua data kertas menjadi data digital dalam komputer. Selagi niatnya terkumpul, ia semakin mempercepat kinerjanya agar cepat selesai.

Diliriknya jam menunjukkan pukul 4 sore. Waktunya bekerja sudah selesai, sedangkan sahabatnya itu belum tuntas. Dikarenakan dirinya yang sangat lapar, ia pun pamit duluan pada Jung Hwa.

"Hei", panggilnya sambil menepuk pundak gadis itu.

Jung Hwa pun menoleh tanpa berbicara. Tanpa balasan, Yuna langsung menyambung perkataannya, "Aku pamit duluan ya. Lapar....", keluhnya sambil mengelus perutnya yang sudah berbunyi.

"Arraseo, kau duluan saja", jawab Jung Hwa dengan sedikit decakan kesal saat ia hendak pamit duluan.

"Thanks!", girangnya sambil memeluk sahabatnya itu.

Kemudian, ia mengambil jaketnya dan berjalan menuju pintu keluar. Namun, saat ia telah menginjakan kaki di area luar perpustakaan, seseorang menggenggam tangannya.

"Sebentar, tunggu aku", ujarnya sambil menarik Yuna untuk masuk ke perpustakaan lagi.

Yuna hanya terdiam dan memandang lelaki datar itu. Tidak ada protes maupun penerimaan keluar dari mulutnya, meskipun perutnya meronta-ronta untuk diberi makan.

Dilihatnya Wonwoo masih berdiri di meja pengembalian buku. Buku yang ia kembalikan itu adalah 3 buku yang ia selipkan catatan di dalamnya.

Dasar deadliner,  komentarnya saat mengingat hari ini adalah tenggat waktu pengembaliannya.

Selesai mengurus pengembalian buku, Wonwoo pun berjalan ke arah Yuna, "Ayo, ajari aku", mintanya tiba-tiba.

Tentu saja Yuna sontak kaget mendengar permintaan Wonwoo yang tiba-tiba, "H-hah? A-pa? Me-mengajar?", tanyanya terbata-bata saking dirasanya mustahil mendengar kalimat itu dari mulut Wonwoo.

"Iya. Kuputuskan untuk menerima tawaranmu. Mau belajar di mana?", tanyanya langsung to the point.

Gadis berambut panjang itu hanya bisa terdiam ragu sambil berpikir. Memang dia mengajak Wonwoo untuk belajar di perpustakaan. Tetapi setelah dipikir-pikir, akan ada banyak orang yang melihat mereka. Ia takut salah satunya mengenal dirinya dan Hansol, bisa saja orang itu menyebar gosip.

"Di mana saja boleh asal tidak di perpustakaan"

Wonwoo berhenti sejenak untuk berpikir, "Di kafe, bagaimana?", usulnya.

Di kafe sama saja bisa dilihat banyak orang, nanti ketahuan, batinnya masih ragu.

Kenapa aku jadi seperti orang selingkuh sih

"Jangan di tempat yang banyak orang, aku tidak suka", tolaknya sambil beralasan.

Wonwoo memutar bola matanya mendengar jawaban gadis bermarga Lee itu yang banyak alasan. Namun, ia tak berhenti sampai di situ saja. Ia tetap mencari cara agar bisa belajar.

"Di apartemen bagaimana?", usul Wonwoo lagi yang sukses membuat Yuna lebih kaget, "H-hah?"

"Apartemenmu atau apartemenku?", tanya Wonwoo mengoper pilihan.

Ini sih kayak kita aja yang pacaran :')

Yuna hendak menolak usulan Wonwoo itu. Meskipun mereka tidak bisa di tempat ramai, bukan berarti bisa di apartemen. Di apartemen juga mereka hidup sendiri-sendiri yang mana mereka akan berdua saja nantinya. Yuna tidak bisa seperti ini, ia ingin menghargai Hansol sebagai kekasihnya sekarang. Namun, semua pikiran itu dikacaukan dengan jiwa Minju yang bergejolak.

Earphones In Your Sunset | Wonwoo✔Where stories live. Discover now